Laman

20140227

Kekukuhan (Virginia Woolf, 1918)

Satu-satunya yang bergerak di lingkar pantai itu adalah sebuah titik hitam kecil. Titik itu mendekati rangka sampan yang terdampar. Dari kepekatannya yang merenggang, terlihat bahwa titik itu memiliki empat kaki. Sebentar kemudian, makin tak teragukan lagi bahwa titik itu terdiri dari dua orang pemuda. Bahkan pada bayangan yang melekat di pasir, tampak adanya semangat yang tak tergoyahkan dalam diri mereka. Daya hidup yang tak terperikan dalam ayunan tubuh mereka, walau sedikit, mengejawantah dalam perdebatan sengit yang keluar dari mulut di kepala-kepala bundar kecil itu. Terlihat dalam jarak yang lebih dekat, terjangan yang berulang-ulang dari sebatang tongkat di sisi kanan. ‘Maksudmu… Kamu benar-benar yakin…’ demikian tongkat di sisi kanan dekat ombak itu seolah menegaskan, seraya menyabet pasir hingga membentuk garis-garis lurus nan panjang.

‘Persetan dengan politik!’ keluar dengan jelas dari orang di sisi kiri. Seiring dengan diutarakannya kata-kata itu, mulut, hidung, dagu, tipisnya kumis, topi wol, sepatu bot, mantel berburu, dan kaos kaki dua orang yang bicara itu menjadi semakin jelas saja. Asap dari pipa mereka membumbung ke udara. Tidak ada yang begitu kukuh, begitu hidup, begitu solid, bergejolak dan kuat sebagaimana dua raga tersebut sepanjang mil demi mil lautan dan gunungan pasir.


20140220

Pintu yang Selalu Dibiarkan Terbuka (Hector Hugh Munro, 1914)

“Bibi saya akan segera pulang, Pak Nuttel,” ucap gadis berusia 15 tahun itu dengan amat tenang, “sementara itu biarlah saya yang menemani Bapak.”

Framton Nuttel mencari-cari jawaban yang sekiranya dapat meyenangkan gadis itu, perkataan yang tidak akan membuat sang bibi jengkel. Seharusnya ia sedang menjalani pengobatan untuk penyakit sarafnya. Ia ragu apakah kunjungan ramah-tamah pada sejumlah orang yang tak dikenalnya ini akan dapat meringankan penyakitnya.

“Aku mengerti kesulitanmu,” begitu kata kakaknya sewaktu lelaki itu sedang mempersiapkan kepindahannya ke pedesaan. “Kau akan kesulitan mengendalikan diri dan tak bicara pada siapapun, namun penyakitmu malah akan memburuk kalau terus-terusan menyendiri. Akan kubuatkan surat pengantar untuk semua orang yang kukenal di sana. Seingatku, beberapa di antaranya cukup baik.”

Framton bertanya-tanya dalam hati apakah gerangan Nyonya Sappleton termasuk di antara yang baik itu. Sekarang ini perempuan itulah yang hendak ditemuinya dan diberinya surat pengantar.


20140213

Buka Rekening (Stephen Leacock, 1910)

Aku merasa ketakutan sewaktu pergi ke bank. Mulai dari pegawainya, meja kasnya, sampai mesin penghitung uangnya; semuanya membuatku merasa ketakutan.

Begitu melewati pintu bank tersebut dan mencoba menuntaskan urusanku, seketika aku menjelma seorang dungu yang tak dapat dipercaya.

Aku sudah menduga ini sebelumnya. Namun gajiku telah dinaikkan menjadi limapuluh dolar per bulan. Kupikir bank adalah satu-satunya tempat yang aman untuk menyimpan uangku itu. 

Jadi, kuayunkan langkahku dengan goyah. Takut-takut, tatapanku beredar mencari pegawai yang hendak kudekati. Terpikir olehku orang yang bermaksud membuka rekening bank mestilah menghadap manajernya terlebih dulu.

Maka aku menuju bagian yang bertuliskan “Akuntan”. Orang di baliknya bagaikan dedemit jangkung lagi angkuh. Tatapannya yang menusuk itu membuatku ketar-ketir. Akibatnya suaraku terdengar seperti panggilan dari alam kubur.


20140206

Musim Semi (O. Henry, 1906)

Pada suatu hari di bulan Maret.

Jangan, jangan sekali-kali memulai cerita dengan cara seperti ini. Boleh jadi tak ada pembukaan yang lebih buruk daripada ini. Imajinasinya tidak ada. Datar dan kering. Tapi dalam cerita ini boleh-boleh saja begitu. Paragraf berikutnya, yang seharusnya sudah merupakan permulaan cerita, terlalu liar dan mustahil untuk dilemparkan begitu saja ke hadapan pembaca tanpa aba-aba.

Sarah menangis di atas daftar menu.

Kau mungkin mengira kalau daftar menu itu tidak menyediakan tiram, atau Sarah baru saja berjanji untuk tidak makan es krim. Tapi tebakanmu salah, jadi mari kita lanjutkan saja ceritanya.

Orang yang bilang kalau dunia ini adalah tiram yang akan dibelahnya dengan pedang menjadi kesohor lebih daripada yang sepatutnya.[1] Tidaklah sulit membuka tiram dengan sebilah pedang. Namun tahukah kau akan adanya orang yang mencoba membuka tiram dengan sebuah mesin ketik?