Pada suatu masa, di sebuah negeri yang
jauh, hiduplah Raja yang memiliki seorang anak perempuan yang merupakan putri
tercantik sejagat raya. Matanya bak bunga berwarna biru, rambutnya melebihi
harumnya bunga bakung, dan lehernya membuat angsa tampak usang.
Dari semenjak satu tahun usianya, sang
Putri telah dihujani oleh hadiah. Kamarnya terlihat seperti etalase toko
perhiasan. Semua mainannya terbuat dari emas, platina, intan berlian, atau
zamrud. Ia tidak diperbolehkan memiliki balok-balok dari kayu, boneka porselen,
anjing-anjingan karet, ataupun buku-buku dari linen, karena bahan-bahan
tersebut dianggap murahan bagi anak perempuan seorang raja.
Ketika berusia tujuh tahun, ia
menghadiri pernikahan saudara laki-lakinya dan melempari mempelai wanita dengan
mutiara sungguhan alih-alih beras sebagaimana tradisi. Hanya burung bulbul,
dengan kecapi emasnya, yang diizinkan menyanyi untuk sang Putri. Burung hitam
biasa, dengan serulingnya yang terbuat dari tumbuh-tumbuhan, tinggal di luar
pekarangan istana. Sang Putri berjalan dengan selop sutra-peraknya menuju kamar
mandinya yang terbuat dari safir dan topas, dan tidur di ranjang gading
bertatahkan batu delima.