“Kamu benar-benar sangat baik sekali.”
“Enggak usah sungkan-sungkan, Charlie.”
“Maksudku, ini cuma untuk sekitar seminggu, sampai aku
berhasil menyelesaikan problemku ….”
“Sudah sampai, Charlie.”
“Aha, iya.” Kami berhenti di sebelah luar pintu kayu putih
polos. Gugup aku bersenandung sendiri sementara Frank merogoh-rogoh mencari
kunci.
“Silakan,” ucap Frank. “Yang tua duluan.”
“Ha ha, terima kasih,” seraya berjalan perlahan-lahan
memasuki kegelapan. “Oh. Yah. Bukankah ini …?”
“Ini rada berantakan. Aku belum sempat beres-beres.”
“Enggak kok, enggak, ini sangat—oh ya ampun, rupanya aku
menginjak, ah, makan malam seseorang ….”
“Enggak usah khawatir, Charlie, aku enggak bakal makan itu
lagi kok.”