Sewaktu saya hidup tanpa uang selama dua setengah tahun, saya tidak
membuang apa pun, sebab segalanya berharga. Kapan pun saya meninggalkan karavan
untuk kencing di bawah pohon buah pada malam musim dingin yang gelap, saya
memadamkan lilin lebah untuk menghemat benda yang bagi saya merupakan sumber
daya terbatas. Kapan pun saya tersandung batang pohon yang tergeletak mati pada
musim panas, saya mengambilnya dan menyimpannya untuk dibakar pada musim
dingin. Jika saya menemukan macis di jalan, saya memungutnya dan menggunakannya,
karena itu dapat menghemat dua puluh menit waktu saya untuk menyalakan api
dengan busur penggerek (bow drill).
Setiap potong makanan yang saya punya merupakan sisa, dan makanan buangan orang
lain pula. Koran yang tergeletak di selokan menjadi penyulut api. Jika saya
memiliki delapan botol sari apel untuk bertahan hidup sepanjang musim dingin,
saya meminumnya sedikit-sedikit saat keadaan mendesak, dan bukannya satu botol
dalam sekali minum. Segala sesuatunya antara bekas dipakai atau dipakai ulang,
termasuk buangan yang asalnya dari tubuh saya sendiri. Hidup itu siklis, bukan
linear.
Pada waktu menulis buku ini saya kembali pada ekonomi moneter
selama lebih dari lima bulan seraya merencanakan dan mengurus eksperimen tahap
selanjutnya. Perlahan saya mendapati diri saya berbuat hal-hal yang tidak akan
saya lakukan ketika hidup tanpa uang. Kini terkadang saya membiarkan lampu
menyala sewaktu meninggalkan ruangan, serasa energi di balik saklar tidak ada
habisnya. Saya tidak memanfaatkan makanan sisa untuk apa pun mendekati taraf
yang biasanya. Jika saya melihat pulpen di jalan, saya tidak repot-repot
memungutnya—pulpen baru yang bersih hanya 20 sen di toko pojok jalan. Saya
tidak memotong-motong kayu lagi karena ada gas yang dikirimkan ke kamar saya
utuh-utuh dari Norwegia. Daftarnya masih panjang, tidak terhingga.
Ketika kita terhubung dengan apa yang kita gunakan, atau
ketika memperoleh atau membuat sesuatu yang baru tidak semudah pergi ke toko, kita
menghargai itu dan niscaya tidak akan menyia-nyiakannya. Anda paham betapa
banyaknya waktu dan energi yang Anda atau kenalan Anda berikan untuk itu. Uang
memutus hubungan kita dari barang dan jasa lewat ekonomi skala besar-besaran
serta divisi tenaga kerja berspesialisasi tinggi yang difasilitasinya.
Pemutusan hubungan itu menggiring pada besarnya tingkat penghamburan dalam
kehidupan kita sehari-hari.
Tentu bukanlah logika ekonomi konvensional, yang justru
mengajukan kebalikannya, pernyataan bahwa mengenakan bayaran berupa uang atas
energi dan sumber daya kepada masyarakat, entahkah lewat kenaikan harga atau
pajak, mengatur dan berpotensi membatasi penggunaannya. Kelihatannya ini
argumen valid, namun ini sulapan yang memalingkan perhatian Anda dari arah
berlangsungnya tipu daya.
Biar saya jelaskan sendiri jika Anda berkenan. Perbedaannya
ada pada sudut pandang. Ketika para ekonom melihat, misalnya saja, satu dari
tiga belas miliar liter minyak (melalui seluk-beluk perkawinan celaka
keekonomian) dengan efisiensi berlebih diubah menjadi plastik, pestisida, bahan
bakar, dan mainan setiap hari, mereka tidak memersepsikannya sebagai
penghamburan, karena kegunaannya yang efisien dan pada gilirannya mengubah
sebagian Bumi menjadi kekayaan finansial dan material bagi kita manusia. Dalam
kaitannya dengan penghamburan, perhatian pokok mereka yaitu sumber daya “kita” dimanfaatkan
secara efisien dan diubah menjadi materi yang dapat dipasarkan, setelah
diekstraksi dan diubah bentuknya pada taraf yang jauh melampaui taraf
optimalnya bagi kelestarian dan kesehatan diri kita baik secara egosentris
maupun holistis. Dalam konteks demikian, pengendalian sumber daya dapat
dilakukan dengan harga moneter, setidaknya secara teoretis.
Meski demikian, saya punya perspektif lain, dan saya yakin
ini penting. Ketika saya melihat para pria dan wanita membanting tulang di
pengeboran minyak, mengisap keluar sebagian Bumi yang sebaik-baiknya dibiarkan
saja di tempat asalnya, hanya supaya kita bisa membuat makanan cepat saji,
telepon seluler, dan mainan plastik bagi anak-anak kita saat Natal, yang saya
lihat hanyalah penghamburan: penghamburan habitat spesies lain, air dan udara
bersih, serta kehidupan para pekerja yang menghabiskan sebagian dari kehidupan
mereka yang berharga dengan mengekstraksi minyak supaya kita dapat
menghamburkannya secara efisien. Jika kita harus bertanggung jawab menghasilkan
semua energi kita sendiri dengan cara yang sungguh-sungguh lestari, maka kita
akan terhubung secara lebih mendalam dengan proses yang diperlukan untuk itu, tidak
mungkin kita akan menggunakan waktu, sumber daya, serta kesehatan (mental,
emosional, spiritual, dan fisik) kita, untuk menyapu bersih sungai atau lahan
untuk memproduksi bermega-megaton barang dagangan bagi anak-anak atau obat
penenang elektronik bagi orang-orang dewasa.
Ekonomi skala mempersyaratkan teknologi tinggi sekaligus
mendesak agar kita tidak berbagi, agar kita semua memiliki satu dari segala
sesuatunya, yang mengakibatkan keadaan yang kita alami sekarang di mana kita semua
menimbun barang di lemari dan loteng yang mungkin hanya digunakan setahun
sekali, mungkin juga tidak sama sekali. Pastinya tetangga Anda pun menimbun
barang serupa. Jika kita semua harus berbagi barang-barang semacam ini, dan
memiliki lima mesin pemotong rumput berteknologi tinggi (alih-alih lima ratus)
per daerah, mesin pemotong rumput seperti itu tidak akan pernah dapat
diproduksi, dan oleh karenanya model ekonomi moneter sebagaimana yang kita
ketahui akan runtuh, mengingat logika yang sama berlaku pula pada semua produk
berteknologi tinggi lainnya. Ekonomi
moneter merupakan keadaan ekonomi ketika berbagi artinya runtuh. Jika bukan
itu definisi penghamburan yang disertakan ke dalam model nonekonomis, entah apa
itu.
Kita hidup dalam perkawinan yang celaka. Ménage à trois[1]
antara uang, ekonomi skala, dan divisi tenaga kerja ini tidak lagi berfaedah
bagi Bumi, ataupun kita. Awalnya hubungan tersebut tampak sangat menggairahkan,
selazimnya ménage à trois, namun menjadi ruwet, selazimnya ménage à
trois, dan akan berakhir dengan
air mata, selazimnya ménage à trois sering kali terjadi. Mereka bertiga
jauh lebih memuaskan ketika bersendiri. Dan jika semua yang terlibat
menghendaki masa depan yang layak, harus ada salah satu yang pergi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar