. . . Keresahan burung-burung pantai,
pertalian mereka dengan jarak dan musim yang lekas berlalu, isyarat pilu dalam
suara mereka di sepanjang garis pantai di dunia menjadikan mereka, bagiku,
makhluk liar yang paling menggugah. Aku merasa mereka seperti terbuat dari
angin, “burung angin”. Bagi pengembara yang bingung dengan burung-burung
eksotis, di samping spesimen eksotis dari jenisnya sendiri, barangkali suara
burung angin menjadi satu-satunya bebunyian yang dikenal di daratan yang asing,
dan sudah berkali-kali aku dibuat senang saat mendapati mereka. Sewaktu
menjumpai seekor burung gajahan penggala [Numenius
phaeopus] pada suatu hari musim panas yang cerah pada Februari di Tierra
del Fuego, aku heran apabila tidak melihat burung yang sama setengah tahun
sebelumnya, di rumah. Burung kedidi berbokong putih dan berbintik-bintik serta
burung plover emas berperut hitam
terdapat di Sagaponack [New York, AS], namun aku dibuat senang pula oleh burung
kedidi berbintik-bintik yang memamerkan gayanya berjalan di Amazon dan di
tempat yang tinggi seperti Andes (dan begitupula rekan Eurasianya, burung
kedidi biasa, di Nil Putih, Galway [Irlandia], dan pegunungan yang jauh sekali
di Papua Nugini); lalu pada suatu siang yang terang di Selat Magellan, burung
kedidi berbokong putih berlalu di sepanjang pantai secara berkelompok. Aku
pernah melihat burung plover emas di
tundra Alaska dan ladang tebu di Hawaii, dan mendengar kicauan ribut si perut
hitam pada sore hari di pantai laut yang jernih dan berangin dari Yucatán
hingga Karang Penghalang Besar.
Suara burung plover berperut hitam terdengar sampai jauh, berbunyi tur-a-li atau pi-yur-i yang sendu dan menyerupai siulan seperti suara burung biru
laut [Sialia sp.], yang sering
terdengar sebelum burungnya itu sendiri terlihat. Pada musim badai,
kadang-kadang burung itu menjadi satu-satunya yang berada di ketinggian, sebab,
dengan rentangan sayapnya yang mencapai lebih dari setengah meter, burung plover berperut hitam merupakan
penerbang yang tangguh; ditemukan di daerah kutub dan hampir tersebar di
seluruh dunia, burung ini bermigrasi melintasi dunia dari sarangnya di Lingkar
Arktik. Namun sebagai pengelana burung ini bersaing dengan beberapa burung
pantai, tidak sedikit di antaranya yaitu burung sanderling [Calidris alba]
dari pantai Sagaponack, yang beserta burung skua besar dan burung dara laut
Arktik termasuk burung yang dapat melesat paling jauh di bumi.
Burung sanderling ialah burung kedidi putih atau “ciapan” pada pantai
musim panas, burung kecil yang tidak henti-hentinya berlari mengikuti ombak. Karena
tabiatnya yang berani di wilayahnya yang amat luas, burung itu menjadi burung
kedidi yang paling dikenal oleh kebanyakan orang. Sekalipun begitu amat sedikit
orang yang benar-benar memerhatikannya, dan lebih sedikit lagi dari padanya
yang akan bertanya-tanya pada diri mereka sendiri mengapa burung itu berada di
sana atau ke mana kiranya mereka akan pergi. Kita pun berada di sana tanpa
mengindahkan sebuah pencapaian yang luar biasa: makhluk kecil yang demi kita menempuh
jarak sepanjang pantai-pantai pada Juli itu mungkin akan kembali dari perjalanan
musim semi tahunan yang membawanya dari tengah Chili ke sarangnya di timur laut
Greenland, sejauh hampir 13.000 km. Orang cukup memikirkan daya hidup yang
terbungkus rapat-rapat dalam gumpalan bulu itu agar pikirannya terbuka
lebar-lebar pada berbagai misteri—urutan terjadinya hal-hal, sebab-musabab dan
permulaannya. Sementara kita memenungkan burung sanderling itu, di tepi laut yang berkilauan, satu pertanyaan mau
tidak mau mengarahkan pada yang lainnya, dan semua pertanyaan pun membentuk
selingkaran penuh bagi si penanya, terhenti sejenak dalam perjalanannya sendiri
di bawah matahari dan langit. . . .
Dari Nature
Writing: The Tradition in English, Ed.
Robert Finch & John Elder, 2002, W. W. Norton & Company
Tidak ada komentar:
Posting Komentar