“Kamu kira cuma kamu yang
pengin mimpi enak?!” ujarku. Aku bangkit, mengambil baju yang baru serta celana
panjang dari lemari pakaian, meletakkannya di samping tempat tidur kemudian
masuk lagi ke selimut. “Kali ini aku akan berhasil. Lihat saja!”
“Hei, bukan kamu saja, tahu!”
Sekali lagi kami saling
memunggungi dengan gusar dan berkonsentrasi agar kembali tidur. Lagi-lagi, aku
lekas terlelap. Aku pun mulai bermimpi lagi.
“Baguuusss!!! Aku mimpi!”
Aku cepat-cepat bangun dan terburu-buru mengenakan baju serta celana panjang yang aku letakkan di tepi ranjang. Sandalku juga ketinggalan di hotel tadi, sehingga aku menyelipkan kaki telanjangku ke dalam sepatu. Lantas aku berlari ke luar rumah. Kalau aku gagal melakukannya bersama gadis cantik itu kali ini, tamatlah dunia. Aku berlari melewati jalan raya hingga rambutku berantakan. Aku sampai menjatuhkan pejalan kaki, tetapi kali ini aku berusaha tetap berlari tanpa terintangi. Aku berbelok dari jalan raya ke jalan gelap menanjak yang mengarah ke hotel itu. Aku berpacu mendaki jalan itu sambil terengah-engah, sekujur tubuhku berlapis keringat. Aku melihat papan neon hotel itu yang berwarna ungu. Lututku nyaris copot rasanya.