Laman

20141106

Sputnik Sweetheart, Bab I 03/10 (Haruki Murakami, 1999)

Sumire ingin menjadi seperti tokoh dalam novel Kerouac--serampangan, menawan, dan hidup tak beraturan. Ia berkeluyuran dengan tangan terbenam dalam-dalam di kan­tong mantelnya, rambut kusut tak tersisir, dan tatapan hampa ke arah langit me­la­lui kacamata berbingkai plastik hitam ala Dizzy Gillespie--biarpun sebetulnya peng­lihatannya normal. Penampilannya dilengkapi mantel kebesaran bermotif lurik da­ri toko pakaian bekas serta sepatu bot yang biasa dikenakan pekerja kasar. Aku ya­kin ia akan menumbuhkan janggut seandainya bisa. 
Sebenarnya Sumire tidak cantik. Pipinya cekung. Mulutnya agak kelewat lebar. Hi­dungnya kecil dan mencuat. Wajahnya ekspresif, selera humornya pun besar, tapi ta­wanya jarang sampai terpingkal-pingkal. Tubuhnya pendek, dan bahkan meski su­a­sa­na hatinya sedang baik, cara bicaranya seperti mau mengajak berkelahi. Aku tidak per­nah melihatnya mengenakan lipstik ataupun pensil alis. Aku bahkan ragu kalau ia ta­hu kutang itu ukurannya bermacam-macam. Biarpun begitu, ada suatu hal yang is­ti­mewa pada dirinya, yang membuat orang tertarik padanya. Menjelaskan hal yang is­timewa itu tidaklah mudah. Tapi cobalah tatap matanya, dan temukan ke­is­ti­me­wa­an­nya itu membayang jauh di dalam sana.

Mungkin sebaiknya aku langsung saja mengakuinya. Aku mencintai Sumire. Aku ter­pi­kat padanya sejak kali pertama kami mengobrol, dan setelahnya tak ada jalan kem­ba­li bagiku. Dalam waktu yang lama hanya ia yang dapat kupikirkan. Aku berusaha me­nyampaikan perasaanku padanya, tapi entah mengapa aku tak bisa menemukan ka­ta-kata yang tepat. Mungkin memang itu yang terbaik. Kalaupun aku dapat meng­ung­kapkan perasaanku itu padanya, barangkali ia hanya akan menertawakanku.
Sementara kami berteman, aku berkencan dengan dua atau tiga gadis lainnya. Bu­kan berarti aku tidak ingat persis jumlahnya. Dua atau tiga itu tergantung ber­da­sar­kan apa menghitungnya. Kalau para gadis yang pernah tidur sekali-dua denganku di­sertakan juga, daftarnya akan menjadi sedikit lebih panjang. Meskipun begitu, se­men­tara aku bercinta dengan mereka, yang terbayang olehku malah Sumire. Pikiran ten­tang dirinya menggapai-gapai hingga pelosok benakku walau hanya sepintas. Ku­ba­yangkan diriku menjamahnya. Tidak pantas memang, tapi aku tidak bisa me­na­han­nya.



Penggalan dari novel Sputnik Sweetheart oleh Haruki Murakami (1999), edisi bahasa Inggris oleh Philip Gabriel (2001)

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar