Pertama
Pada
awal abad kedua puluh satu, fenomena hikikomori mendadak pecah dengan liarnya
ke segala penjuru Jepang.
Sebagai seorang pria berpandangan tajam, aku
berpikiran untuk melompat di atas gelombang pasang zaman dan menghasilkan
banyak uang. Aku akan menulis sebuah kisah tentang hikikomori dan menjadi
terkenal! Aku akan menjadi pengarang laris dengan kisah hikikomoriku! Aku akan
pergi ke Hawaii dengan uang royaltinya! Aku akan mengunjungi Waikiki!
Mimpiku terentang tanpa ujung. Akan tetapi, begitu aku
benar-benar mulai berusaha menuliskan ceritanya, segera saja aku menyesal.
Rasanya menyakitkan.
Bagaimana jadinya bila seorang hikikomori sungguhan menulis sebuah kisah hikikomori? Tak terelakkan lagi, kau harus menggunakan pengalamanmu sendiri dalam proses kreatifnya. Kau harus menulis tentang dirimu sendiri.
Tentunya,
kisah yang ditulis fiksi belaka, dan betapapun salah satu karakternya mirip
dengan diriku, dia adalah dirinya sendiri, dan aku pun diriku sendiri. Bahkan
sekalipun kami punya cara bicara yang sama serta tinggal di apartemen yang
sama, tetap saja kami tidak saling berhubungan. Kami menghuni dunia yang
berbeda.
Bagaimanapun
juga, rasanya tetap menyakitkan. Memalukan. Aku merasa seolah-olah aku sedang
menggunakan aibku sendiri dan mengungkapkannya kepada seluruh dunia.
Akhirnya,
aku pun terjebak dalam fantasi-fantasi paranoid.
Bagaimana
seandainya semua orang diam-diam menertawakanku sementara aku menulis cerita
semacam ini? Aku sungguh-sungguh terpikir akan hal ini.
Malah,
aku masih tak dapat membaca kisah ini secara objektif.
Tiap kali aku membacanya ulang, aku mulai mengalami
halusinasi ringan. Aku jadi berkeringat dingin.
Tiap kali aku bergerak menuju salah satu tempat tertentu
di dalam plot, aku mulai berhasrat melemparkan komputer ke luar jendela.
Pada suatu saat, aku mulai berkeinginan untuk kabur dan
hidup jauh tersembunyi di pegunungan India.
Barangkali itu karena tema-tema yang disasar dalam kisah
ini bukanlah hal-hal yang sudah berlalu bagiku melainkan masalah-masalah yang
tengah dialami.
Aku tidak dapat melihatnya dari kejauhan, seraya
berpikir, “Betapa mudanya aku waktu itu.”
Ini semua persoalan yang nyata.
Untuk sementara waktu, aku maju terus dan menuliskan
keseluruhannya. Aku memutuskan untuk menulis segalanya yang aku bisa. Dan
hasilnya adalah kisah ini.
Saat membacanya kembali, wajahku memerah … jadi,
bagaimanakah kisah ini sesungguhnya?
Saat aku membacanya pada hari-hari ketika suasana hatiku
sedang baik, aku berpikir, Mengagumkan! Aku seorang genius!
Dan pada hari-hari ketika aku sedang muram, aku berpikir,
payahnya aku yang telah menulis barang begini! Mending mati saja deh!
Walau
demikian, aku berpikir bahwa yang betul mengenai kisah ini hanyalah: Aku telah menuliskan segalanya yang aku mungkin bisa tulis.
Baiklah
kalau begitu, halo, semuanya. Namaku Tatsuhiko Takimoto. Ini Penutup dari
diriku, untuk buku keduaku.
Lagi-lagi,
aku berutang banyak kepada banyak orang. Semua orang yang berurusan dengan buku
ini dan semua orang yang membacanya, terima kasih banyak.
Aku
tetap akan berusaha sebaik-sebaiknya sesudah ini. Aku akan bersemangat dan
berusaha keras.
Tatsuhiko Takimoto
Desember, 2001
Kedua
Beberapa tahun telah berlalu sejak aku menulis, “Aku tetap
akan berusaha sebaik-sebaiknya sesudah ini.” Saat
ini aku belum berusaha yang sebaik-baiknya. Buktinya adalah kenyataan bahwa aku
belum menulis satu pun cerita baru. Aku telah mengalami penurunan menjadi
seorang NEET[1],
hidup sebagai parasit atas royalti dari buku ini.
Boleh jadi ini hasil dari trauma atau yang semacam itu.
Karena itulah, berkembang suatu penyakit aneh di dalam otakku. Karena penyakit
ini, yang mengakibatkan segala sesuatunya mengingatkanku kepada trauma, otakku
jadi menjerit-jerit. Otakku jadi menjerit-jerit tiap kali aku berusaha menulis
sebuah cerita. Otakku selalu menjerit-jerit—dan karena itulah, aku menjadi
tidak sanggup untuk menulis cerita sama sekali. Karena ketakutan parah yang
kuhadapi ketika aku menulis buku ini, aku tidak lagi ingin menulis cerita
sehingga sama sekali tidak sanggup untuk menulis satupun. Oh, tragedi yang
buruk sekali! Bagi seorang penulis muda dan berbakat (setidaknya, begitulah menurut
dia sendiri) yang terlumpuhkan akibat menulis buku ini!
Kau harus membaca ini sekarang. Ada pesona misterius nan
ganjil dan gelap tersembunyi dalam buku ini, yang mengandung asal pangkal
terkutuk sebagaimana kujelaskan di atas. Tampaknya dulu ada penulis manga
komedi yang menjadi gila dan kerap menghilang, dan kemungkinan ada suatu kuasa
mengerikan yang termuat di dalam karya yang menghancurkan dia, secara mental.
Karena pastilah ada suatu kuasa yang serupa di dalam buku ini, aku dapat
merekomendasikannya dengan percaya diri kepada siapa saja. Buku ini bahkan
dapat melancarkan komunikasi di rumah dan di kantor. Buku ini optimal untuk
dicangkokkan ke dalam percakapan seperti, “Hei, kamu tahu N.H.K.?” lantas, ada
yang akan mejawab, “Nihon Hikikomori Kyokai—Perkumpulan Hikikomori Jepang, kan?
Bukunya lucu banget. Tapi agak bikin mewek juga sih.”
Rasanya
memalukan menyebutkan sesuatu yang laris manis, tetapi tak ada yang mengenal
karya-karya kecil. Boleh dikatakan bahwa buku yang berada di sekitar tingkatan
ini memang mahakarya yang benar-benar dapat melancarkan komunikasi setiap
orang. Di
dalamnya termasuk lelucon mengenai segala macam peristiwa sekarang ini, juga
sangat berguna dalam membantu para pemuda memikirkan masa kini. Bahkan boleh
juga dikatakan bahwa kalau kau membaca buku ini, kau akan dapat memahami
perasaan para pemuda yang hidup dalam masyarakat kita dewasa ini. Orang-orang tua akan terkejut, seraya berpikir, “Oh,
masakkah? Para pemuda zaman sekarang seperti ini?!” Adapun mereka yang sebaya
dengan para karakter dalam buku ini akan bersimpati, seraya berpikir, “Aku
mengerti! Aku mengerti! Hal semacam ini memang wajar terjadi!” dan dapat
menikmati membacanya. Setidaknya, menurutku buku ini memiliki nilai yang setara
dengan harganya. Aku berjanji bahwa buku ini akan menempati posisi pertama
dalam peringkat “buku-buku yang Anda tak akan rugi sama sekali membacanya.”
Aku bahkan tak merasa bersalah sedikit pun karena
menyajikan promosi di atas. Yang di atas itu kejujuran yang sumpah-demi-Tuhan,
walaupun ada hari-hari ketika aku tidak dapat berteguh pendirian bahwa Tuhan
benar-benar ada.
Mari tidak melenceng lebih jauh. Saat ini sudah musim
semi. Udaranya sudah menghangat. Burung-burung berdatangan ke pohon di luar
jendela rumahku. Mengingat siklus alam ini, keyakinan mendalam bahwa suatu hari
segala kesusahanku sehari-hari akan terpecahkan pun menggelegak di dalam
dadaku.
Identitas
…. Cinta …. Eksistensi …. Angkasa …. Tuhan …. Masa itu mestilah tiba, suatu
saat, ketika kita diberikan jawaban penentuan mengenai berbagai misteri besar
ini. Dengan perasaan hangat yang terbenam dalam hatiku itu, aku tetap hidup.
Sembari berharap bahwa rasa syukur ini akan menjangkau kalian semua yang
membaca karya ini, sekarang kututup laptopku.
Tatsuhiko Takimoto
April, 2005
[1] Istilah yang muncul
beberapa tahun ke belakang untuk hikikomori yang lebih berterima secara sosial
Tidak ada komentar:
Posting Komentar