Laman

20160718

The Perks of Being Wallflower Bagian I, Surat 9 (Stephen Chbosky, 1999)

15 Oktober 1991

Temanku yang baik,

Sepertinya aku lupa mengatakan di surat sebelumnya bahwa Patricklah yang memberitahuku tentang masturbasi. Sepertinya aku juga lupa memberitahumu seberapa sering aku melakukan itu sekarang ini, yang memang sering sekali. Aku tidak suka melakukannya sambil melihat gambar. Aku tinggal menutup mataku dan membayangkan seorang wanita yang tidak kukenal. Dan aku berusaha supaya tidak merasa malu. Aku tidak pernah membayangkan Sam saat melakukannya. Tidak pernah. Itu sangat penting buatku soalnya aku senang sekali saat ia menyebut “gaya Charlie” karena rasanya seakan-akan itu lelucon di antara kami berdua.

Suatu malam, aku merasa sangat bersalah sampai-sampai aku berjanji pada Tuhan tidak akan pernah melakukannya lagi. Jadi, aku mulai menggunakan selimut, tapi jadinya menyusahkan, lalu aku mulai menggunakan bantal, tapi jadinya menyusahkan juga, jadi aku kembali seperti biasanya saja. Orang tuaku tidak begitu religius dalam mendidikku, sebab mereka dulu di sekolah Katolik, tapi aku benar-benar percaya pada Tuhan. Cuma aku tidak pernah memberi-Nya nama, kalau kau mengerti maksudku. Kuharap Ia tidak kesal padaku.

Kebetulan, ayahku sudah bicara serius pada orang tua cowok itu. Ibu cowok itu sangat marah sekali dan meneriaki anaknya. Ayah si cowok diam saja. Dan ayahku tidak begitu mencampuri mereka. Ia tidak bilang soal “buruknya cara” mereka dalam membesarkan anak atau apalah.

Setahuku, yang penting cuma meminta bantuan mereka untuk menjauhkan anak mereka dari kakak perempuanku. Begitu tujuannya beres, ia meninggalkan mereka supaya mengurus persoalan itu dan pulang untuk mengurus keluarganya sendiri. Sedikitnya begitulah yang dikatakan ayahku.

Satu-satunya hal yang jadi kutanyakan pada ayahku yaitu tentang masalah keluarga cowok itu. Apakah menurutnya orang tua cowok itu memukuli anaknya. Ia menyuruhku supaya jangan ikut campur. Soalnya ia tidak tahu dan tidak akan pernah menanyakannya dan menurutnya itu tidak penting.

“Tidak semua orang punya cerita sedih, Charlie, dan kalaupun mereka punya, itu tidak bisa jadi alasan.”

Cuma itu yang ia katakan. Lalu kami menonton televisi.

Kakak perempuanku masih marah padaku, tapi ayahku bilang aku melakukan hal yang benar. Kuharap memang begitu, tapi kadang sulit mengetahuinya.

Salam sayang,


Charlie

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar