Laman

20141020

Sputnik Sweetheart, Bab I 01/10 (Haruki Murakami, 1999)

Sputnik



Pada 4 Oktober 1957, Uni Soviet meluncurkan satelit buatan manusia per­ta­ma, Sputnik I, dari Baikanor Space Centre di Republik Kazakhstan. Sputnik yang ber­di­a­meter 58 cm dan berbobot 83,6 kilogram itu mengitari Bumi selama 96 menit 12 de­tik.
Pada 3 November tahun yang sama, Sputnik II berhasil diluncurkan dengan mem­bawa seekor anjing bernama Laika. Laika menjadi makhluk hidup pertama yang me­ninggalkan atmosfer Bumi. Namun satelit tersebut tidak pernah ditemukan kem­ba­li. Laika berakhir sebagai korban dari kepentingan penelitian biologi di luar ang­ka­sa.

dari The Complete Chronicle of World History





1



Pada musim semi ketika usianya duapuluh-dua tahun, Sumire jatuh cinta untuk per­ta­ma kalinya. Cinta yang bergelora, bagaikan tornado yang menyapu penjuru da­rat­an--meratakan apapun yang dilewatinya, melontarkan semuanya ke udara, men­ca­bik-cabiknya dan melumatnya hingga menjadi serpihan. Tak sedetikpun kekuatan tor­nado itu mereda kala menggerus samudera, memorak-porandakan Angkor Wat, meng­hanguskan hutan India beserta segala isinya, menjelma badai pasir di gurun Per­sia, hingga meluruhkan kota berbenteng nan eksotis menjadi lautan debu. Sing­kat­nya, cinta yang teramat besar. Orang yang dicintainya itu berusia tujuhbelas tahun le­bih tua. Dan sudah menikah. Dan, perlu kutambahkan juga, seorang wanita. Dari si­ni­lah semuanya bermula, dan berakhir. Hampir.

Pada waktu itu, Sumire--"Lembayung" dalam bahasa Jepang--sedang berjuang untuk men­jadi penulis. Betapapun banyaknya pilihan yang mungkin dalam hidupnya, bagi Su­mire hanyalah menjadi novelis atau tidak sama sekali. Keputusannya sekukuh Ka­rang Gibraltar. Tak ada yang dapat memisahkan dirinya dari keyakinannya pada ke­su­sasteraan. 
Setelah lulus dari SMA negeri di Prefektur Kanagawa, ia memasuki fakultas il­mu budaya di sebuah kampus swasta yang nyaman di Tokyo. Namun baginya kam­pus itu terasa palsu, lesu, dan menyedihkan. Ia membenci kampus itu dan meng­ang­gap mahasiswanya (yang mana kutakutkan termasuk diriku) sangat membosankan, makh­luk rendahan. Tak heran menjelang tahun ketiga kuliahnya ia tahu-tahu keluar be­gitu saja. Menurutnya bertahan lebih lama di sana hanya buang-buang waktu. Me­nu­rutku tindakannya itu tepat. Namun kalau boleh aku menyamaratakan setiap orang yang biasa-biasa saja, bukankah hal-hal yang tak ada artinya pun dapat di­te­ri­ma di dunia yang jauh-dari-sempurna ini? Singkirkan apapun yang tak ada artinya itu da­ri kehidupan yang cacat ini, maka kehidupan pun akan lenyap beserta cacat-ca­cat­nya.





Penggalan dari novel Sputnik Sweetheart oleh Haruki Murakami (1999), edisi bahasa Inggris oleh Philip Gabriel (2001)

Artikel Terkait



2 komentar:

  1. lanjutannya gak ada ya, yang termahan bahasa indonesia?

    BalasHapus
    Balasan
    1. hai, terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan jejak di blog ini.
      untuk sementara ini saya belum tertarik untuk lanjut menerjemahkan haruki murakami. maaf, yaa, hehehe.

      Hapus