Saat itu sekitar pukul sebelas pagi pada pertengahan
Oktober. Matahari tak bersinar. Tampak hujan deras menguyupkan pada cerahnya
perbukitan di kaki gunung. Aku mengenakan setelan biru pucat, dengan hem biru
tua, dasi, saputangan di saku dada, sepatu brogue
hitam, serta kaus kaki wol hitam bermotif jam biru tua. Penampilanku necis,
cambangku sudah dicukur, pikiranku bebas dari pengaruh alkohol, dan masa bodoh
ada yang mengetahuinya. Aku berpakaian apik selayaknya detektif swasta. Aku
hendak menjumpai empat juta dolar.
Tinggi ruang masuk utama di kediaman Sternwood mencapai dua lantai. Di atas pintu masuknya, yang dapat meloloskan sepasukan gajah India, terdapat panel kaca bergambar yang besar. Panel itu mempertunjukkan seorang kesatria tengah menyelamatkan seorang wanita. Si kesatria berbaju zirah gelap, sementara si wanita terbebat pada pohon tanpa mengenakan pakaian sehelai pun selain rambut sangat panjang yang nyaman. Si kesatria mendesakkan penutup helmnya ke belakang untuk beramah-tamah. Ia berusaha membenahi simpul tali yang membebat si wanita ke pohon, dan tidak kunjung berhasil. Kalau aku yang tinggal di rumah ini, cepat atau lambat aku harus memanjat ke sana dan membantu si kesatria. Kelihatannya ia tidak sungguh-sungguh berusaha.