Ia keluar dari rumah
sambil menyerapahi segala sesuatu sekeras-kerasnya—mulai dari kedua orang tua
yang membawanya ke dunia busuk ini hingga kakaknya yang telah menikah dengan
orang Perancis, ikut ke negara suaminya, dan ingkar janji. Ia ingat ucapan
kakaknya sewaktu di bandara:
“Aku kawin dengan orang Kristen ini demi kau. Satu bulan, dan
kau akan memiliki semua dokumen yang diperlukan untuk menyusulku ke sana.
Jangan khawatir!”
Ia memercayai kakaknya. Sekarang sebulan telah berlalu, dengan
menyeret bulan-bulan lainnya yang menjemukan lagi membosankan, semuanya sama
memuakkan, dan kakaknya ingkar janji. Ia capek melihat ibunya pulang sore-sore
dengan membawa pakaian bekas serta sisa makanan dari majikan. Ia capek melihat
ayahnya merana di pojok kamar sambil mengisap rokok, penampilan lelaki bangkot
itu sudah menyerupai orang-orangan sawah saja. Lebih-lebih lagi capeknya karena
berdiri di ujung jalan dengan sekeranjang dus rokok di depannya, berjualan
eceran. Ia mengisap rokok lebih banyak daripada yang ia jual.