5
Kecanduan Permen Lemon
*
Burung yang Tidak Bisa Terbang
dan Sumur yang Tidak
Ada Airnya
Sehabis sarapan, aku bersepeda ke binatu
dekat stasiun. Pemiliknya seorang lelaki kurus berusia empat puluhan akhir. Ada
kerutan yang dalam di dahinya. Ia sedang mendengarkan kaset orkestra Percy
Faith dari boom box yang terletak di
sebuah rak. Mereknya JVC dan ukurannya besar, dengan pengeras suara tambahan
dan setumpuk kaset di sisinya. Orkestra tersebut sedang memainkan “Tara’s
Theme”, bagian alat musik geseknya terdengar amat menggairahkan. Pemiliknya itu
sendiri sedang berada di belakang toko, sambil bersiul mengiringi musik
sementara menyetrika sehelai pakaian. Gerakannya tangkas dan bersemangat. Aku
mendekati meja pajangan dan meminta maaf dengan sepatutnya bahwa akhir tahun
lalu aku membawa sebuah dasi dan lupa mengambilnya. Dalam dunia kecilnya yang
damai pada pukul setengah sepuluh pagi, pemberitahuan itu pasti menyerupai
kedatangan seorang kurir pesan yang membawa kabar buruk dalam lakon tragedi
Yunani.
“Tiketnya juga tidak ada, ya,” ucapnya,
yang entah kenapa terdengar tidak ramah. Bicaranya tidak tertuju padaku, melainkan
pada kalender di dinding dekat meja pajangan. Gambar pada bulan Juni
menampilkan pegunungan Alpen—lembah yang hijau, sapi-sapi merumput, awan putih
bertepi tajam melayang di atas Mont Blanc, atau Materhorn, atau sesuatunya.
Lalu ia menatapku dengan raut yang kurang lebih menyatakan, Kalau kamu mau
melupakan barang sialan itu, sebaiknya kamu melupakannya sedari dulu!
Tatapannya menyentak dan penuh perasaan.