Laman

20150509

Penggalan: The Wind Birds (Peter Matthiessen, 1973)


. . . Keresahan burung-burung pantai, pertalian mereka dengan jarak dan musim yang lekas berlalu, isyarat pilu dalam suara mereka di sepanjang garis pantai di dunia menjadikan mereka, bagiku, makhluk liar yang paling menggugah. Aku merasa mereka seperti terbuat dari angin, “burung angin”. Bagi pengembara yang bingung dengan burung-burung eksotis, di samping spesimen eksotis dari jenisnya sendiri, barangkali suara burung angin menjadi satu-satunya bebunyian yang dikenal di daratan yang asing, dan sudah berkali-kali aku dibuat senang saat mendapati mereka. Sewaktu menjumpai seekor burung gajahan penggala [Numenius phaeopus] pada suatu hari musim panas yang cerah pada Februari di Tierra del Fuego, aku heran apabila tidak melihat burung yang sama setengah tahun sebelumnya, di rumah. Burung kedidi berbokong putih dan berbintik-bintik serta burung plover emas berperut hitam terdapat di Sagaponack [New York, AS], namun aku dibuat senang pula oleh burung kedidi berbintik-bintik yang memamerkan gayanya berjalan di Amazon dan di tempat yang tinggi seperti Andes (dan begitupula rekan Eurasianya, burung kedidi biasa, di Nil Putih, Galway [Irlandia], dan pegunungan yang jauh sekali di Papua Nugini); lalu pada suatu siang yang terang di Selat Magellan, burung kedidi berbokong putih berlalu di sepanjang pantai secara berkelompok. Aku pernah melihat burung plover emas di tundra Alaska dan ladang tebu di Hawaii, dan mendengar kicauan ribut si perut hitam pada sore hari di pantai laut yang jernih dan berangin dari Yucatán hingga Karang Penghalang Besar.

Suara burung plover berperut hitam terdengar sampai jauh, berbunyi tur-a-li atau pi-yur-i yang sendu dan menyerupai siulan seperti suara burung biru laut [Sialia sp.], yang sering terdengar sebelum burungnya itu sendiri terlihat. Pada musim badai, kadang-kadang burung itu menjadi satu-satunya yang berada di ketinggian, sebab, dengan rentangan sayapnya yang mencapai lebih dari setengah meter, burung plover berperut hitam merupakan penerbang yang tangguh; ditemukan di daerah kutub dan hampir tersebar di seluruh dunia, burung ini bermigrasi melintasi dunia dari sarangnya di Lingkar Arktik. Namun sebagai pengelana burung ini bersaing dengan beberapa burung pantai, tidak sedikit di antaranya yaitu burung sanderling [Calidris alba] dari pantai Sagaponack, yang beserta burung skua besar dan burung dara laut Arktik termasuk burung yang dapat melesat paling jauh di bumi.

Burung sanderling ialah burung kedidi putih atau “ciapan” pada pantai musim panas, burung kecil yang tidak henti-hentinya berlari mengikuti ombak. Karena tabiatnya yang berani di wilayahnya yang amat luas, burung itu menjadi burung kedidi yang paling dikenal oleh kebanyakan orang. Sekalipun begitu amat sedikit orang yang benar-benar memerhatikannya, dan lebih sedikit lagi dari padanya yang akan bertanya-tanya pada diri mereka sendiri mengapa burung itu berada di sana atau ke mana kiranya mereka akan pergi. Kita pun berada di sana tanpa mengindahkan sebuah pencapaian yang luar biasa: makhluk kecil yang demi kita menempuh jarak sepanjang pantai-pantai pada Juli itu mungkin akan kembali dari perjalanan musim semi tahunan yang membawanya dari tengah Chili ke sarangnya di timur laut Greenland, sejauh hampir 13.000 km. Orang cukup memikirkan daya hidup yang terbungkus rapat-rapat dalam gumpalan bulu itu agar pikirannya terbuka lebar-lebar pada berbagai misteri—urutan terjadinya hal-hal, sebab-musabab dan permulaannya. Sementara kita memenungkan burung sanderling itu, di tepi laut yang berkilauan, satu pertanyaan mau tidak mau mengarahkan pada yang lainnya, dan semua pertanyaan pun membentuk selingkaran penuh bagi si penanya, terhenti sejenak dalam perjalanannya sendiri di bawah matahari dan langit. . . .



Dari  Nature Writing: The Tradition in English, Ed. Robert Finch & John Elder, 2002, W. W. Norton & Company

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar