Baiklah, baiklah, sekarang
kukisahkan pengalamanku. Tentu saja, bukan dari masa yang kuingat sampai
sekarang, sebab riwayat semasa bayi bukanlah riwayatku, melainkan riwayat
ibu-bapakku. Begitu pula dengan cerita yang telah berlalu, bagiku adalah cerita
orang lain, walaupun orang itu adalah aku sendiri. Berbelit-belit perkataan
ini, tapi jangan heran, karena ceritanya juga berbelit-belit. Aku yang dulu
bukanlah aku yang sekarang, sehingga pantaslah bila cerita yang sudah dialami
olehku dulu itu disebut sebagai cerita orang lain.
Pembaca tentu minta bukti.
Memang, sekarang zamannya bukti. Ya, baiklah!
Dahulu aku disebut “Aden”, yaitu kependekan dari Raden. Kata ibuku, raden berasal dari kata “rahadiyan[1]”,
tapi mohon maaf lupa lagi artinya. Tapi sekarang aku disebut “Emang” atau
paling untung disebut “Bung”.
Tiga tahun lalu aku masih dianggap keluarga oleh Raden Rojak, pamanku, wedana di Leuwisari. Tapi sekarang kenal pun tidak. Ini menandakan bahwa aku yang dulu bukanlah aku yang sekarang.