Masih ada kantong-kantong pemukiman tanpa uang di tengah surutnya alam
liar yang belum berhasil diserbu peradaban. Sekalipun begitu dalam masyarakat
industri modern yang beradab pun ada orang-orang yang bersukarela berhenti
menggunakan uang. Ada beberapa orang yang telah hidup tanpa uang selama lebih
dari satu dekade, yang lainnya berkelana sejauh puluhan ribu kilometer tanpa
uang dengan berjalan kaki atau menggunakan berbagai kendaraan. Ada yang
melakukannya di perkotaan dan ada yang di pedesaan.
Alasan kami berhenti menggunakan uang (atau pernah berhenti
menggunakannya) sangat bervariasi. Model POP tiap-tiap pribadi bisa sangat
berbeda. Sekalipun begitu terdapat suatu benang merah—suatu kenyataan sederhana
bahwa kami sama-sama telah melihat dunia berjalan menyimpang dalam setiap taraf
kehidupan, dan karena kami sama-sama ingin menciptakan kisahan baru dalam
menjalani hidup kami, cara hidup baru yang menggembirakan alih-alih
memperbudak. Kami menginginkan hidup yang berdasarkan pada hubungan dan
kepercayaan daripada impersonalitas dan kecurigaan.
Dalam kepentingan berbagi sebanyak-banyaknya sudut pandang
mengenai kehidupan tanpa uang, serta menunjukkan bahwa Anda dapat melakukannya
dengan segala macam skenario dan atas segala macam alasan, berikut ini
merupakan beberapa contoh menginspirasi dari orang-orang yang telah menjalani
hidup tanpa uang.
Peace Pilgrim: Hingga kematiannya pada 1981, Peace
Pilgrim menghabiskan 28 tahun dengan berjalan sepanjang dan selebar Amerika
Serikat tujuh kali tanpa sepeser pun. Yang ia miliki hanya pakaian di punggung
dan, percaya atau tidak, beberapa benda kecil di kantong tuniknya. Ia mulai
berjalan sejak berusia muda 44 tahun dan bersumpah untuk “tetap mengembara hingga
umat manusia mempelajari cara berdamai, berjalan hingga diberikan naungan dan
berpuasa hingga diberikan makanan”. Ia telah menulis buku, yang tersedia
cuma-cuma baik dalam bentuk cetak maupun digital, yang berjudul Steps toward Inner Peace[1], dan sudah
diterjemahkan ke dalam 29 bahasa.
Daniel Suelo: Daniel memulai hidup tanpa uang pada
2000, dan merupakan subjek dalam buku berjudul The Man who Quit Money. Ia tidak memiliki kediaman tetap namun
menghabiskan sebagian besar waktunya tinggal di gua-gua di daratan ngarai Utah,
tempat ia mencari makan dari alam liar (dan tempat sampah), mandi di sungai,
dan selebihnya melakukan apa pun yang disukainya. Blognya, Zero Currency[2], selalu
menggugah pikiran.
Satish Kumar: Satish pertama kali datang ke Kerajaan
Britania dengan berjalan kaki dari India selama lebih dari dua tahun tanpa
uang, atas wejangan salah seorang gurunya, Vinoba Bhave (salah seorang sahabat
karib Mahatma Gandhi). Pengalamannya luar dalam dapat dibaca dalam salah satu
di antara banyak buku karyanya, No
Destination[3].
Ia juga pendiri Schumacher College dan The Small School di Devon, Inggris, kini editor majalah Resurgence[4].
Tomi Astikainen: Orang Finlandia ini berhenti menggunakan
uang “untuk melihat kehidupan apa adanya, tanpa diselubungi pengondisian
sosial”. Untuk mengalami ini, “ia bersukarela menjadi musafir tanpa rumah pada
Juni 2009 dan telah sepenuhnya hidup tanpa uang sejak Juli 2010”. Sementara
ini, ia telah menumpang-kendaraan sejauh 30.000 km tanpa uang, dan menulis
pengalamannya dalam buku daring gratis berjudul The Sunhitcher[5].
Jürgen Wagner: Sebagai bagian dari gerakan
Schenkers (Pemberi), orang yang dikenal sebagai Oeffie ini hidup tanpa uang
sejak 1991. Sebagai orang Jerman nonpengguna uang, ia menulis kebanyakan dalam
bahasa ibunya. Jika Anda mengerti bahasa Jerman atau dapat memperoleh
terjemahannya, Anda bisa mempelajari lebih jauh tentang dia berikut sudut
pandangnya secara daring.[6]
Heidemarie Schwermer: Psikoterapis ini mendirikan lingkar
pertukaran terkenal yang bernama Tauschring. Ia bebas dari uang
(dengan pengecualian beberapa euro yang disimpannya untuk ongkos kereta) sejak
1996. Ia merupakan subjek dalam tayangan dokumenter berjudul Living without Money, dan menulis buku
berjudul Das Sterntalerexperiment—Mein
Leben Ohne Gled (Eksperimen Sterntaler—Hidup Saya tanpa Uang). Filosofi
Heiderarie sering kali berdasarkan pertukaran, namun saya yakin masih banyak
yang dapat dipelajari dari pengalamannya, baik dalam bagaimana itu memengaruhi
dirinya sebagai seorang individu maupun
sangkut pautnya dengan kepraktisan.
Benjamin, Raphael, Nicola, Nieves: Grup musik yang terdiri dari petualang tanpa uang ini, bagian dari
proyek yang dikenal sebagai Forward the (R)evolution, menghabiskan empat belas
bulan dengan menumpang kendaraan darat dan laut melintasi 30.000 km dari
Belanda ke Amerika Serikat dan Meksiko, tanpa menerima atau menggunakan uang,
dan mereka memperoleh tumpangan dari 480 kendaraan sepanjang perjalanan. Ketika
saya menanyai Benji sebabnya ia hidup tanpa uang, ia mengatakan, “karena ini
merupakan cara terbaik yang saya peroleh untuk membuka diri pada dunia dan
mempelajari cara memberi, berbagi, dan mengasihi seolah-olah semua orang
merupakan anggota keluarga saya, keluarga kemanusiaan yang sangat besar.”
Cerita tentang pengalaman berikut perjalanan batin mereka dapat dibaca di situs
internet mereka.[7]
Sonja Kruse:
Dalam perjalanan yang memakan satu tahun, dan meliputi 16 kebudayaan, 9
provinsi, 114 kota, dan 150 keluarga yang berlainan, Sonja—seorang Afrika
Selatan yang lebih dikenal sebagai Gadis Ubuntu—melakukan pencarian untuk
menemukan arti sesungguhnya dari Ubuntu (kata dari bahasa Bantu yang berpusat
pada hubungan manusia dengan satu sama lainnya). Pemikiran dan sudut pandangnya
dapat dibaca di blog daringnya.[8]
Adin Van Ryneveld[9]: Sebagai orang Afrika Selatan lainnya yang menjalani
semangat Ubuntu “saya ada karena dirimu”, Adin berhenti menggunakan uang pada
2009 sebagai proyek lima tahun untuk, menurut sebagian orang mungkin agak
ironis, mengumpulkan uang demi misi kebaikan. Saya yakin bahwa ironi yang
terlihat tidaklah melemahkan kehendaknya untuk menolong dunia tempatnya
dilahirkan, dan dengan menyusuri jalur ini ia memiliki pemahaman yang unik akan
sebuah gagasan yang dapat bernilai bagi banyak orang.
Elf Pavlik: Ia hidup di
Eropa tanpa uang ataupun kartu identitas diri, dan tidak mengklaim
kewarganegaraan mana pun. Ialah yang mengumpulkan para nonpengguna uang dari
seluruh dunia menjadi suatu gerakan kohesif. Situs internetnya[10] memuat
informasi berguna mengenai para nonpengguna uang berikut proyek-proyek yang
dapat membantu Anda menjalani hidup yang serupa dengan dirinya.
Julez Edward[11]: Meskipun telah hidup dan bepergian tanpa uang selama
beberapa periode dalam hidupnya, Julez menganggap bahwa “perjalanan berkeliling
dunia sesungguhnya sama sekali bertentangan dengan kehidupan tanpa uang, karena
ketergantungan pada pesawat terbang/bahan bakar”. Atas dasar itu kini ia
“berusaha menemukan cara untuk hidup tanpa fasilitas umum dan hanya menggunakan
yang disediakan Alam”.
[2] Suelo, Daniel. Zero
Currency blog. http://zerocurrency.blogspot.com
[3] Kumar, Satish (2000). No
Destination: Autobiography of an Earth Pilgrim. Green Books. Edisi revisi
kedua.
[4] Keterangan lebih lanjut mengenai majalah Resurgence,
kunjungi www. resurgence.org
[5] Astikainen, Tomi. The
Sunhitcher berlisensi Creative Commons Attribution-NonComercial 3.0
Unported License, dan dapat dibaca cuma-cuma daring di www.tomiastikainen.com
[6] Keterangan lebih lanjut mengenai Jürgen Wagner, kunjungi www.holistic-love.net
[7] Keterangan lebih lanjut
mengenai Forward the Revolution, kunjungi www.forwardtherevolution.net
[8] Kruse, Sonja. Ubuntu in Abundance blog.
www.letterdash.com/skruse
[9] Keterangan lebih lanjut
mengenai Adin Van Ryneveld, kunjungi www.adin.co.za
[10] Keterangan lebih lanjut
mengenai Elf Pavlik dan proyeknya, kunjungi http://moneyless.info
Tidak ada komentar:
Posting Komentar