Laman

20211226

Lagu untuk Benzaiten (Catherine Rose Torres, 2012)

Musim sakura berlalu lebih cepat daripada biasanya saat musim semi aku tiba di Tokyo, begitulah yang dikatakan oleh kakak asuhku, Hiro. Ia bilang akulah yang mesti disalahkan. “Parah sekali kalau sampai hujan pada musim begini,” katanya, seraya menggeleng-geleng padaku. “Kita mesti cari nama yang lebih ceria buat kamu.” Maka namaku pun menjadi “Aya”, yang artinya “cerah” dalam bahasa Jepang. Bapak dan Ibu Nojima, orang tua asuhku, pasti lega dapat memanggilku dengan nama yang tidak semengusik nama asliku, “Rain”—hujan.

            Tiga hari setelah aku datang, Hiro terbang kembali ke California, di mana dia sedang belajar arsitektur di UCLA. Seolah-olah dia ada di sini sekadar untuk membaptisku dengan nama panggilan Jepang. “Jangan terlalu baik, ya?” katanya ketika naik ke mobil bersama ayahnya, yang akan mengantarkan dia ke Bandara Narita. “Bisa-bisa orang tuaku memutuskan untuk mengadopsimu dan mendepakku.”



20211219

Welcome to the N. H. K. Bab 10 Terjun Bagian 3 (Tatsuhiko Takimoto, 2007)

Amarah menggelegak hebat di dalam diriku. Aku merasa seolah-olah dia sudah membodohiku. Dengan menekan perasaan itu dalam-dalam, aku berucap dengan nada selembut mungkin, “Nah, pulang, yuk! Di sini dingin!”

 “Aku enggak mau.”

Apa-apaan tuh enggak mau?! Dasar, ah sialan, berhentilah mengolok-olokku. Aku hampir saja mulai mencerca dia sekerasku; tapi entah bagaimana, aku bisa mengendalikan dorongan itu.

Aku berusaha mengingat-ingat buku yang pernah aku baca dulu sekali berjudul Psikologi Pencederaan Diri. Buku ini punya teori, “Mereka yang mencoba bunuh diri sebenarnya ingin diselamatkan. Mereka ingin ada orang yang mendengarkan apa yang mereka ingin katakan, maka berusahalah dan dengarkan mereka dengan sikap yang baik, sehalus mungkin, tanpa menyuarakan komentar negatif apa pun.”



20211212

Welcome to the N. H. K. Bab 10 Terjun Bagian 2 (Tatsuhiko Takimoto, 2007)

Saat itu hampir Malam Tahun Baru. Suatu siang, aku berkeluyuran di depan rumah sakit besar di pinggir kota. Ke sinilah Misaki dibawa.

Sebelumnya pada pagi itu aku menuju ke kafe manga dekat stasiun dan mendapatkan informasi dari pamannya yang kelelahan.

“Bagaimanapun juga, saya menyesal.” Entah kenapa pamannya minta maaf padaku. “Kami kira dia baik-baik saja. Dia jauh lebih tenang sejak berhenti bersekolah, dan kelihatannya betul-betul bahagia belakangan ini. Jangan-jangan itu karena dia sudah merencanakan. Omong-omong, kok masnya bisa kenal Misaki?”

“Kami kurang lebih kenalan,” jawabku. Aku pun undur diri dari kafe manga itu dan langsung menuju ke rumah sakit, tetapi ….

Aku sudah menongkrong di halamannya selama hampir dua jam. Di antara para pengunjung serta pasien yang keluar untuk berjalan-jalan, aku melangkah mondar-mandir di jalur dari gerbang utama ke pintu masuk.



20211205

Welcome to the N. H. K. Bab 10 Terjun Bagian 1 (Tatsuhiko Takimoto, 2007)

Musim panas berakhir. Aku telah menghabiskan biaya hidupku. Aku sudah tidak punya uang lagi untuk beli makanan, sehingga aku memutuskan untuk mencoba tidur saja untuk menghemat energi. Aku akan terjaga selama lima jam, kemudian aku tidur lagi selama lima belas jam. Aku mencoba hidup dengan jadwal begitu.

Selama tiga hari pertama, aku tidak ada masalah serius dengan berpuasa. Paling-paling, perutku sedikit sakit. Tapi, begitu hari keempat bergulir, yang bisa kupikirkan hanya makanan. Aku ingin makan ramen. Aku ingin makan kari dan nasi. Apa pun hasratku, tubuhku benar-benar menginginkan kalori. Kebutuhan ini mustahil diperangi.

Akhirnya, pada hari kelima berpuasa, aku keluar apartemen. Setelah menghabiskan beberapa ratus yenku yang terakhir untuk membeli kue serta majalah kerja paruh-waktu lagi, aku memutuskan untuk mulai mencari pekerjaan kasar hari itu juga.