Laman

20150909

Dalam Pelukan Kubur (Mahmud Marhun, 2007)

Oh, aku pasti sudah lama sekali tertidur. Tempat ini terasa sempit. Sulit untuk bernapas. Tunggu, biar kunyalakan dulu lampunya. Betapa gelapnya di sini. Dan mengapa aku sulit sekali untuk bernapas? Aduh! Membentur apa kepalaku ini, masak atap rumahnya ambruk menimpaku, bagaimana bisa? Eh, tunggu dulu, biar kupikir sebentar, aku di mana dan tempat apa ini?

Oh! Tampaknya ada orang yang sedang menuju kemari. Sepertinya dia membawa lentera. Tunggu dulu, sepertinya dia bukan temanku. Tidak, aku tidak mengenali orang ini, dan dia juga tidak membawa lampu. Mungkinkah yang datang itu dua orang, dan cahaya dari mana itu? Cahaya apa yang menyala-nyala di atas itu? Sepertinya mereka sedang membicarakanku. Tunggu sebentar. Aku akan bertanya pada mereka.

“Hei kalian, tempat apa ini?”

“Kami tidak akan memberitahumu, tapi cepat atau lambat kau akan mengetahuinya. Kau harus memikirkannya sendiri, mencermati dirimu sendiri sejenak dan kau akan ingat. Kau akan menemukan sendiri jawabannya.”

“Hmmm! Tunggu dulu, aku ingat sekarang. Aku tadi berada di sebuah desa di dekat Duzhakh, dan aku telah mengumpulkan beberapa prajurit untuk memperjuangkan Islam, untuk melindungi keyakinanku.”

“Kau mengumpulkan pasukan untuk memfitnah Islam.”

“Aku? Tidak, tidak mungkin, aku berjihad, aku seorang mujahid.”

“Tidak. Kau bukanlah seorang mujahid. Itu bukan jihad. Jihad adalah salah satu kewajiban yang paling suci, dan kau telah mengotorinya.”

“A… a… aku, aku bukan mujahid? Tapi mengapa, bagaimana mungkin aku bukan mujahid?”

“Pikiran baik-baik perbuatanmu yang lalu dan kau akan menyadari siapa sesungguhnya dirimu.”

“Ah, tunggu, biarlah aku masuki lubuk hatiku yang terdalam. Aku berjihad. Aku dibawa ke kawasan pegunungan negeri kamu untuk berjihad.”

“Baiklah, kau dibawa untuk berjihad, dan siapa yang membawamu?”

“Siapa yang membawaku? Aku pergi sendiri. Tidak, tidak sepenuhnya sendiri. Pertama-tama aku dilatih oleh beberapa jenderal di dekat Duzhakh, lalu mereka membawaku ke pegunungan dan memberitahuku bahwa wilayah pegunungan di negeri kami adalah medan perang, Darul Harb.”

“Jadi, mereka membawamu ke wilayah pegunungan untuk berjihad. Bukankah Islam lebih kuat di tempat kalian di dekat Duzhakh itu daripada di pegunungan? Bukankah di sana jihad itu tidak sah hukumnya? Bukankah begitu, bahwa kau berjihad untuk membunuh saudaramu sesama Muslim?”

“Bukan aku. Tidak mungkin aku seorang pembunuh.”

“Pikirkan ke mana tujuanmu dan apa yang kau perbuat.”

“Oh, aku ingat. Setibanya aku di pegunungan, mereka memberiku alamat sebuah sekolah yang hendak dijadikan sasaran jihad, olehku. Bidah telah mencapai wilayah pegunungan dan di sekolah-sekolah mereka memberikan pelajaran yang bertentangan dengan Islam.”

“Bidah dan klenik, baiklah. Tapi mereka juga mengajarkan kitab berisi ayat suci dan doa. Lalu kau pergi ke sana dan mengakibatkan anak-anak yang tak bersalah, yang belum mengetahui caranya membedakan kawan dengan lawan, dihabisi kematian.”

“Jadi, tempat apakah ini?”

“Kau masih belum memahaminya? Ini alam kubur dan kau sudah mati.”

“Aku sudah mati? Tidak, tidak mungkin aku sudah mati. Jika aku sudah mati, maka aku akan menjadi seorang syuhada. Dan apa ini?”

“Ini Kitab Perbuatanmu.”

“Kitab Perbuatanku? Tunggu, biar kuperlihatkan tangan kananku padamu. Aku seorang syuhada. Lihat, kan? Oh, tangan kananku menghilang. Apa yang mesti kuperbuat kini? Aku menerima Kitab Perbuatan dengan tangan kiriku. Ya Allah, mengapa Kau membawaku ke neraka? Bukankah aku seorang syuhada?”

“Bukan, kau bukanlah seorang syuhada. Kau tidak lain daripada seorang pembunuh, pembunuh umat Muslim.”

“Tidak, tidak, tidak, tidak mungkin begitu.”



Ah, betapa panasnya
Betapa keringnya mulutku
Betapa gelapnya
Betapa sesaknya di sini
Selamatkan aku, Ya Allah,
Oh, Allah yang Mahakuasa



2007




Mahmud Marhun adalah penerjemah, penyair, dan penulis prosa, lahir di Kandahar pada 1989 dan kini tinggal di Kabul. Cerpen ini aslinya ditulis dalam bahasa Pashto dan diterjemahkan dari versi bahasa Inggris Anders Widmark yang dipublikasikan di sini.

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar