Sputnik
Pada 4 Oktober 1957, Uni Soviet
meluncurkan satelit buatan manusia pertama, Sputnik I, dari
Baikanor Space Centre di Republik Kazakhstan. Sputnik yang berdiameter
58 cm dan berbobot 83,6 kilogram itu mengitari Bumi selama 96 menit 12 detik.
Pada 3 November tahun yang
sama, Sputnik II berhasil diluncurkan dengan membawa seekor
anjing bernama Laika. Laika menjadi makhluk hidup pertama yang meninggalkan
atmosfer Bumi. Namun satelit tersebut tidak pernah ditemukan kembali. Laika
berakhir sebagai korban dari kepentingan penelitian biologi di luar angkasa.
dari The Complete
Chronicle of World History
1
Pada musim semi ketika usianya
duapuluh-dua tahun, Sumire jatuh cinta untuk pertama kalinya. Cinta yang
bergelora, bagaikan tornado yang menyapu penjuru daratan--meratakan apapun
yang dilewatinya, melontarkan semuanya ke udara, mencabik-cabiknya dan
melumatnya hingga menjadi serpihan. Tak sedetikpun kekuatan tornado itu mereda
kala menggerus samudera, memorak-porandakan Angkor Wat, menghanguskan hutan
India beserta segala isinya, menjelma badai pasir di gurun Persia, hingga
meluruhkan kota berbenteng nan eksotis menjadi lautan debu. Singkatnya, cinta
yang teramat besar. Orang yang dicintainya itu berusia tujuhbelas tahun lebih
tua. Dan sudah menikah. Dan, perlu kutambahkan juga, seorang wanita. Dari sinilah
semuanya bermula, dan berakhir. Hampir.
Pada waktu itu,
Sumire--"Lembayung" dalam bahasa Jepang--sedang berjuang untuk menjadi
penulis. Betapapun banyaknya pilihan yang mungkin dalam hidupnya, bagi Sumire
hanyalah menjadi novelis atau tidak sama sekali. Keputusannya sekukuh Karang
Gibraltar. Tak ada yang dapat memisahkan dirinya dari keyakinannya pada kesusasteraan.
Setelah lulus dari SMA
negeri di Prefektur Kanagawa, ia memasuki fakultas ilmu budaya di sebuah
kampus swasta yang nyaman di Tokyo. Namun baginya kampus itu terasa palsu,
lesu, dan menyedihkan. Ia membenci kampus itu dan menganggap mahasiswanya
(yang mana kutakutkan termasuk diriku) sangat membosankan, makhluk rendahan.
Tak heran menjelang tahun ketiga kuliahnya ia tahu-tahu keluar begitu saja.
Menurutnya bertahan lebih lama di sana hanya buang-buang waktu. Menurutku
tindakannya itu tepat. Namun kalau boleh aku menyamaratakan setiap orang yang
biasa-biasa saja, bukankah hal-hal yang tak ada artinya pun dapat diterima
di dunia yang jauh-dari-sempurna ini? Singkirkan apapun yang tak ada artinya
itu dari kehidupan yang cacat ini, maka kehidupan pun akan lenyap beserta
cacat-cacatnya.
Penggalan dari novel Sputnik Sweetheart oleh Haruki Murakami (1999), edisi bahasa Inggris oleh Philip Gabriel (2001)
2 komentar:
lanjutannya gak ada ya, yang termahan bahasa indonesia?
hai, terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan jejak di blog ini.
untuk sementara ini saya belum tertarik untuk lanjut menerjemahkan haruki murakami. maaf, yaa, hehehe.
Posting Komentar