*
Lama sekali gadis itu baru kembali, dengan Coca Cola di tangannya.
Aku mulai kepanasan. Duduk di bawah matahari membuat otakku serasa berkabut.
Hal terakhir yang ingin kuperbuat adalah berpikir.
“Menurutmu,” ucapnya, mengangkat kembali pembicaraan semula.
“Kalau kamu jatuh cinta dengan seorang gadis dan ternyata dia punya enam jari,
bagaimana reaksimu?”
“Menjualnya ke sirkus,” jawabku.
“Serius?”
“Tidak, tentu saja tidak,” sanggahku. “Aku becanda. Kukira
aku tidak bakal terganggu.”
“Sekalipun anak-anakmu mungkin saja mewarisinya?”
Aku memikirkannya sejenak.
“Tidak, sepertinya aku betulan tidak bakal terganggu. Apa
salahnya punya jari tambahan?”
“Bagaimana kalau dia punya empat payudara?”