Ekonomi dunia dibangun menurut prinsip bahwa satu tempat dapat
dieksploitasi, bahkan dihancurkan, demi tempat lainnya.
– Wendell Berry
Ekonomi 100% lokal merupakan model di mana seluruh kebutuhan kita
dicukupkan dengan menggunakan material setempat, yang dihasilkan dalam
jangkauan berjalan kaki dari tempat tinggal kita (atau dengan kuda atau pedati,
misalnya saja, jika pedati tersebut dibuat dengan menggunakan material
setempat). Ini termasuk segala hal mulai dari sol sepatu sampai alat pemotong
yang mungkin kita gunakan untuk membuat busur penggerek penyala api.
Pendukung hidup tanpa uang paling berapi-api sekalipun, yang
menghendaki ekonomi berbasiskan sumber daya, menganggap pandangan ini berada di
ujung terujung spektrum hidup tanpa uang. Padahal, demikianlah cara hidup
manusia selama sebagian besar sejarah kita, dan nyatanya ada masyarakat yang
masih hidup dengan cara begini. Kehati-hatian ini bisa dimaklumi—sekarang ini,
benar-benar secara harfiah, kita berada ribuan mil jauhnya dari taraf
lokalisasi ini. Hidup dengan cara demikian secara serempak mensyaratkan
perombakan besar-besaran yang menyeluruhi masyarakat berikut sistem pemilikan
tanah. Sebagian orang akan mengatakan perombakan keduanya memerlukan revolusi,
atau keruntuhan hampir seluruh model ekonomi yang sekarang ini kita ikuti (yang
mana, mengingat ketergantungannya akan pertumbuhan tidak terbatas pada planet
yang terbatas, sangatlah mungkin). Jika pun ada kemauan publik dan politik,
perombakan sosial demikian tetap saja merupakan pekerjaan berat bagi populasi
sebesar Kerajaan Britania, walau bukannya tidak mungkin. Tanpa kemauan publik
dan politik, Alam berikut kerusakan sistem yang inherenlah yang akan berkomplot
menciptakan keadaan baru sehingga model lokalisasi dapat berkembang baik. Mana
pun jalan yang terbuka, secara pribadi cara hidupnyalah yang saya tuju. Pada
bab ini nantinya saya akan mulai mengurai sebabnya ekonomi nonmoneter berbasis
globalisasi itu mustahil.