Suatu
ketika ada seorang anak yatim yang berbakat menemukan barang hilang. Kedua orang tuanya tewas saat ia berusia delapan tahun—mereka sedang
berenang di laut yang kemudian menjadi ombak ganas, dan keduanya berusaha
menyelamatkan satu sama lain supaya tidak tenggelam. Anak itu lalu terjaga dari
tidur siangnya, di pasir, sendirian. Setelah tragedi yang menewaskan kedua
orang tuanya, ia diadopsi dan dibesarkan oleh masyarakat, dan beberapa tahun
kemudian ia mulai dapat merasakan keberadaan benda-benda meskipun tidak dapat
melihatnya. Kemampuan itu terus meningkat selama masa remajanya dan pada usia
dua puluhan tahun, ia benar-benar mampu mengendus keberadaan kacamata hitam,
kunci, lensa kontak, maupun sweter yang hilang.
Para tetangga mengetahui bakatnya itu secara tidak
sengaja—suatu malam ia berada di rumah Jenny Sugar, hendak menjemput gadis itu
untuk berkencan, sementara ibu Jenny salah menaruh sisirnya, dan berjalan
mondar-mandir sambil mengomel. Hidung pemuda itu menggerenyit dan ia menoleh ke
dapur serta menunjuk laci tempat menyimpan sendok dan pisau. Tawa gadisnya
meledak. “Tolol sekali menaruh sisir di situ,” ujar si gadis, “di tempat
peralatan makan!” lalu ia membuka laci itu untuk menunjukkan maksudnya, ia
hendak melambaikan pisau atau menyisir rambutnya dengan garpu, namun saat laci
itu terbuka, bum, sisirnya ada di sana, dilapisi ikal rambut nan kusut,
melintang di tumpukan garpu.