Si Hidung Merah memandangku
tajam. “Hei, kalau kamu mau kembali ke kantormu secepatnya, sebaiknya tidak
usah tanya yang begitu. Tidak perlu juga banyak bicara ke orang-orang soal itu.
Kamu bilang kamu ini penulis, dan tadinya aku tidak mau kasih tahu tentang
pesawat itu, karena kamu mungkin akan menuliskannya. Aku memberitahumu hanya
karena kamu tadi bilang kamu sudah putus asa.”
“Aku tidak akan memberi tahu
siapa-siapa,” aku menyatakannya keras-keras, mengkerut di bawah pelototan
mengerikan si Hidung Merah. “Aku tidak akan memberi tahu siapa-siapa, dan aku
tidak akan menulis tentang pesawat itu di majalah.” Tak ayal lagi—pesawat itu
milik pribadi, dan dijalankan tanpa izin.
“Tidak perlu khawatir,” si Mata Belekan memanggilku diiringi senyuman. “Gorohachi itu pilot yang cakap, dan dia punya izin terbang.”