Laman

20210131

Rich Without Money - Selanjutnya: Naungan (Tomi Astikainen, 2016)

Saya telah menyebutkan berbagai layanan daring serta aplikasi seluler di sana-sini. Tren digitalisasi ini menantang norma-norma yang ada serta menciptakan peluang tak terduga bagi produksi dan distribusi barang dan jasa dua arah.
Mungkinkah layanan generasi berikutnya ini merupakan salah satu alasan bagi pergeseran yang mulai kita lihat dalam nilai-nilai kemasyarakatan, komunikasi interpersonal, dan perilaku manusia? Atau apakah teknologi ini—cara baru untuk melakukan berbagai hal secara berbeda—hanyalah gejala dari suatu perubahan lebih besar yang tengah berlangsung?
Teman saya orang Polandia—yang, omong-omong, tidak akan pernah saya temui seandainya tidak ada internet—pernah berkata: “Umat manusia mengembangkan internet sebab kita belum cukup siap untuk menggunakan komunikasi telepati secara total.”
Barangkali suatu saat nanti kita mengenang hari ini dan mengatakan: “Saat itulah ketika pergeseran terjadi, di awal 2000-an. Merekalah orang-orang yang mewujudkannya.” Selagi kita bekerja keras dalam kehidupan sehari-hari, di tengah-tengah proses perubahan itu, sulit sekali memerhatikan perubahan yang terjadi.


20210124

Rich Without Money - Perjalanan Menakjubkan: Jalan Kaki Jarak Jauh (Tomi Astikainen, 2016)


Saya sendiri belum pernah bepergian jarak jauh dengan berjalan kaki. Kadang saya akhirnya berjalan 10-20 kilometer sehari ketika tidak ada pengemudi yang berhenti untuk membawa saya. Saya cukup menikmatinya, terlepas dari betapa frustrasinya melihat ribuan mobil yang lewat begitu saja. Ada suatu daya tarik menyakitkan dalam mendorong diri menuju batas. Tapi saya kira kebanyakan penebeng lebih suka mencari tumpangan. Tapi, sekiranya Anda sukarela berjalan dan sama sekali menolak tumpangan, ini dapat terbukti menjadi pengalaman hebat.
Saya telah mendapat kehormatan untuk mengenal banyak sesama manusia, yang lebih bijaksana dan lebih berani daripada saya. Satu orang yang telah berjalan kaki ratusan mil adalah Daniel Suelo. Ia berbagi pengalamannya:

“Yang paling saya suka dari berjalan kaki adalah pengalaman itu mengembalikan kita pada ajaibnya realitas, pada pandangan sehat akan luasnya darat. Berjalan kaki melibatkan semua indra kita sepenuhnya dalam perjalanan. Soal luasnya darat, maksud saya berjalan kaki menjadikan perjalanan terasa epik, sekaligus mencerapkannya dengan suatu rasa misterius. Berjalan kaki malah lebih baik daripada bersepeda dalam mengembalikan kita pada ajaibnya realitas. Berjalan kaki terasa menakjubkan, menyadarkan bahwa perjalanan itu hanya satu setengah jam dengan mobil atau beberapa hari dengan sepeda, menjadi perjalanan ajaib berminggu-minggu, seperti dalam The Hobbit.


20210117

Rich Without Money - Peregangan Berat: Kebebasan Menebeng Gratis (Tomi Astikainen, 2016)


Pada 1930-an, para pemuda Amerika didorong untuk menebeng kendaraan. Katanya itu dapat membangun watak serta menyiapkan mereka untuk kehidupan nanti. Tapi dua puluh tahun kemudian, ketika menebeng menjadi bentuk perjalanan yang populer, CIA dan tenaga polisi bekerja sama untuk berkampanye melawan penebengan. Pada awalnya pemuda ditakut-takuti soal menebeng melalui iklan-iklan mengerikan—sebagiannya begitu kasar, yang kalau dibuat sekarang, akan segera ada tuntutan bagi para pembuat film. Kemudian Hollywood bergabung dalam perlawanan itu melalui kisah-kisah horor. Selebihnya tinggal sejarah. Citra menebeng hancur, seperti yang dikehendaki.[1]
Kenapa ini dilakukan? Siapa yang tahu. Mungkin para penghasil-uang meminta penegakan hukum untuk membantu meningkatkan penjualan mobil dan lobi pemilikan mobil pribadi sebagai gantinya. Atau barangkali kebebasan yang mengiringi penebengan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat industri. Apa pun soalnya, menurut statistik, membawa penebeng atau masuk ke mobil orang tidaklah meningkatkan risiko menjadi korban kejahatan. Jadi, kemaslah ranselmu dan siapkan jempolmu! Anda siap untuk berangkat.


20210110

Rich Without Money - Perlawatan Ringan: Bersepeda, Menebeng, Bersantai (Tomi Astikainen, 2016)


Abad mobil bermesin pembakaran yang patut disayangkan ini perlahan menuju akhir. Para perencana kota di mana-mana mulai membicarakan pendekatan yang lebih manusiawi sementara kemacetan lalu lintas diarahkan menjauhi pusat kota. Ini berita baik bagi mereka yang menikmati bersepeda.
Sepeda adalah moda transportasi yang cocok bahkan untuk jarak jauh. Saya sendiri belum pernah menggunakan sepeda untuk menjelajah tapi Matti teman saya adalah pesepeda yang bersemangat. Ia berbagi pengalamannya:

“Saya sudah bersepeda ke Finlandia, Estonia, Swedia, Denmark, Belanda, Jerman, Swiss, Belgia, dan Irlandia. Saya belum pernah melakukan perjalanan yang lebih jauh, paling lama beberapa minggu sekali jalan. Saya bersepeda tiga sampai lima ribu kilometer tiap tahun.


20210103

Rich Without Money - HASRAT MENGEMBARA (Tomi Astikainen, 2016)

Saat itu awal Maret dan aku sedang mengunjungi kampung halamanku di Finlandia. Aku berjalan menjauh dari Turku, sambil berusaha mencari tebengan ke rumah ibuku di Joutsa. Hari itu cerah lagi menyenangkan, tapi angin musim dingin membuat udara yang jauh-di-bawah-minus terasa cukup kering. Mobil-mobil yang melintas mengangkat salju dan awan debu ke udara.
Aku mencari tempat menebeng yang sempurna: halte bis tepat setelah lampu merah. Sekarang semestinya jadi mudah. Aku menaruh ransel di depanku, untuk mengirim pesan kepada para pengemudi bahwa aku pengelana yang bisa dipercaya dan bukan sekadar orang sembarangan yang mengacungkan jempol sembari tersenyum bak idiot.
Di papan tandaku cuma tertulis 20 km. Bertahun-tahun mengembara bikin aku malas mengubahnya tiap kali aku pergi ke tujuan baru. Lagi pula, selembar kertas kardus yang berharga ini telah membawaku lebih dari 200.000 km melintasi Eropa, Turki, Maroko, Meksiko, dan Amerika Tengah. Tiket perjalanan yang cukup hebat, kan?