Motif lain apakah yang mungkin dimiliki seseorang untuk bekerja selain gaji semata? Mestikah jumlah cek gaji mendikte cara Anda dalam memilih untuk menggunakan waktu secara produktif? Bahkan mestikah kerja itu dibayar? Bagaimanakah jika pekerjaan itu sepenuhnya kontribusi sukarela dalam mengembangkan masyarakat? Maukah Anda melakukan yang sekarang ini Anda kerjakan untuk mencari nafkah jika Anda tidak dibayar?
“Bukan kerja namanya kalau rasanya enak,” teman saya pernah bilang. Walaupun ia mengucapkannya sembari mengedipkan sebelah mata, perkataan itu menggaungkan sentimen nyata. Sebagian orang cenderung berpikiran bahwa kerja itu mestilah sulit dan tidak menyenangkan, bagian kehidupan yang sama sekali terpisah, yang mana setelahnya Anda dapat rileks, menikmati waktu luang, dan bersenang-senang. Bagaimanakah jika seluruh hidup Anda seperti itu?
Saya tidak lagi menarik garis antara kerja dan hobi. Bagaimana pula orang dapat memisahkannya? Kalau saya mengembara dan mengumpulkan pengalaman yang kemudian saya ubah menjadi buku, bagian mana yang merupakan kerja sebenarnya? Hampir semua pekerjaan yang pernah saya lakukan pada saatnya terasa tepat dan berarti. Kalau pekerjaan itu sudah tidak lagi memikat, saya berhenti dan beralih pada hal lain yang lebih menarik, menantang, memuaskan, atau penuh arti.
Pemikiran semacam ini juga yang menggiring saya untuk menjadi penulis. Saya selalu dikaruniai bakat, menulis untuk diri sendiri, tapi saya menyadari bahwa ini sama sekali bukan bakat apabila saya tidak berfokus padanya sehingga saya bisa memberikan bakat ini kepada orang lain. Bakat saja tidak cukup. Anda perlu waktu dan konsentrasi untuk mengubah bakat itu menjadi suatu hal yang bernilai bagi orang lain.
Pada awalnya, itu salah satu alasan utama yang menyebabkan saya mengemas barang saya yang sedikit dan bersukarela menjadi gelandangan: supaya ada waktu untuk menulis—sekalipun berarti melepas begitu banyak hal lain. Baru ketika Anda menyempatkan untuk keluar dari balapan tikus, ada kemungkinan untuk berfokus pada renjana Anda.
Sudahkah Anda mengetahui renjana Anda? Siapkah Anda untuk menggunakan bakat Anda sepenuhnya dan memberikannya kepada orang lain? Bagaimanakah jika Anda tidak mau bekerja demi uang? Malah, buat apakah mempertimbangkan bekerja secara cuma-cuma? Ada peluang apa sajakah bila bekerja tanpa dorongan finansial? Bisakah kerja sukarela memberikan makna baru dalam kehidupan Anda? Bagaimanakah Anda menemukan peluang-peluang ini? Dan bagaimanakah bila ada seniman dalam diri yang menjerit-jerit agar dibebaskan? Bagaimanakah mungkin orang menjadi bebas untuk mengembangkan kreator dalam diri itu? Mari kita cari tahu!
Teks asli dalam bahasa
Inggris dapat diunduh di sini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar