Aku punya seorang teman yang mestilah
orang paling baik sekaligus paling pemalu di dunia. Namanya rapuh dan kuno
(Lukas), dan usianya tingkat menengah (empat puluh tahun). Badannya agak pendek
dan ceking, kumisnya tipis, dan malah lebih tipis lagi rambut di kepalanya.
Karena penglihatannya kurang bagus, ia memakai kacamata. Kacamatanya kecil,
bundar, dan tanpa bingkai.
Ia selalu berjalan menyamping supaya
tidak mengganggu orang di sekitarnya. Daripada mengucapkan “permisi”, ia lebih
memilih berlalu lewat satu sisi. Apabila celahnya begitu sempit sehingga ia
tidak bisa lewat, Lukas menunggu dengan sabarnya sampai penghalangnya bergerak
dengan sendirinya. Anjing-anjing dan kucing-kucing yang tersasar membuatnya
panik, dan supaya terhindar dari mereka ia terus-terusan menyeberang dari satu
sisi jalan ke sisi lainnya.
Ia berbicara dengan suara yang sangat
lemah dan halus, saking tidak kedengarannya sampai-sampai sulit diketahui apa
ia memang betul-betul sedang berbicara. Ia tidak pernah menyela siapapun. Di sisi
lain, ia tidak pernah dapat berbicara lebih dari dua kata tanpa ada yang
menyelanya. Sepertinya ini tidak membuatnya jengkel: malah, ia betul-betul
terlihat senang dapat mengucapkan dua kata tersebut.