Kisah ini terjadi saat masa muda dan optimisme merupakan kawan baikku.
Angin sepoi-sepoi musim semi berembus sepanjang jalan Matienzo di Las Cañitas
pada Kamis sekitar pukul sebelas, satu-satunya hari dalam seminggu ketika
jadwal mengajarku kosong. Aku mengajar Bahasa dan Sastra di beberapa SMA. Saat
itu usiaku dua puluh tujuh tahun, sangat bersemangat dengan buku dan imajinasi.
Aku sedang duduk-duduk di balkon sambil minum maté[1] dan membaca
ulang, setelah lima belas tahun berselang, petualangan memikat tentang Tambang
Raja Sulaiman. (Sedihnya, rupanya aku jauh lebih menikmati cerita tersebut
semasa bocah.)
Tahu-tahu aku merasa ada yang memerhatikanku.
Aku tengadah. Di salah satu balkon bangunan yang menghadap tempat
tinggalku, pada ketinggian yang sama dengan kamar apartemenku, aku melihat
seorang wanita muda. Aku mengangkat tangan dan melambai. Ia balas melambai dan
meninggalkan balkonnya.