Begitu
Patrik Ohlsson membuka lipatan tiket undian dan melihat nomornya untuk pertama
kali, ia memerhatikan adanya ambiguitas yang menarik.
“Kemarilah lihat ini, Linn,” seru Patrik pada anaknya.
Linn sedang berdiri di atas kotak trafo, berusaha meraih salah satu balon yang
ditambatkan di situ untuk pesta di lapangan tempat penitipan anak. Beberapa
anak lain berdiri di sekitarnya sambil menyoraki. Klara merenggut kaki Linn dan
ingin naik juga sendirian. Dengan enggan, Linn merangkak turun dan menghampiri
Patrik. Patrik menunjukkan tiket undian itu pada Linn.
Linn mengira nomor yang tertera di situ 66, namun ayahnya
menerangkan bahwa sebetulnya itu 99. Linn melihat angka tersebut secara
terbalik. Ayahnya membalikkan tiket itu ke atas, dan menerangkan kesalahpahamannya.
“Ini namanya palindrom angka.”