Laman

20161227

An Evening of Long Goodbyes, Bab 3 (4/4) (Paul Murray, 2003)

“Charles!”

Kubuka mata. Di luar sudah gelap. Sudah berapa lama aku di sini?

“Charles!” teriak Bel lagi dari lorong. “Telepon!”

Buru-buru kuturuni tangga. “Dari Mata-Penerawang Apalah,” ucap Bel, sambil menyerahkan telepon.

“Oh ya,” sahutku acuh tak acuh, “kami mau main tenis besok pagi.” Sambil membawa telepon ke ruang resital, aku berbisik, “M?”

“C?”

“Situasinya berubah. Kita harus bergerak cepat. Ayo mulai ke bisnis.”

Jaminan Bersegel Emas si Mata-Penerawang Segala bukanlah dusta. Dalam beberapa jam saja sejak aku meninggalkannya, ia telah mengumpulkan berbagai informasi tentang musuhku. Frank, seperti yang sudah kuduga, berasal dari wilayah yang buruk, pernah menjadi murid sekolah jelek yang paling sedikit tiap setahun sekali mengalami kebakaran, keluar dengan nilai kelulusan yang kabur, belum pernah menikah walau dicurigai merupakan ayah dari seorang atau lebih anak di wilayah tersebut, pernah berkuliah di akademi teknik tempat ia mempelajari Perbaikan Panel (satu tahun) dan Perbaikan Panel Lanjutan (satu tahun), sebelum dinas keluar negeri bersama Pasukan Penjaga Perdamaian PBB. “Setelah menjadi Penjaga Perdamaian,” kata MacGillycuddy padaku, “ia mulai bekerja menyalurkan rongsokan di Dublin, lalu masuk ke usaha penyelamatan bangunan. Tahun lalu ia memulai usahanya sendiri. Usahanya berjalan sangat baik.”


20161218

An Evening of Long Goodbyes, Bab 3 (3/4) (Paul Murray, 2003)

Aku melihat Mbok P sewaktu melewati supermarket, larut dalam percakapan dengan seorang wanita bertampang asing. Wanita itu mengenakan kartu pengenal dan menjual majalah. “Anak-anak saya ada di satu kamar yang sempit,” ucapnya, “di atas toko jagal, kami bayar terus, dan ketika dia bilang, oh, ada polisi, masalah nih, kami bayar lagi--“ Kututupi wajahku dengan tangan dan menyelinap di dekat mereka, sambil bernapas pendek-pendek yang serasa menusuk-nusuk. Apa yang tengah terjadi? Apa yang mereka maksudkan dengan penyimpangan-penyimpangan itu? Mungkinkah persoalannya begitu rumit sampai-sampai mereka tidak bisa mulai membereskannya? Sebab bagiku tampaknya jelas-jelas saja; pemecahannya ada pada Ayah, ia punya aset, uangnya ada banyak, harusnya ada-- Dengan terengah-engah, aku bersandar pada pilar Korinthos imitasi, dibanjiri bayang-bayang mengerikan: gerombolan orang bersetelan biru hasil jahitan mesin meruah ke rumah, merobohkannya dengan mata Golem mereka yang tak bernyawa, membangunnya kembali sebagai aparthotel mewah, kompleks rekreasi, lubang kedelapan belas untuk lapangan golf lintas-kota ....


20161209

An Evening of Long Goodbyes, Bab 3 (2/4) (Paul Murray, 2003)

Lokasi bank tersebut sekitar satu setengah mil dari rumah, di tengah-tengah pusat perbelanjaan. Petang itu aku berangkat demi menemui manajernya. Aku yakin Bel berlebihan dalam menanggapi perkara ini lebih daripada yang diperlukan, tetapi aku sadar aku pun tidak akan merasa tenang hingga membereskannya. Selain itu, kesempatan ini bisa menyelubungi persoalan lain yang perlu kuurus. Ada perjanjian ataupun tidak, perabot masih pada menghilang. Aku ingin tahu kalau-kalau aku bisa menemukan keterangan mengenai latar belakang teman Golem kami.

Jarang-jarang aku memberanikan diri berada sejauh itu dari rumah. Bel menganggapnya sebagai contoh lain dari “wawasan feodal”ku. “Kamu memandang dirimu sendiri sebagai Tuan Tanah,” begitu katanya, “dan orang-orang ini merupakan budakmu, sehingga kamu enggak mau bergesekkan bahu dengan mereka kalau-kalau kamu menangkap sesuatu.” Tetapi bukan itu sama sekali. Seiring dengan mundurnya jalanan teduh di atas permukaan laut menjadi kawasan pinggir kota di sekeliling, sembari mengamat-amati dari jok belakang taksi, aku merasa tercekam--seperti biasanya--oleh rasa terancam dan takut akan terkurung dalam ruangan sempit dan tertutup. Kekejaman rakitan nan asing pada pusat perbelanjaan menakutiku. Entahkah itu salon rambut harga diskon, butik-butik berisi baju rok pastel suram, ataupun toko agen koran, pegawainya mengalami kemunduran abadi. Tampaknya mereka melompati seluruh anak tangga pada jenjang evolusioner, sehingga ucapan silakan dan terima kasih telah lama tak lagi berarti, dan sekiranya beberapa hari lagi aku kemari akan kudapati mereka tengah menggerogoti tulang dan menyembah api. Sebagai budak pun aku ragu mereka bakal berguna bagiku.