III
Kami bermain kartu malam itu, lalu aku pergi tidur
saat sudah larut. Sekarang aku mengaku bahwa aku merasa gelisah saat memasuki
ruangan itu. Aku tidak dapat berhenti membayangkan si pria jangkung yang telah
kulihat semalam, yang sekarang sudah tenggelam dan mati. Wajahnya tampak jelas
di hadapanku saat aku melepas pakaian. Aku mengunci pintu. Tiba-tiba aku
menyadari bahwa tingkapannya terbuka, dan pengaitnya terpasang kencang. Aku
sudah tidak tahan lagi. Aku keluar mencari Robert, si pelayan untuk gangku. Aku
ingat saat itu aku sangat marah, dan begitu menemukan dia aku menyeretnya
dengan kasar ke pintu kamar 105, lalu mendorong dia ke arah tingkapan yang terbuka
itu.
“Kenapa tingkapannya dibiarkan terbuka tiap malam? Kamu tidak tahu ini melanggar peraturan? Kamu tidak tahu kalau kapalnya terguling sehingga air masuk, sepuluh orang pun tidak akan sanggup menutupnya? Saya akan melaporkan kamu pada kapten karena telah membahayakan kapal ini!”