Kekasihku
mengalami evolusi mundur. Tak seorang pun kuberi tahu. Entah bagaimana
kejadiannya, yang kutahu hanya sebelumnya ia kekasihku dan kemudian ia menjadi
semacam kera. Sudah sebulan begitu dan sekarang ia menjadi penyu.
Aku menaruhnya di
meja, di pinggan kaca tahan panas yang kuisi dengan air garam.
“Ben,” ucapku pada
kepala kecilnya yang menyembul, “bisakah kau mengerti aku?” Ia menatapku dengan
matanya yang bagaikan butiran aspal dan air mataku pun luruh ke wadah itu,
lautan diriku.
Dalam sehari ia
tampak menua sejuta tahun. Aku memang bukan ilmuwan, tetapi ini perkiraanku
secara kasar. Aku pun mendatangi guru biologi sepuh di sekolah vokasi dan
menanyakan tentang rentang waktu evolusi padanya. Mulanya ia mendongkol—ia
ingin dibayar. Kukatakan padanya bahwa aku mau membayarnya dan ia pun jadi agak
ramah. Garis waktu yang dibuatnya nyaris tidak bisa kumengerti—semestinya
diketik saja—dan ternyata salah. Menurutnya, seluruh proses akan memakan waktu
kurang lebih setahun, namun mengingat keadaan yang tengah berlangsung, kupikir
waktu yang tersisa tinggal kurang dari sebulan.