Suatu malam aku memanggil taksi untuk
menukar tabung gas yang sudah kosong ke depot di dekat pasar induk. Jalanan di
Jabriya sangat padat. Kawasan ini memang selalu ramai, tetapi kemacetan seperti
ini, sampai-sampai mobil pun susah bergerak, hanya mungkin terjadi jika ada
kecelakaan atau razia. Seperti yang kuduga, di ujung jalan ada mobil-mobil
polisi dengan lampu berkedip biru dan merah. Polisi berdiri di pinggir jalan
memeriksa SIM dan STNK.
Sopir taksi membuka jendela dan
menyerahkan surat-suratnya pada polisi. Polisi memeriksanya dan, sebelum
menyerahkannya kembali pada sopir, meminta kartu identitasku. Aku memasukkan
tangan ke saku celana, tetapi dompetku tidak ada. Aku pun panik. Aku menunjuk
ke arah jalan dan berkata, “Dompet saya ketinggalan di flat.”
Ia tidak mengerti ucapanku. “Iqama, iqama,” pintanya dalam bahasa
Arab, yang berarti ia menginginkan bukti bahwa aku penduduk Kuwait yang sah
secara hukum.