Di Hostel
Punta Marina, Tossa de Mar, aku bertemu orang Jepang menyebalkan yang sama
sekali tidak menyerupai orang Jepang dalam bayanganku.
Malam itu ia
mengambil tempat duduk di mejaku setelah minta permisi tanpa banyak basa-basi.
Aku baru sadar bahwa matanya tidak sipit, kulitnya pun tidak kekuningan. Malah
sebaliknya, pipinya merah jambu sedang rambutnya agak pirang.
Aku penasaran
hidangan apa yang ia pesan. Kekanak-kanakan memang, mengharapkan makanan yang
tidak biasa dimakan sehari-hari dewasa ini, atau yang merupakan kombinasi
eksotis. Aku terkejut bahwa pesanannya berupa makanan khas Catalunya:
selada—“bawang merahnya yang banyak, ya,” ucapnya dalam bahasa Katala—lalu cap i pota (rebusan bokong dan kaki anak
sapi), disusul oleh molls a la brasa i
ametlles torrades (ikan belanak panggang dan badam bakar). Ia menutup
hidangan itu dengan kopi, konyak, dan sebatang cerutu.