Laman

20191027

Gua Angin (Haruki Murakami, 2018)

Sewaktu aku berusia lima belas tahun, adik perempuanku meninggal. Kejadiannya mendadak. Waktu itu usianya dua belas tahun. Ia baru tahun pertama di SMP. Ia lahir dengan penyakit jantung bawaan, tetapi sejak operasinya yang terakhir, di kelas-kelas atas SD, tidak ada gejala apa-apa, makanya keluarga kami merasa tenang sambil agak berharap bahwa hidupnya akan berlanjut tanpa masalah. Tetapi, pada Mei tahun itu, detak jantungnya menjadi semakin tidak teratur. Detak jantungnya memburuk terutama ketika ia rebah, dan sering kali ia tidak bisa tidur saat malam. Ia menjalani tes di rumah sakit universitas, tetapi betapa pun tesnya sangat mendetail para dokter tidak dapat menentukan perubahan pada kondisi fisiknya. Masalah pokoknya tampak sudah beres oleh operasi, makanya mereka bingung.
“Hindari olahraga berat dan jalani rutinitas yang teratur. Semestinya detak jantungnya akan segera membaik,” kata dokter. Barangkali hanya itu yang bisa ia katakan. Lalu ia menuliskan beberapa resep untuk adikku.


20191020

The Moneyless Manifesto: 3. Model POP (Mark Boyle, 2012)

Jika kita tidak berjuang cukup keras demi hal-hal yang kita junjung, pada suatu saat kita mesti mengakui bahwa kita tidak sungguh-sungguh menjunjungnya.
– Paul Wellstone

Kompromi merupakan bagian yang nyaris tidak dapat dielakkan dari kehidupan kita. Banyak di antara kita yang merasa tidak jelas dengan cita-cita yang, setidaknya, kita idamkan. Karena berbagai alasan—finansial, sosial, hukum, emosional, fisiologis—sering kali kita jauh dari menjalaninya secara sungguh-sungguh hingga taraf yang kita kehendaki, atau tidak sama sekali. Tidak apa-apa. Tidak ada orang yang sempurna. Lagi pula budaya kita dewasa ini berikut manifestasi politik dan ekonominya memang tidak mempermudah kita.
Kemungkinan yang lebih terjangkau daripada langsung menjalani cita-cita puncak kita seratus persen dari mana pun posisi kita masing-masing berada sekarang, ialah dengan mengadakan peralihan menurut serangkaian tahap yang telah dipikirkan masak-masak yang logis bagi kehidupan kita. Kuncinya ialah menjadikan langkah-langkah ini cukup realistis untuk dicapai dalam jangka pendek, namun cukup menantang untuk dianggap sebagai respons yang tepat bagi persoalan-persoalan pokok ekologi dan sosial pada zaman kita.


20191013

The Moneyless Manifesto: Ekonomi berbasis sumber daya dan “balas-kepada-orang-lain” (pay-it-forward) (Mark Boyle, 2012)

Ekonomi berbasis sumber daya (ESD)

Meskipun ekonomi berbasis sumber daya sepintas berkenaan dengan ekonomi kasih berbasis lokalisasi yang saya anjurkan, istilah tersebut umumnya dipahami sebagai ekonomi nonmoneter dalam versi globalisasi yang berteknologi tinggi. Penganjur ekonomi tersebut meliputi Peter Joseph dengan karyanya yang luar biasa populer The Zeitgeist Movement (TZM)[1] serta Jacques Fresco dengan The Venus Project (TVP)[2], dua proyek yang hingga 2011 sering kali dikaitkan dengan satu sama lain.
Premis pokok keduanya ialah untuk menikmati apa yang menurut mereka merupakan standar hidup yang tinggi, masyarakat tidak memerlukan uang, tetapi sumber daya seperti makanan, air, mineral, dan berbagai material lainnya. Bahkan, mereka mengklaim bahwa ekonomi moneter sebenarnya menghalangi persebaran berbagai kebutuhan hidup tersebut secara adil. Para pendukung sistem tersebut berpendapat bahwa dunia ini berkelimpahan, dan bahwa semua sumber daya dapat digunakan secara jauh lebih bijaksana dan dibagi secara merata di antara seluruh umat manusia, bukan hanya untuk mereka yang memiliki kemampuan finansial. Fresco menganjurkan penggunaan teknologi bertaraf tinggi yang mampu diciptakan manusia, namun dengan berfokus pada sumber daya, maka model ekonomi dengan produksi yang dibatasi masa pakainya (built-in obsolescence)[3] tidak akan berlaku lagi. Dalam model ekonomi ini, mesin melakukan pekerjaan apa pun yang dapat diotomatisasi, dan tidak digunakan untuk menggantikan tenaga manusia dengan cara yang mengakibatkan pengangguran dan segala implikasi sosial dari padanya, tetapi untuk memperpendek waktu kerja semua orang, yang artinya lebih banyak waktu luang serta akses penuh lagi cuma-cuma terhadap seluruh sumber daya yang ada di Bumi berikut teknologi yang dihasilkan. Pada model ini kecerdasan manusia dimanfaatkan untuk bersama-sama menciptakan teknologi paling efisien dan berkelanjutan menurut setinggi-tingginya kualitas dan sebaik-baiknya penerapan, dan bukannya dikecilkan oleh tekanan persaingan pasar yang tidak lepas dari dan penuh dengan duplikasi serta penghamburan. Menurut mereka, dan lagi-lagi saya setuju, ekonomi moneter didasarkan pada keadaan berkekurangan, sebaliknya ekonomi berbasis sumber daya didasarkan pada kelimpahan bersama.


20191006

The Fortune Kite (Achmad Chozin, 2000)

From his yard, Pian watched kites in air. They have varied shapes and colors. Ah, if I had a kite, Pian thought. Unfortunately, he could not afford it. He didn’t have much money. Since his father got unemployed he had to save money.

Pian was surprised. Someone touched his shoulder.

"You want to play a kite, don’t you?" His father was standing by his side.

"Ah, I am happy just looking at those kites ...." Pian did not want to be honest. He did not want to make his father sad. However,

"If you want a kite, I can make it. Now I have plenty of time. Not as busy as I used to be. Do you want it?"

Pian nodded quickly.

"There is a bamboo in our backyard. Oh yeah, we still have kite thread from the last season, right? So we just need oil paper. I have money to buy the paper."