Laman

20200802

Rich Without Money - MENGAKALI KEADAAN (Tomi Astikainen, 2016)

Aku sedang berada di bandara Helsinki, dengan kulit bagus terbakar matahari, dan sekali lagi, siap menghadapi musim dingin Finlandia yang kejam. Aku memuji Chuck Norris dan para manusia setengah dewa lainnya karena suhunya tidak terlalu jauh di bawah negatif. Menyaksikan lumpur kelabu, tetumbuhan palem menjadi bukan apa-apa melainkan kenangan silam.
Aku mengenakan sepatu sobek yang kutemukan di jalan, jin yang dihadiahkan kepadaku, dan di baliknya, bokser lungsuran keluarga. Di ranselku ada harta karun berharga untuk cuaca seperti ini: topi wol dari bak sampah serta sarung tangan rajutan pemberian. Nyatanya, semua pakaian lain yang kumiliki juga pemberian dari orang-orang dengan lemari gembung yang senang saja melepaskan beberapa kilo.
Sandal, celana pendek, dan beberapa kaus telah kutinggalkan dalam tumpukan rapi di bulevar yang sering dikunjungi gelandangan di Kota Panama, yang aku yakin, lebih bermanfaat bagi mereka.
Aku tidak merasa memiliki apa pun. Hanya saat ini, sementara waktu, aku menggunakan barang-barang ini. Mereka bukan milikku. Seandainya ada orang membutuhkan barang yang kebetulan kumiliki, dengan senang hati aku akan memberikannya. Tidak begitu banyak barang yang bisa dibawa dalam ransel.
Di bandara aku menjumpai seorang teman yang membawakanku berbagai macam barang: jaket wol hangat—yang nantinya aku berikan lagi pada orang lain—serta bot musim dingin—yang nantinya kutukar dengan alas kaki yang lebih ringan.
Selama beberapa hari pertama di Finlandia aku ditawari lima jaket, semuanya bisa dibilang baru. Banyak yang terkejut ketika aku mesti menolak pemberian mereka. Ketika ransel adalah rumah, kita tidak ingin menyimpan terlalu banyak.
Pemberian ini mengingatkanku pada kenyataan bahwa sekalipun jika kita berhenti memproduksi pakaian baru selama satu dekade, kita akan tetap berkecukupan dengan yang sudah kita miliki. Akan tetapi, dengan begitu kita harus mengatur distribusi, pemakaian bersama, perbaikan, dan penggunaan kembali. Intinya, kita akan membutuhkan sistem berbagi di antara sesama yang cuma-cuma. Apakah yang menghalangi kita dari menggunakan pakaian serta barang-barang lainnya sebagaimana kita memanfaatkan buku di perpustakaan?[1]
Aku ingat ketika berusia empat tahun aku memulung mainan dan gim dari bak sampah di halaman belakang toko mesin jahit milik orang tuaku.
Aku ingat semua pakaian yang sama sekali masih bagus yang kutemui selagi melangkah di jalanan kota seluruh dunia.
Kuingat pula anak-anak kecil di Nikaragua yang datang menjual pakaian ke pertanian tempat kami menjadi sukarelawan. Mereka memperoleh pakaian itu sebagai donasi dari lembaga nonprofit yang dijunjung di masyarakat yang lebih makmur yang, pada gilirannya, menerima busana tersebut secara cuma-cuma dari orang-orang idealis yang bersedia membantu. Aku penasaran berapa banyak di antara kawan sukarelawan kami yang membeli kembali kaus bekas mereka.
Walau demikian sebagian besar kenanganku berupa orang-orang luar biasa itu yang telah berbagi milik mereka serta memenuhi kebutuhanku berkenaan dengan barang-barang pokok.
Baiklah Finlandia, ayo sini! Aku sudah siap menghadapi musim dinginmu yang indah.

Tips untuk memperoleh akses pada barang-barang pokok:

 Pernak-pernik Bagus: Konsumsi Bersama
 Barang-barang Tahan Lama: Lepaskan Barang Tak Berguna
 Harta Karun Berharga: Hukum Tarikan



Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar