Laman

20210926

Just Wan-derful (Louise George Kittaka, 2012)

Kabar baik: Takeshi “Tak” Matsumoto kelas delapan baru saja mendapat peran utama untuk sebuah acara serial di TV nasional Jepang. Kabar buruk: pemain pendampingnya adalah seorang mas-mas yang pada waktu luangnya menjadi model kover novel percintaan, seorang mbak-mbak yang suaranya kayak Minnie Mouse pakai helium, serta seekor anjing berwarna ungu.

Catatan pribadi: Cari tahu apa kontrak yang ditandatangani Mum dengan studio TV itu mengikat.

 

=

 

Awalnya ibunya lah yang punya gagasan untuk mendaftarkan Tak dan adik perempuannya, Keina, ke agen pencari bakat. Keina langsung mendapat beberapa pekerjaan sebagai model, tapi Tak sudah terlalu besar untuk sampel ukuran standar pakaian anak-anak, sehingga dia tidak kebagian apa-apa. Kadang-kadang agen tersebut menelepon ketika ada audisi ini itu, namun biasanya Tak terlihat kurang menyerupai anak Jepang ketika mereka inginnya anak Jepang, dan kurang menyerupai gaijin ketika mereka inginnya anak gaijin. Ibunya dari Selandia Baru sedangkan ayahnya orang Jepang. Mendapat label “blasteran” tidak menyinggung Tak, namun merisaukan ibunya. Ibunya sering kali perlu menjelaskan kepada orang-orang Jepang bahwa “bikultural” adalah istilah yang lebih tepat bagi anak-anak seperti Tak dan Keina.



20210919

Perjalanan Ulang-alik Shuya (Liza Dalby, 2012)

Saat itu bulan Maret. Tahun pertamanya di SMA hampir berakhir. Tadinya Shuya mengira dia tidak akan sanggup menahan perjalanan panjang pulang pergi ke SMA Rikkyo dari rumahnya di Meguro. Dua jam setiap hari terbuang di kereta untuk bolak-balik ke Saitama! Tapi banyak pekerja kantoran dan lain-lain yang melakukannya, ibunya mengingatkan dia. Begitu pula dengan teman-temannya. Satu jam masing-masing untuk pergi dan pulang tidak sepantasnya dikeluhkan. Bahkan sekalipun dia mesti berganti kereta sampai empat kali.

            “Coba baca buku,” kata mereka. “Kamu kan suka baca—manfaatlah kesempatan itu.”

            Shuya memang suka baca. Dan ternyata dia suka menulis juga. Kegiatan favoritnya sepulang sekolah adalah Klub Sastra. Anggotanya menghabiskan sebulan untuk mengarang haiku, sebulan untuk cerpen, dua bulan skrip, dan satu semester untuk menulis novel. Untuk novel rasanya berat. Tapi sampai waktu itu semuanya berjalan menyenangkan.



20210912

Welcome to the N. H. K. Bab 09 Hari-hari Penghabisan Bagian 2 (Tatsuhiko Takimoto, 2007)


Secara umum, narkoba dapat digolongkan ke dalam salah satu dari tiga kategori besar: penyemangat, penenang, dan psikedelik. Penyemangat adalah narkoba yang dapat membuatmu energik. Kokain dan stimulan merupakan narkoba penyemangat yang terkenal. Penenang merupakan narkoba seperti heroin, yang bikin lembam. Aku tidak pernah mencobanya, sehingga tidak ada pengalaman langsung, tapi kelihatannya sih mengonsumsi obat-obatan tersebut rasanya sangat enak. Sedangkan psikedelik merupakan halusinogen. LSD dan jamur ajaib mewakili kategori tersebut.
Seringnya sih, aku lebih suka halusinogen legal. Efek sampingnya sedikit—tidak seperti obat-obatan penyemangat dan penenang—dan lebih daripada itu, obat-obatan tersebut mudah diperoleh karena legal.
Pada hari setelah jalan-jalan bersama Misaki, aku mengonsumsi obat-obatan lagi. Aku memutuskan untuk mengambil pendekatan yang agak agresif.


20210905

Welcome to the N. H. K. Bab 09 Hari-hari Penghabisan Bagian 1 (Tatsuhiko Takimoto, 2007)


Bagi seorang hikikomori, musim dingin itu menyakitkan sebab segalanya terasa dingin, membekukan, dan sepi. Bagi seorang hikikomori, musim semi juga menyakitkan sebab semua orang bersenang-senang sehingga bikin iri.
Tentu saja musim panas yang terlebih-lebih menyakitkan.
Waktu itu musim panas yang bising oleh suara jangkrik. Dari pagi sampai malam, mereka terus saja mengerik-ngerik. Panasnya musim panas juga melumpuhkan. Bahkan sekalipun AC dinyalakan terus, tetap saja panas. Entah AC punyaku yang sudah soak atau memang musim panas kali ini luar biasa panasnya. Yang mana pun, aku sepenuhnya terebus.
Kadang-kadang, aku ingin menjerit, “Siapa pun yang bertanggung jawab, tampakkanlah dirimu!” Tapi, aku bahkan tidak punya tenaga untuk melakukannya. Panasnya musim panas juga melemaskanku sama sekali. Selera makanku merosot, dan sarafku kelelahan. Berapa pun banyaknya Lipovitan D[1] yang kuteguk, kelesuanku ini mustahil dihalau.