Lokalisasi
mungkin tidak begitu praktis, namun mau tidak mau tidak ada alternatif lain.
– Dr. David Fleming
Orang-orang yang
tertarik dengan gagasan hidup sepenuhnya bebas niscaya menghadapi rintangan
yang, karena alasan apa pun, tidak berhasil dilalui pada awal percobaan. Alasan
yang paling sering disebutkan berupa rintangan dari luar: tidak punya tanah,
pajak, persyaratan izin perencanaan berikut pendirian hunian mandiri yang
berdampak rendah[1],
dan seterusnya.
Semua contoh
tersebut merupakan rintangan besar yang mungkin terjadi, sebagian besar berakar
dari kenyataan dunia kita kini dan cukup membebani, terutama bagi orang-orang
yang sedang berusaha untuk mengurangi keterikatannya dengan ekonomi mesin
alih-alih meningkatkannya. Akses terhadap tanah—seperti izin dan peraturan,
harga tanah, serta properti pribadi—merupakan persoalan yang terpenting. Namun
banyak di antara tantangan ekonomi dan sosiopolitik ini merupakan hambatan
pribadi dan internal yang kita ciptakan sendiri yang mencegah kita dari menjalani
hidup penuh kesederhanaan, kebebasan, dan petulangan yang semarak. Menganggap
persoalan tanah sebagai masalah pokok berarti melewatkan kisahan kebudayaan
mendasar yang mengawali timbulnya pemikiran tersebut. Toh peraturan dan
kebijakan pemerintah dibuat oleh manusia juga, meskipun adakalanya menggelitik
untuk mempertanyakan apakah orang-orang yang memaksakan hal tersebut
benar-benar dari genus Homo, terutama
ketika kita sedang berhadapan dengan mereka.