Laman

20140627

Perang Suci Psikis (Fernando Sorrentino, 1982)

Cara yang tepat untuk mengungkap sisi-sisi yang belum diketahui dari manusia dapat dicapai dengan menempatkan subjek dalam situasi yang sama sekali baru dan mengamati reaksinya. Contohnya: apabila saya melakukan panggilan lewat telepon dan mendengar suara di ujung sambungan mengatakan “Halo”, maka percobaan menjadi kurang bernilai ilmiah atau berbobot dikarenakan subjek tidak menunjukkan reaksi lebih dari sikap yang biasanya dalam menanggapi situasi yang juga biasanya. Oleh karena itu, hal tersebut tidak memberi saya kesempatan untuk menyelidiki aspek-aspek tersembunyi dalam kepribadiannya.

Bagaimana saya dapat menelaah, misalnya saja, penjaga toko tertentu—dengan keramahtamahan dan senyuman sementara saya berbelanja—tidak sanggup menahan saya menyangkut perkara recehan? Maka yang terbaik adalah mendorong timbulnya reaksi yang tidak terduga. Hal ini dapat bersifat instruktif.

Saya dapat mengemukakan beberapa contoh.

1. Saya membayar sepotong kecil roti dengan pecahan uang kertas terbesar yang beredar dan dengan tegas menolak menerima kembaliannya. Dengan penuh perhatian, saya mengamati ketamakan penjual roti tersebut, hasratnya untuk mengambil keuntungan dari kesintingan saya sebagaimana disangkanya. Saya pergi. Setelah lima menit saya memasuki toko sekali lagi, kali ini ditemani seorang petugas polisi, dan menuduh penjual roti tersebut telah menolak menyerahkan kembalian saya. Saya mengamati kegusarannya akan perilaku tidak jujur saya, kekecewaannya karena kertas pembungkusnya telah dirobek. Dengan takut dan bingung, ia menggagapkan alasan-alasan yang sulit dimengerti di bawah tatapan curiga petugas polisi, yang tidak memercayai adanya orang yang menolak menerima kembalian sebesar itu. Dengan merendahkan hati, ia menyerahkan sejumlah yang diperlukan dan dengan bermurah hati, saya menyatakan bahwa saya menghendaki agar kejadian yang tidak menyenangkan ini dianggap sudah selesai saja. Petugas tersebut, tampaknya sedikit kecewa, mengatakan “Terserah Anda saja.” Saya memerhatikan kelegaan yang sangat besar di wajah penjual roti tersebut.*


20140620

Berkat Takhayul (Fernando Sorrentino, 1982)

Aku mencari nafkah dari kepercayaan orang akan takhayul. Penghasilanku tidaklah mencukupi, pekerjaannya pun tidaklah mudah.

Pekerjaan pertamaku di pabrik botol minuman bersoda. Bosnya entah mengapa meyakini bahwa salah satu di antara ribuan botol itu (ya, tapi yang mana?) mengandung bom atom. Ia juga meyakini bahwa keberadaan seseorang cukuplah untuk mencegah lepasnya energi mengerikan itu. Ada beberapa orang yang dipekerjakan, satu untuk setiap truk. Tugasku adalah duduk di atas permukaan yang tidak rata, terdiri dari botol-botol minuman bersoda yang akan didistribusikan, selama enam jam setiap harinya. Tugas yang sulit karena truknya berguncang-guncang; tempat duduknya tidak nyaman dan menyiksa; rutenya membosankan; pengemudi truknya biasa-biasa saja sebagaimana kebanyakan orang; dan kadang-kadang ada botol yang meledak (tapi bukan yang mengandung bom atom) dan akibatnya aku menderita luka-luka ringan. Akhirnya, karena lelah dengan pekerjaan itu, aku berhenti. Bosnya cepat-cepat menggantikanku dengan orang lainnya yang dengan keberadaannya saja akan mencegah ledakan bom atom itu.


20140613

Cuma Sugesti (Fernando Sorrentino, 1976)

Teman-temanku bilang aku ini orangnya sangat mudah terpengaruh oleh sugesti. Kurasa mereka benar. Sebagai buktinya, mereka mengungkit-ungkit kejadian kecil yang menimpaku pada Kamis lalu.

Pagi itu aku sedang membaca novel horor. Walaupun pada waktu itu cuaca terang, aku merasa menjadi korban dari kekuatan sugesti dalam cerita itu. Sugesti itu membuatku membayangkan adanya seorang pembunuh haus darah di dapur. Pembunuh haus darah itu mengacungkan belatinya yang besar, menantiku memasuki dapur sehingga dia dapat menyergapku dan menancapkan pisaunya ke punggungku. Walaupun aku duduk tepat di seberang pintu dapur, walaupun senyatanya tak ada seorangpun yang dapat memasuki dapur itu tanpa sepenglihatanku, dan tidak ada akses lain ke dapur kecuali melewati pintu itu; tapi aku sepenuhnya teryakinkan bahwa memang ada pembunuh yang bersembunyi di balik pintu yang tertutup itu.

Jadi karena menjadi korban sugesti itu aku tidak berani untuk memasuki dapur. Aku menjadi cemas. Sebentar lagi waktunya makan siang dan aku perlu ke dapur. Tahu-tahu terdengar dering bel dari pintu depan.


20140606

Semangat Bersaing (Fernando Sorrentino, 1972)

Aku tinggal di sebuah bangunan apartemen di Jalan Paraguay. Di tempat itu semangat bersaing antar penghuninya sangat tinggi.

Sejak lama persaingan di antara mereka hanya sebatas dalam memiliki piaraan. Anjing, kucing, kenari, atau kakatua. Binatang paling eksotis yang pernah ada di antara mereka paling-paling tupai atau kura-kura. Aku sendiri memiliki anjing gembala Jerman yang bagus bernama Joey. Ukurannya hanya sedikit lebih kecil daripada apartemen kami. Selain Joey, ada pula seekor laba-laba cantik dari spesies Lycosa pampeana yang tinggal bersamaku dan istriku. Belum ada orang lainnya yang tahu soal ini.

Suatu pagi, tepat pada pukul satu, aku sedang memberi makan piaraanku ketika tetangga dari 7-C bertamu. Ia hendak meminjam koranku sebentar dengan alasan yang membingungkan. Aku tidak pernah bertemu dengannya sebelumnya. Setelahnya, tanpa tanda-tanda akan pergi, ia berdiri saja dalam waktu yang lama sambil tangannya memegangi koranku. Rupanya ia sedang memandangi Gertrude dengan terpesona. Ada sesuatu dalam tatapannya itu yang membuatku merinding. Semangat bersaing.