Laman

20151227

Maut di Antara Gemunung Es (Mehis Heinsaar, 2015)

Conchita Suárez datang ke Tartu dari Cile untuk mempelajari bahasa dan sejarah Estonia. Kedatangannya ke tempat itu bukan semata karena ada kesempatan. Sebenarnya kakek Conchita terpaksa melarikan diri dari Estonia ke Jerman bersama kedua orang tuanya pada 1944 sewaktu ia masih kecil. Dari situ ia pindah lagi ke Amerika Selatan. Itu berarti Conchita berdarah seperempat Estonia. Sekarang sudah lebih dari dua tahun Conchita berada di Estonia. Setelah menguasai bahasa setempat dengan amat cepat (bukti akan bakat alamnya dalam bahasa), menemui kerabat jauhnya, dan berteman dengan banyak orang baik yang sebayanya, akhirnya Conchita berlabuh di Pulau Hiiumaa—“Tanah Raksasa”. Sebabnya yaitu dia ditawari bekerja di museum sejarah Kassari selama beberapa bulan pada musim panas.

Conchita segera menyukai pulau berangin itu. Dia agak terkejut karena orang-orangnya berbeda sama sekali dengan penduduk daratan utama Estonia, dan bukan saja dalam adatnya. Banyak ciri fisik mereka yang mengingatkan dia pada orang Spanyol. Namun cara berpikir dan birunya mata mereka jelas seperti orang Utara. Perkataan penduduk pulau terdengar ganjil di telinganya, dan dia lebih tidak mengerti lagi akan selera humor mereka. Namun dia tetap menyukai mereka. Penduduk keturunan dan kelahiran Kassaria yang paling menarik baginya adalah Aale Häggblom. Ia lelaki raksasa yang mulai agak botak, namun rambutnya yang keriting kecil-kecil masih lumayan lebat. Hidungnya besar dan matanya berwarna biru langit. Conchita melihat Aale setiap hari, sebab ia bertanggung jawab memelihara museum, merawat segalanya mulai dari pemasangan listrik sampai memperbaiki hewan awetan.


20151218

Bapak Boleh (Ann Beattie, 2015)

Si wanita tunawisma berambut merah ditahan setelah ambruk di jalan dan sebuah taksi nyaris menggilasnya. Tepat sebelum ia melesat keedanan ke jalan (siapa juga sih yang dapat menjelaskan tingkahnya?), ia menuding seekor anjing hitam yang sedang dirantai sebagai Iblis, tuduhan yang telah dibantah kuat-kuat oleh si pemilik hewan. Nama anjing itu Bapak Boleh, dan di lingkungan kami cerita tentang dia lebih terkenal ketimbang tentang si wanita berambut merah. Peternaknya menyebut anjing itu Bapak, dan keluarga yang mengadopsinya—yaitu tetangga sebelah kami, keluarga Leavell—ingin memanggilnya dengan sebutan yang mirip supaya dia tidak bingung. Mereka mencoba memanggilnya Blacky atau Bobby, tapi anjing itu tidak menanggapi nama apa pun yang diawali dengan huruf “B”, hingga anak perempuan keluarga tersebut, yang berusia empat tahun dan senang sekali bicara pada boneka-bonekanya, mengatakan pada mainannya itu bahwa mereka boleh pergi ke Barneys, dan mereka boleh pergi ke taman, dan mereka boleh makan kue kalau mereka jadi anak baik …. Seperti yang bisa ditebak, si kecil Corey Leavell telah mengajukan satu-satunya nama yang diterima anjing itu. Lantas, terpikir lucu juga memanggil anjing itu Bapak Boleh[1].


20151209

Penggalan: Mice in the Wind (Mihkel Mutt, 1982)

Viktor tidak membuang botol yang kosong itu tetapi berbuat sepatutnya dengan menaruhnya di samping susuran tangga, sehingga pekerja yang datang pagi-pagi sekali dapat mengambilnya. Sesudah itu sejenak ia diliputi perasaan damai, bagaikan orang yang telah mencapai suatu kesadaran, tidak lagi menjadi misteri bagi dirinya sendiri. Tanpa kerisauan ia berjalan pulang. Lalu apa? Pengalaman apa pun merupakan suatu pengalaman! Seorang sastrawan pun harus bersentuhan dengan kehidupan, pikirnya senang, sebuah alasan yang dapat menjadi pembenaran bagi apa pun tindakannya. Nanti ia akan membuat tulisan tentang itu. Toh hingga kini ia tak pernah meninggalkan apa pun tanpa menyelesaikannya. Bagaimanapun kualitasnya, betapapun mepetnya, ia selalu menuntaskan pekerjaannya. Dalam hal ini, Viktor percaya takhayul. Dengan jelas ia membayangkan bahwa satu kejadian saja sudah cukup, sekalipun jika itu suatu preseden buruk untuk menarik dirinya berbuat yang sama lagi dan lagi. Tak ada bedanya apakah kita menjatuhkan seseorang sekali atau sepuluh kali—kita telanjur dicap tak setia.