Laman

20151109

Dunia Alam (John Clare, ----)

Aku sering menudungi mataku dengan topi demi mengamati burung lark[1] membubung atau elang bergantung di langit musim panas, serta layang-layang berputar mengitari hutan. Aku sering berlama-lama di tepi hutan demi mendengar burung-burung merpati mengepakkan sayap di antara pohon-pohon ek hitam. Aku senang mencari bunga-bunga yang unik dan menggumamkan pujian padanya. Aku cinta padang rumput dan keriuhannya, tumbuhannya yang berduri, serta jalur jejak biri-biri yang membelahnya. Aku memuja rawa liar serta bangau penyendiri yang melintas di atas langitnya yang muram. Aku senang menjelajahi padang di antara liang-liang kelinci dan furze[2] yang berbunga emas. Aku merebahkan diri di atas bukit berlumut atau gundukan tikus mondok yang ditumbuhi thyme demi melihat pemandangan musim panas … Aku memerhatikan ladang-ladang yang terhampar rata, dengan petak-petak yang berbeda-beda warnanya seperti pada peta; semanggi berwarna tembaga yang sedang berbunga; rumput hijau kecokelatan yang sudah masak; jelai dan gandum yang warna-warninya lebih cerah seperti campuran antara sorot matahari senja pada bunga charlock[3] dan tiruannya pada orang yang mengidap sakit jengkering[4]; tongkol-tongkol jagung biru[5] menyesakkan warnanya yang indah menyerupai lautan luas pada tanah, mengusik ladang dengan kecantikannya yang rawan; pepohonan hutan yang hijaunya beragam-ragam, pohon ek hitam, pohon ash pucat, pohon limau ranum, dan pohon poplar putih menatap dari atas tumbuhan lainnya bagaikan menara berdaun, pohon willow hijau yang bersinar sejuk dalam terang matahari, seakan embun pagi masih bergelayut pada hijaunya yang adem. Aku cinta padang rumput di danau serta bendera-benderanya dan warna ungu di sepanjang tepian airnya. Aku suka mendengar bisikan angin di sela alang-alang bermahkota bulu, melihat lidi air mengangguk-angguk lembut pada air yang beriak; dan pada malam-malam panen aku suka menyaksikan matahari yang keras kepala turun di balik penjara dan mengintip lagi dalam rupa lengkung setengah lingkaran seakan ia tak ingin pergi … Aku terpesona mengamati semua ini sejak dulu. Namun aku tak tahu apa-apa tentang puisi. Itu terasakan namun tak terutarakan.[]



Dari  Nature Writing: The Tradition in English, Ed. Robert Finch & John Elder, 2002, W. W. Norton & Company. Teks rujukan dapat dilihat di sini.




[1] Sejenis burung kicauan dari famili Alaudidae
[2] Sejenis semak berduri dari genus Ulex dan famili kacang-kacangan, tumbuh sepanjang tahun di Eropa
[3] Sejenis rumput yang tumbuh di kawasan Eropa dan Asia, berbunga kuning, dengan daun dan batang berbulu
[4] Penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman. Kuman tersebut menghasilkan zat racun yang menimbulkan bercak-bercak merah menyala pada kulit.
[5] Varietas jagung yang tumbuh di Meksiko dan Amerika Serikat barat daya, pertama kali dibudidayakan oleh suku Hopi (penduduk asli Amerika)

Artikel Terkait



2 komentar:

  1. Kalo yang ini suka sama endingnya. Saya nangkapnya kalau ini keluhan penulis yang ngak bisa berpuisi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya ... saking indahnya alam semesta sampai2 manusia sulit mengungkapkan itu lewat bahasanya. He he he.

      Hapus