Laman

20200927

An Evening of Long Goodbyes, Bab 15 (04/10) (Paul Murray, 2003)


“Charlie?”

“Iya, Frank?”

“Udah bangun?”

“Iya, Frank, aku sudah bangun.”

“Kita di mana, Charlie?”

“Kita di ruang studi Ayah. Kamu pusing-pusing begitu tadi.”

“Oh iya. Tadi aku habis nonjok kuping orang, ya.” Timbul jeda. Kegelapan kembali menyelimuti rak-rak, botol-botol, terbitan-terbitan, serta portofolio-portofolio tebal berisi foto-foto. “Kayaknya dia kaget.”

“Enggak, sepertinya ia sudah siap.”

“Nyokap lu marah banget, ya? Dia bilang mau panggil polisi terus apa gitu.”


20200920

An Evening of Long Goodbyes, Bab 15 (03/10) (Paul Murray, 2003)


Sedari tadi belum kusebutkan karena takut terdengar kurang ajar, namun sejak aku duduk Mirela memandangiku. Pada awalnya tatapannya itu sayu, semacam pengakuan dosa tiap kali kepala Harry berpaling, yang dengan sopan kuabaikan. Akan tetapi Mirela bersikeras. Seiring dengan merayapnya malam, tatapannya kian mendesak—berkedip terus-terusan dari sisi lain meja seolah-olah ia punya pesan yang berusaha dikirimkannya lewat sandi Morse berupa kejapan dan sorotan, hingga tatapannya itu menyerupai permohonan ala tokoh-tokoh wanita yang diikat ke rel kereta dalam film-film bisu. Namun sekarang, seiring dengan bergeraknya jam ke tengah malam, tampak sekonyong-konyong ia menyerah. Duduknya merosot. Pada waktu bersamaan, gelas anggur berdenting, kemudian Harry berdiri.

“Kawan-kawan.” Ia mengangkat sebelah tangannya untuk menenangkan suasana. “Maafkan saya jika menahan kalian sebab ada beberapa patah kata yang hendak saya sampaikan. Gaya rambutnya yang bodoh terlihat semakin mengular lagi menjengkelkan daripada biasa. Malam Perpisahan yang Panjang mulai menggeram. “Shhh,” desisku. “Anjing nakal. Diam, ya,” seraya menyelipkan truffle untuk anjing itu ketika Bunda teralihkan.


20200913

An Evening of Long Goodbyes, Bab 15 (02/10) (Paul Murray, 2003)


“Aku punya banyak waktu luang,” jelasku. “Tetapi, seperti yang sudah kubilang, kami hampir-hampir tidak dapat bertahan hidup. Malam ini sungguh suatu mimpi buruk. Tetapi aku bilang pada Frank, ini Bel mau pergi jauh lo, walau badai mengadang, aku akan tetap datang.”

“Baunya bikin mual,” Bel bergumam.

Aku senang Bel berbicara kepadaku, sekalipun ia tidak benar-benar berubah sikap. Namun agaknya ia telah melepaskan diri dari berbagai persoalan, dan setiap hal yang ia katakan bergema retorik, sampai-sampai aku mulai merasa tolol menanggapi dia. Sekalipun sudah berusaha, aku tidak dapat menerobos cagar porselen ini. Tidak saja aku tidak mampu untuk maju ke subjek permaafan, serta aneka percakapan yang telah kusiapkan mengenai topik tersebut, namun—begitu aku menyampaikan pesan Jessica Kiddon mengenai taksi kemudian berbasa-basi mengenai dekorasi ruangan—serta-merta aku sama sekali kehilangan segala hal yang hendak kuutarakan padanya. Jelaslah rasanya menyerupai kelegaan saat Bunda berdiri, mendentingkan gelas, lantas aku menyadari bahwa, walaupun kami tidak kebagian makanan, aku dan Frank tiba tepat pada waktunya pidato yang membosankan.


20200906

An Evening Of Long Goodbyes, Bab 15 (01/10) (Paul Murray, 2003)



Sepertinya aku kewalahan gara-gara kegirangan, sebab aku terkantuk-kantuk ketika di jalan. Aku mengalami mimpi sangat aneh. Di situ kami semua terkubur dalam longsor parah. Namun kemudian aku terbangun dan mendapati kami telah berhenti di luar rumah tua itu, sedangkan longsornya tidak lebih daripada sekadar gemuruh dari perut Frank.

Entah siapa yang Bunda harapkan kedatangannya pada larut malam ini, namun ia tampak terkejut saat menyambut di pintu dan mendapatiku. Malah ia menjadi pucat, dan gelasnya terlepas dari tangan hingga menumpahkan sherry ke lantai.

“Aku baik-baik saja, Charles, biarkan saja,” Bunda memulihkan diri. “Bunda sudah tidak mengharapkan ada tamu lagi yang datang, itu saja. Bukannya Bunda sudah kasih tahu jam delapan pas? Dan sejujurnya, apakah begitu yang dinamakan pakaian bersih menurutmu akhir-akhir ini?

Aku hendak menjelaskan tentang sewa kos dan balapan anjing, namun Bunda menyela. “Charles,” ucapnya, sembari mencari-cari ke bawah, “tampaknya ada yang menetes-netes di kakiku.”