Biasanya
orang tua kita sendirilah yang pertama-tama mempersoalkan pilihan hidup kita.
Mereka telah belajar bahwa berpegang pada cara hidup yang “lumrah” merupakan
jalan termudah. Mereka tidak bermaksud buruk saat mempersoalkan Anda. Mereka
hanya menginginkan anak-anak mereka menjalani hidup yang mudah tanpa masalah.
Ketidaktahuan itu menyenangkan.
Setidaknya
dalam kebudayaan-kebudayaan yang lebih tradisional, anak-anak diharapkan
menuruti perintah orang tua. Mempertanyakan nasihat orang tua tidaklah disukai.
Bahkan anak-anak yang sudah dewasa pun memiliki tujuan untuk menyenangkan orang
tuanya, entahkah secara sadar atau tidak sadar. Kalau Anda hanya ingin memenuhi
pengharapan orang tua Anda, pada akhirnya Anda mengabaikan kebutuhan Anda
sendiri dan berisiko kehilangan arah, diri sejati Anda.
Memang
penting untuk menghormati ayah dan ibu—seperti yang dianjurkan Alkitab—tapi
lain soal bila menaati mereka secara buta. Malah, “memutus tali pusar
emosional” acap kali merupakan prasyarat bagi pertumbuhan pribadi seseorang.
Biasanya, ini lebih mudah untuk dikatakan daripada dilakukan.
Ketika
saya beralih pada gaya hidup tanpa uang, orang tua saya sangat terkejut. Saya
yang pertama di seluruh keluarga saya yang lulus dari universitas. Mereka
merasa bahwa keputusan saya untuk memulai perjalanan sama dengan membuang gelar
yang sudah dicapai dengan susah payah. Mereka lebih suka putra mereka mendapatkan
pekerjaan bergaji bagus. Sedikit banyak, kekecewaan mereka bisa dimengerti.
Tentu mereka juga mengkhawatirkan keamanan saya—bagaimana kalau terjadi apa-apa
dan saya tidak pernah pulang? Mereka tidak dapat memahami bagaimana orang dapat
bertahan hidup, jangankan berkembang, tanpa uang.
Apalagi
bagi ayah saya yang berjiwa wirausahawan, yang berasal dari kampung miskin dan
telah bekerja keras sepanjang hidupnya untuk menghasilkan uang,
gagasan bahwa putranya tidak memiliki uang merupakan pengalaman memalukan.
Baginya, uang merupakan soal kehormatan.
Sedikit
demi sedikit mereka mesti mengakui bahwa saya baik-baik saja tanpa uang. Saya
menikmati hidup lebih daripada sebelumnya, saya menjadi lebih sehat dan juga
tampak bermanfaat bagi orang lainnya. Hubungan saya dengan orang tua menjadi
baik. Sekarang saya berteman baik dengan mereka. Saya suka mengunjungi mereka
dan menghabiskan waktu bersama mereka. Memutuskan tali pusar emosional
merupakan kunci semua ini.
Tapi
mungkinkah hidup tanpa uang dengan berkeluarga? Mungkinkah untuk merawat
keturunan dalam masyarakat modern ini tanpa menggunakan uang?
Aku mengunjungi
temanku Raphael Fellmer. Ia vegan yang berdedikasi, anggota masyarakat yang
aktif, sukarelawan yang tak kenal lelah, tokoh media yang bersemangat, dan
seorang ayah tanpa uang.
Raphel tinggal bersama istrinya Nieves dan putrinya Alma Lucia di lantai
garasi sebuah rumah pribadi di pinggiran kota Berlin. Mereka tidak membayar
sewa, namun Raphael merawat halaman rumah itu dan pekerjaan pemeliharaan
lainnya. Rumah mereka sederhana namun memuat segalanya yang dibutuhkan Alma
Lucia: makanan, kehangatan, air, pakaian, dan cinta. Mainan tidak diperlukan
bila Anda punya imajinasi.
Raphael selalu mengedepankan kebutuhan Alma Lusia daripada prinsip-prinsipnya
sendiri. Ia tidak membiarkan prinsipnya yang tanpa uang berdampak pada
putrinya. Meski begitu, karena ia pekerja keras dan agen perubahan yang penuh
semangat, kadang-kadang Nieves mengingatkan dia untuk mengurangi bekerja dan
menghabiskan lebih banyak waktu bersama keluarga. Raphael mendengarkan,
memahami, dan menentukan jadwalnya agar sesuai dengan kebutuhan keluarga. Ia
memancarkan cinta dan selalu tersenyum. Rasanya sungguh nyaman memasuki rumah
dengan nuansa serupa itu.
Kami duduk untuk makan malam. Masakan vegan lezat ini entahkah hasil
memulung dari tempat sampah atau diberikan langsung oleh toko. Raphael bahkan
telah menegosiasikan kesepakatan dengan para pengusaha toko dan turun tangan
sebelum mereka membuang makanannya. Ia lalu menyalurkan kelebihannya kepada orang-orang yang membutuhkan. Ia juga merintis platform berbagi makanan
yang bergerak di seluruh kawasan Berlin.
“Kamu menggunakan uang?” kutanya Nieves.
“Saya punya uang kertas 20 Euro. Saya mendapatkannya sebagai hadiah. Tapi
saya tidak tahu tempat menyimpannya,” jawab dia sambil tersenyum. Nieves tidak
dibatasi oleh gaya hidup Raphael. Ia memanfaatkan sistem jaminan sosial Jerman,
misalnya untuk membayar biaya perawatan kesehatan putri mereka. Meski begitu,
jelas bahwa uang tidak berarti banyak bagi dia juga.
Keluarga yang hebat.
Saat ini
Raphael dan Nieves memiliki dua anak. Di satu sisi, mereka menjadi contoh bahwa
mungkin saja membesarkan keluarga dengan sangat sedikit uang—atau malah sama
sekali tanpa menggunakannya. Di sisi lain, ini menunjukkan bahwa orang tua
merupakan sepasang individu yang memutuskan sebagian hal bersama-sama tapi juga
bebas untuk berpegang pada prinsip-prinsip pribadi.
Tips dalam
buku ini berlaku juga bagi kebutuhan anak-anak. Ada banyak cara untuk hidup
gratis. Pakaian dapat dipertukarkan. Makanan tersedia dengan sedikit
kreativitas. Ada berbagai alternatif gratis untuk banyak barang pokok dan
sebagian benda, seperti popok, sesungguhnya sama sekali tidak dibutuhkan.
Saya
mengenal seorang penebeng yang masih anak-anak, panggilannya Petit Bibi[1]. Ia tidak
mengenakan popok tapi mempraktikkan yang disebut dengan komunikasi eliminasi[2], sehingga
pengasuhnya tahu bila waktunya untuk kaka-kaka.
Seorang
wanita Inggris bernama Hattie Garlick membuat eksperimen dan menghabiskan
setahun tanpa membeli apa-apa untuk putranya. Ia mengatakan bahwa John kecil
tidak memerhatikan perbedaan apa pun dalam kehidupannya sehari-hari[3].
Memberikan
waktu, cinta, dan batasan kepada anak Anda bukanlah persoalan uang. Tapi, dalam
masyarakat barat yang ketat, tempat hampir segalanya diatur atau ilegal, orang
tua penghuni liar yang memulung dari tempat sampah boleh jadi tidak disukai.
Mungkinkah sekarang waktunya bagi kita
untuk memperbarui sepenuhnya pengertian kita akan keluarga? Kalau Anda suka
hidup berpindah-pindah, ada satu hal yang akan Anda rindukan: menghabiskan
waktu bersama teman-teman baik yang sama setiap minggunya. Dengan teman-teman
lama, tak perlu memulai lagi tiap kali Anda bertemu dan menghabiskan waktu
untuk mengenal satu sama lain. Anda bisa langsung masuk ke eksplorasi
intelektual, emosional, dan spiritual yang mendalam—atau sekadar meletupkan
candaan tak sopan yang konyol tanpa ada yang tersakiti.
Inilah
kualitas hubungan kemanusiaan akrab yang dilewatkan oleh banyak nomad pada
dewasa ini. Ketika dua atau lebih dari para penjelajah ini bertemu, ada suatu
perasaan terdesak. Mereka tahu bahwa sebentar lagi teman baru yang baik ini
tidak akan hadir lagi. Oleh karena itu, mereka tidak membuang waktu untuk
bersenda gurau tapi langsung menggali dan tersambung. Itu sebabnya, sebagai
contoh, keluarga penebeng memiliki suasana mengasihi yang intens. Bagi banyak
orang, keluarga sementara ini dapat memberikan rasa saling memiliki yang lebih
mendalam dan berarti daripada keluarga tempatnya dilahirkan.
Boleh jadi
bukan soal dengan siapa Anda berinteraksi, asalkan mereka tipe orang yang Anda
rasakan terhubung erat. Lagi pula, kita adalah satu masyarakat. Individualitas
berarti kita mengamati pengalaman kemanusiaan dari berbagai sudut pandang,
namun pada akhirnya hanya ada satu pengalaman. Dari pandangan mata burung yang
sedang terbang, secara spiritual, sejatinya kita satu keluarga. Beginilah Elf
Pavlik memandangnya[4]:
“Dalam apa yang dianggapnya sebagai keluarga, hubungan darah, kebanyakan
orang akan menolong satu sama lain, saling membantu. Sering kali tidak disukai
memberikan atau meminta uang sebagai bentuk pertolongan. Pada suatu waktu,
seluruh kemanusiaan dapat berfungsi sebagai suatu keluarga besar tak berbatas.
Di sini kita semua manusia, kita semua berkaitan. Kemiskinan bukanlah
kekurangan uang. Melainkan kekurangan jaringan.”
Bagaimanakah
orang-orang seperti Pavlik dapat meluaskan konsep keluarga di luar sanak
sedarah? Apakah yang membentuk pandangan dunia mereka? Bagaimanakah mungkin
memandang setiap orang sebagai bagian dari keluarga Anda padahal masyarakat
sekitar berpendapat bahwa kita adalah individu-individu yang terpisah?
Selama
berabad-abad orang telah menggunakan cara yang berbeda-beda untuk mengalami
langsung kesatuan di antara kita, untuk melihat kenyataan sebagaimana adanya.
Meditasi Vipassana berhasil bagi sebagian orang. Yang lain lebih suka
berlama-lama menyendiri di alam. Sebagian lagi menggunakan enteogen atau
berbagai ritual perdukunan untuk mencapai keadaan transedental serupa. Di
tempat berisikan cinta ini kita semua Satu.
Tidak ada ruang bagi kata-kata seperti aku dan kamu. Yang ada hanya kita.
Kalau Anda
ingin merasionalkannya, Anda hanya perlu memahami bahwa kita terdiri dari
atom-atom yang sama sebagaimana segalanya yang ada di sekitar kita. Begini cara
melihatnya: semuanya terdiri dari molekul. Molekul-molekul ini terbentuk oleh
atom yang, secara berurutan, terdiri dari partikel-partikel. Faktanya, 99,9999
persen dari atom merupakan ruang hampa. Partikel-partikel ini menggetarkan
energi. Maka, bahkan yang terlihat sebagai materi sedari awalnya tidaklah
begitu padat.
Bisakah
sejenak saja kita melampaui materi? Mungkinkah bahwa, sementara kita mengalami
taraf realitas fisik ini, pada waktu bersamaan kita terhubung dalam suatu
tempat berisikan cinta? Apakah ide kesatuan ini bagaimanapun juga merupakan
gagasan gila?
Saya
berusaha untuk tidak memercayai apa pun, tapi lebih suka membentuk pemahaman
saya berdasarkan pada pengalaman langsung. Alam telah menjadi guru saya dalam
mengembangkan pandangan tertentu terhadap kenyataan. Saya pernah menggunakan Psilocybe cubensis (jamur tahi sapi) dan
meskalin (kaktus Peyote dan San Pedro)—masing-masing hanya sekali. Itu sudah
cukup. Kanabis juga enteogen yang sangat jarang saya gunakan sebagai bagian
dari meditasi untuk melihat dan merasakan dari berbagai sudut pandang baru.
Zat-zat
ini telah membantu saya untuk memvisualisasikan sifat realitas, untuk sejenak
mengalihkan fokus saya dari tingkat realitas fisik ke tingkat
lainnya. Bagi saya, ini sama nyatanya dengan yang saya alami dalam kehidupan
sehari-hari. Tapi, catatlah bahwa Anda tidak perlu mencari berbagai pemandu
alami ini. Mereka datang kepada Anda bila Anda membutuhkannya, dan
bila Anda siap dengan mereka. Mereka bukanlah narkoba untuk hura-hura dan
sebaiknya Anda tidak pernah menggunakannya dengan niat supaya “teler”.
Alih-alih, hampiri dengan rasa hormat dan tujukan hanya pemahaman dan
pencerahan.
Meski
begitu, jika Anda memiliki masalah kejiwaan, saya tidak menganjurkan untuk
menggunakan zat apa pun. Enteogen yang keras kemungkinan memicu serangan panik,
psikosis, bahkan skizofrenia. Begitulah jika Anda punya gangguan mental.
Orang-orang yang penakut dan gelisah sebaiknya tidak menyentuh enteogen sama
sekali. Apa yang terdapat dalam bawah sadar Anda tidak selalu merupakan
penglihatan yang indah. Lebih baik tidak diusik.
Di samping itu, di
sebagian belahan dunia, obat-obatan alami ini dianggap ilegal. Tapi, meskipun
saya mudah kecanduan zat yang lebih berbahaya—seperti alkohol dan nikotin—saya
tidak pernah merasa perlu menggunakan enteogen berkali-kali. Barangkali masih
lebih baik memeluk pohon, memandangi api, menikmati bulan purnama, atau
berenang jarak jauh. Aktivitas-aktivitas alamiah ini mestilah masih legal di
kebanyakan tempat.
Dampak
merugikan paling buruk bagi saya adalah kesulitan untuk kembali menyesuaikan
diri dengan masyarakat yang agak edan ini. Baru setelah bertahun-tahun saya
dapat menerima kenyataan bahwa tidak perlu tergesa-gesa kembali ke tempat
berisikan cinta itu, bahwa saya sudah berada di sana, sepanjang waktu, dan
bahwa sebaiknya saya menikmati setiap saat yang mesti saya habiskan pada
tingkat realitas fisik ini. Sekarang saya bisa. Hanya perlu waktu.
Enteogen
juga membantu saya untuk “melihat diri saya yang lain” dalam diri sesama. Kalau
kita sungguh-sungguh tersambung, tak ada gunanya menyakiti siapa-siapa. Kalau
diri yang lebih tinggi adalah Satu, menyakiti orang lain hanya akan menyakiti diri
saya sendiri. Mendekati kehidupan dari sudut pandang ini menjadikan Anda
menyadari betapa tidak diperlukannya dualisme yang berusaha kita ciptakan.
Tidak ada kita dan mereka. Dari pendirian ini, lebih mudah untuk memperlakukan
orang lain dengan kehangatan penuh kasih. Anda bisa memaafkan diri sendiri,
orang lain, dan dunia ini.
Teks asli dalam bahasa Inggris dapat diunduh di sini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar