Ketika seorang pengacara dan interpreternya mengunjungi
seorang perempuan Hazara di penjara Jepang, mereka mendapati ada beberapa
pertanyaan yang tidak dapat—atau tidak hendak—dijawab oleh perempuan itu.
Tuan Tanaka mengisi dua salinan formulir permohonan kunjungan lalu menyerahkannya kepada pria di sisi seberang jendela resepsionis yang kecil. Beberapa menit kemudian, sebuah pintu besi yang berat terbuka di hadapan kami, dan muncullah seorang polisi berbadan kekar lagi jangkung. Tubuhnya hampir terlalu tegap untuk ukuran orang Jepang. Otot bertonjol-tonjol dari seragamnya.
“Silakan lewat sini,” ucapnya. Ia menunjukkan kami jalan ke pintu, baru dirinya masuk dan mengunci pintu di belakang kami. Kami mendapati koridor panjang yang sempit. Pintu-pintu besi berbaris di kedua sisi, dan sesekali ada jendela kecil, sehingga keadaannya sangat gelap. Meskipun hari masih pagi, sedikit cahaya matahari yag menjangkau ke sini. Namun beberapa lampu kecil menyediakan cukup cahaya untuk melihat jalan di depan. Koridor itu mestilah cukup menyeramkan bila malam, seperti yang ada di film horor.
Tuan Tanaka mengisi dua salinan formulir permohonan kunjungan lalu menyerahkannya kepada pria di sisi seberang jendela resepsionis yang kecil. Beberapa menit kemudian, sebuah pintu besi yang berat terbuka di hadapan kami, dan muncullah seorang polisi berbadan kekar lagi jangkung. Tubuhnya hampir terlalu tegap untuk ukuran orang Jepang. Otot bertonjol-tonjol dari seragamnya.
“Silakan lewat sini,” ucapnya. Ia menunjukkan kami jalan ke pintu, baru dirinya masuk dan mengunci pintu di belakang kami. Kami mendapati koridor panjang yang sempit. Pintu-pintu besi berbaris di kedua sisi, dan sesekali ada jendela kecil, sehingga keadaannya sangat gelap. Meskipun hari masih pagi, sedikit cahaya matahari yag menjangkau ke sini. Namun beberapa lampu kecil menyediakan cukup cahaya untuk melihat jalan di depan. Koridor itu mestilah cukup menyeramkan bila malam, seperti yang ada di film horor.