I
Gerasim
kembali ke Mokswa tepat ketika sedang sulit-sulitnya menemukan pekerjaan. Saat
itu mendekati Natal, kala orang bertahan dengan pekerjaan buruk demi mendapat
hadiah. Sudah tiga minggu bujang dari kampung itu mondar-mandir tanpa hasil
mencari lowongan.
Gerasim
tinggal bersama kerabat dan kawan-kawan dari desanya. Walau kebutuhannya tidak banyak,
tetapi sebagai pemuda yang masih kuat ia berkecil hati mesti bertahan hidup
tanpa bekerja.
Gerasim
tinggal di Mokswa sejak kecil. Sewaktu masih anak-anak, ia sudah bekerja
sebagai tukang cuci botol di tempat pembuatan bir, lalu menjadi jongos rendahan
di sebuah rumah. Dua tahun terakhir ini ia bekerja pada seorang pedagang.
Pekerjaan itu masih miliknya, kalau saja ia tidak disuruh pulang untuk
mengikuti wajib militer. Akan tetapi, ia tidak ditarik. Di kampung ia merasa
bosan. Ia tidak terbiasa dengan kehidupan ala kampung. Maka ia memutuskan lebih
baik menghitung batu di Mokswa daripada terus di kampung.