Laman

20140213

Buka Rekening (Stephen Leacock, 1910)

Aku merasa ketakutan sewaktu pergi ke bank. Mulai dari pegawainya, meja kasnya, sampai mesin penghitung uangnya; semuanya membuatku merasa ketakutan.

Begitu melewati pintu bank tersebut dan mencoba menuntaskan urusanku, seketika aku menjelma seorang dungu yang tak dapat dipercaya.

Aku sudah menduga ini sebelumnya. Namun gajiku telah dinaikkan menjadi limapuluh dolar per bulan. Kupikir bank adalah satu-satunya tempat yang aman untuk menyimpan uangku itu. 

Jadi, kuayunkan langkahku dengan goyah. Takut-takut, tatapanku beredar mencari pegawai yang hendak kudekati. Terpikir olehku orang yang bermaksud membuka rekening bank mestilah menghadap manajernya terlebih dulu.

Maka aku menuju bagian yang bertuliskan “Akuntan”. Orang di baliknya bagaikan dedemit jangkung lagi angkuh. Tatapannya yang menusuk itu membuatku ketar-ketir. Akibatnya suaraku terdengar seperti panggilan dari alam kubur.

“Bisakah saya menemui manajernya?” tanyaku. Dengan raut serius kutambahkan, “Berdua saja.” Aku sendiri tak mengerti sebabku mengatakan “berdua saja” itu.

“Tentu,” ujar si akuntan, lalu dipertemukannya kami berdua.

Manajernya berpembawaan tenang lagi serius. Kugenggam gulungan uang limapuluh-enam dolarku dalam saku.

“Anda manajernya?” tanyaku. Tentulah aku tak meragukannya sedikitpun, Tuhan mengetahuinya.

“Ya,” jawabnya.

“Bisakah kita bicara,” ucapku, “berdua saja?” Sebetulnya aku tidak ingin mengatakan “berdua saja” lagi. Tapi rasanya permintaanku tak ada artinya kalau tak menyertakan kata-kata itu.

Manajer itu memandangku dengan agak gelisah. Tampaknya ia merasa ada persoalan penting yang hendak kusampaikan.

“Silakan kemari,” ucapnya. Ia mengarahkanku ke sebuah ruangan yang privat dan mengunci pintu.

“Di sini aman dari gangguan,” katanya lagi, “silakan duduk.”

Kami pun duduk dan menatap satu sama lain. Aku tidak tahu mau bicara apa.

“Sepertinya, Anda ini detektifnya Pinkerton,” ia berkata.

Sikapku yang misterius rupanya membuatnya mengira aku seorang detektif. Menduga apa yang dipikirkannya itu membuatku merasa makin gugup saja.

“Bukan, bukan Pinkerton,” kataku, namun sepertinya malah mengesankan kalau aku ini dari agen pesaingnya.

“Sejujurnya,” lanjutku, seakan-akan tadinya memang ada yang memerintahkanku untuk menutup-nutupi jati diri, “saya ini bukan detektif sama sekali. Saya ke sini mau buka rekening. Saya mau menyimpan seluruh uang saya di bank ini.”

Manajer itu terlihat lega namun tetap serius. Sekarang tampaknya ia merasa yakin bahwa aku ini orang yang sangat kaya, bisa jadi putranya konglomerat Rothschild.

“Simpanan yang besar, ya,” ucapnya.

“Lumayan besar,” aku berbisik. “Sekarang ini keseluruhan jumlahnya limapuluh-enam dolar, dan nantinya limapuluh dolar tiap bulan.”

Manajer itu bangkit dan membuka pintu. Ia memanggil akuntannya.

“Pak Montgomery,” ucapnya keras-keras lagi tak enak didengar, “bapak yang ini mau buka rekening. Tabungannya limapuluh-enam dolar. Silakan, Pak.”

Aku pun berdiri.

Di sisi ruangan itu tampak sebuah pintu besi yang besar terbuka.

“Mari,” kataku sambil melangkah ke arah ruang penyimpanan brankas.

“Bukan ke situ,” tukas si manajer dengan dingin, lalu menggiringku ke arah lain.

Aku pun kembali menghadap akuntan. Kusorongkan gulungan uangku ke mejanya dalam gerakan cepat seakan tengah melakukan trik sulap.

Wajahku luar biasa pucat.

“Ini uang untuk rekening saya,” kataku, dengan nada yang menyiratkan pinta agar hal memedihkan ini dilakukan sesegera mungkin selagi kami masih berkenan melakukannya.

Ia pun mengambil uangku dan memberikannya pada pegawai lain.

Ia memintaku menuliskan jumlah uang itu pada secarik kertas serta menandatangani namaku di sebuah buku. Aku tak lagi memahami yang kulakukan kini. Pandanganku terasa bergoyang-goyang.

“Uangnya sudah dalam rekening?” suaraku bergetar nyaris tak terdengar.

“Sudah,” jawab akuntan itu.

“Kalau begitu saya ingin menarik sejumlah uang.”

Enam dolar itu kumaksudkan untuk kebutuhan sehari-hari. Seseorang menyerahkan buku cek kepadaku. Yang lainnya memberitahuku petunjuk mengisi buku itu. Orang-orang ini tampaknya mengira aku orang yang punya uang sampai jutaan dolar, tapi sedang tidak begitu sehat. Lalu aku menulisi cek itu dan menyodorkannya pada pegawai di depanku. Ia mengamatinya.

“Apa! Anda ingin menarik lagi semua uang Anda?” ia terkejut. Aku pun menyadari kalau aku bukannya menuliskan enam dolar melainkan limapuluh-enam. Saking kagetnya aku tidak kuasa mengutarakan alasan apapun. Kurasa sudah kepalang tanggung untuk menjelaskannya. Segenap pegawai di ruangan itu menghentikan pekerjaan mereka dan menatapku.

Dalam kepelikan itu kuberanikan diri untuk membulatkan keputusan. 

“Ya, semuanya.”

“Anda ingin menarik semua uang Anda di bank ini?”

“Sampai ke sen-sennya.”

“Anda tidak hendak menyimpan uang di rekening ini lagi?” pegawai itu terheran-heran.

“Tidak.”

Dengan konyolnya aku berharap mereka mengira aku merasa terhina karena apalah selagi aku menulis cek tadi sehingga aku berubah pikiran. Sepayah mungkin kuupayakan tampangku ini bagaikan orang yang gampang naik darah dan menyeramkan.

Pegawai itu mempersiapkan uangku.

“Anda ingin uangnya dalam pecahan berapa?” tanyanya.

“Apa?”

“Anda ingin uangnya dalam pecahan berapa?”

“Oh”—kupahami maksudnya dan menjawab tanpa pikir panjang—“lembaran limapuluh dolar.”

Ia pun memberikan selembar limapuluh dolar kepadaku.

“Sisanya?” tanyanya lagi dengan tak acuh.

“Lembaran enam dolar.”

Ia memberiku enam dolar dan setelahnya aku langsung buru-buru pergi.

Begitu pintu besar itu terayun di belakangku, terdengar gelak tawa menjalar hingga atap bangunan. Sejak itu aku tidak pernah pergi ke bank lagi. Kutaruh uangku dalam saku sementara tabunganku kusimpan dalam bentuk dolar perak di kaus kaki.[]



STEPHEN LEACOCK (lahir 1869) adalah pengarang yang berasal dari Kanada, dan bekerja sebagai Kepala Bagian di McGill University, Montreal. Ia menulis tentang sejarah Kanada serta kehidupan Dickens dan Clemens; namun paling terkenal karena karya-karya humornya. “My Bank Account” diambil dari bukunya Literary Lapses (1910) dan menguraikan tentang caranya membuka dan menutup rekening di sebuah bank.



Cerpen ini diterjemahkan dari “My Financial Career” (1910) yang telah disederhanakan oleh G. C. Thornley, M. A., Ph. D. dengan judul “My Bank Account” dalam Longman’s Simplified English Series: British and American Short Stories (1969).

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar