Selamat Datang

Blog ini dibuat untuk menjadi tempat berbagi proses belajar saya dalam penulisan karya kreatif sekalian pemahaman bahasa asing, yaitu dengan menerjemahkan. Hasil terjemahan dalam blog ini semata untuk kepentingan belajar dan tidak dikomersialkan. Terima kasih sudah berkunjung.

Pengarang/Penerjemah

Agus Kurniawan (1) Aimee Bender (2) Alan Gratz (1) Alberto Manguel (1) Alejandro Zambra (1) Alex Patterson (1) Alexa Firat (1) Alexandre Najjar (1) Alice Guthrie (1) Alice Walker (1) Aliza Shevrin (1) Ambika Rao (1) Ambrose Bierce (1) Amelia Gray (1) Amy Hempel (1) Anders Widmark (2) Andrea G. Labinger (1) Andrew Driver (6) Ann Beattie (1) Anna Sophie Gross (1) Anne McLean (1) Aoi Matsushima (1) Bel Kaufman (1) Brandon Geist (5) Catherine Rose Torres (1) César Aira (1) Charlotte-Arrisoa Rafenomanjato (1) Chiba Mikio (1) Chimamanda Ngozi Adichie (1) Chris Andrews (1) Christopher Moseley (1) Clark M. Zlotchew (6) Cynthia Ozick (1) David Herbert Lawrence (2) David Karashima (1) Dayeuh (2) Donald A. Yates (1) Dorothy Parker (1) Dorthe Nors (1) Ed Park (1) Elizabeth Harris (1) Estelle Gilson (1) Fernando Sorrentino (15) FiFadila (1) Fiona Barton (1) Francis Marion Crawford (2) Fumiko Enchi (1) Gabriel Gárcia Márquez (1) Giulio Mozzi (1) Grace Paley (1) Gregory Conti (1) Gregory Rabassa (1) Guillermo Fadanelli (1) Guillermo Martínez (1) Hari Kumar Nair (1) Haruki Murakami (24) Hector Hugh Munro (Saki) (2) Helena Maria Viramontes (1) Herbert Ernest Bates (1) Hitomi Yoshio (1) Ian MacDonald (1) Iris Maria Mielonen (1) Isaac Bashevis Singer (1) Italo Calvino (1) Jack Kerouac (2) Jacob dan Wilhelm Grimm (1) James Patterson (1) James Thurber (5) Jay Rubin (13) Jean Rhys (1) John Cheever (1) John Clare (1) John Updike (1) Jonas Karlsson (1) Jonathan Safran Foer (1) Jonathan Wright (1) Jorge Luis Borges (1) Juan José Millás (1) Julia Sherwood (1) K. S. Sivakumaran (1) Kalaivaathy Kaleel (1) Karunia Sylviany Sambas (1) Kate Chopin (1) Katherine Mansfield (1) Keiichiro Hirano (5) Kevin Canty (1) Khaled Hosseini (1) Khan Mohammad Sind (1) Kurahashi Yumiko (1) László Krasznahorkai (1) Laura Wyrick (27) Laurie Thompson (1) Laurie Wilson (1) Lawrence Venuti (1) Liliana Heker (1) Lindsey Akashi (27) Liza Dalby (1) Lorrie Moore (5) Louise George Kittaka (1) Lynne E. Riggs (1) Mahmud Marhun (1) Malika Moustadraf (1) Marek Vadas (1) Marina Harss (1) Mark Boyle (25) Mark Twain (2) Marshall Karp (1) Martin Aitken (1) Massimo Bontempelli (1) Megan McDowell (1) Megumi Fujino (1) Mehis Heinsaar (1) Michael Emmerich (1) Michele Aynesworth (3) Mieko Kawakami (1) Mihkel Mutt (1) Mildred Hernández (1) Mitsuyo Kakuta (1) Morgan Giles (1) Na’am al-Baz (1) Naoko Awa (1) Naomi Lindstrom (1) Norman Thomas di Giovanni (1) Novianita (1) O. Henry (1) Ottilie Mulzet (1) Pamela Taylor (1) Paul Murray (54) Paul O'Neill (1) Pere Calders (1) Peter Matthiessen (1) Peter Sherwood (1) Philip Gabriel (11) Polly Barton (1) Ralph McCarthy (1) Ramona Ausubel (1) Ray Bradbury (3) Raymond Carver (2) Raymond Chandler (2) Rhett A. Butler (1) Robert Coover (3) Rokelle Lerner (274) Ruqayyah Kareem (1) Ryu Murakami (1) Ryuichiro Utsumi (1) S. Yumiko Hulvey (1) Sam Malissa (1) Saud Alsanousi (1) Sebastiano Vassalli (1) Selina Hossain (1) Sergey Terentyevich Semyonov (1) Shabnam Nadiya (1) Sherwood Anderson (1) Shirin Nezammafi (1) Shun Medoruma (1) Sophie Lewis (1) Stephen Chbosky (10) Stephen Leacock (1) Susan Wilson (1) Tatsuhiko Takimoto (27) Thomas C. Meehan (2) Tobias Hecht (1) Tobias Wolff (1) Tomi Astikainen (40) Toni Morisson (1) Toshiya Kamei (2) Ursula K. Le Guin (1) Vina Maria Agustina (2) Virginia Woolf (1) W. H. Hudson (1) Wajahat Ali (1) Widya Suwarna (1) William Saroyan (1) William Somerset Maugham (1) Yasutaka Tsutsui (6) Yu Miri (1)

Bongkar Arsip

The Moneyless Manifesto: Budaya Uang (Mark Boyle, 2012)

Berlawanan dengan kerangka waktu linear yang dicekokkan narasi kebudayaan kini pada kita, hidup adalah serangkaian siklus. Terlebih lagi, s...

20210117

Rich Without Money - Peregangan Berat: Kebebasan Menebeng Gratis (Tomi Astikainen, 2016)


Pada 1930-an, para pemuda Amerika didorong untuk menebeng kendaraan. Katanya itu dapat membangun watak serta menyiapkan mereka untuk kehidupan nanti. Tapi dua puluh tahun kemudian, ketika menebeng menjadi bentuk perjalanan yang populer, CIA dan tenaga polisi bekerja sama untuk berkampanye melawan penebengan. Pada awalnya pemuda ditakut-takuti soal menebeng melalui iklan-iklan mengerikan—sebagiannya begitu kasar, yang kalau dibuat sekarang, akan segera ada tuntutan bagi para pembuat film. Kemudian Hollywood bergabung dalam perlawanan itu melalui kisah-kisah horor. Selebihnya tinggal sejarah. Citra menebeng hancur, seperti yang dikehendaki.[1]
Kenapa ini dilakukan? Siapa yang tahu. Mungkin para penghasil-uang meminta penegakan hukum untuk membantu meningkatkan penjualan mobil dan lobi pemilikan mobil pribadi sebagai gantinya. Atau barangkali kebebasan yang mengiringi penebengan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat industri. Apa pun soalnya, menurut statistik, membawa penebeng atau masuk ke mobil orang tidaklah meningkatkan risiko menjadi korban kejahatan. Jadi, kemaslah ranselmu dan siapkan jempolmu! Anda siap untuk berangkat.
Sewaktu kecil, saya menonton kartun yang menampilkan Nils Holgerson menumpang seekor angsa dan menikmati kebebasannya meluncur melintasi langit. Mungkin kartun itulah yang pertama kali menyentak saya. Saya pertama kali menebeng pada usia enam belas tahun, hanya 15 kilometer pada tengah malam untuk pulang dari suatu konser rock ‘n roll. Baru nantinya, ketika membawa seorang penebeng dalam perjalanan pulang kerja, saya mendapat cetusan nyata. Orang Amerika bergaya koboi yang berjalan-jalan di Nordik dengan jempolnya ini adalah yang pertama menyadarkan saya bahwa mengembara jarak jauh dengan menebeng itu mungkin.
Biar begitu, baru bertahun-tahun kemudian saya mencoba menebeng lagi. Kejadiannya selagi saya bekerja di Sri Lanka. Pengalaman hebat lainnya. Malah tidak ada konsep menebeng di pulau itu. Masyarakat setempat senang-senang saja membawa kami walaupun bingung karena kami bukannya menggunakan bis atau mobil sewaan seperti orang-orang kulit putih kaya lainnya. Kemudian saya mengembara, seringnya dengan jempol, dari Kroasia ke Finlandia. Tapi baru pada 2010 saya memulai perjalanan yang sebenarnya dan menyadari bahwa menebeng merupakan bentuk perjalanan yang paling saya suka.
Menumpang merupakan cara yang masuk akal baik secara lingkungan maupun ekonomi. Menambah 80 kilo lagi ke dalam mobil yang sendirinya sudah berbobot satu ton tidaklah begitu menghabiskan bahan bakar. Kadang-kadang menebeng itu lebih cepat daripada bersusah-payah dengan jadwal transportasi umum. Rekor menebeng-berkelompok saya adalah lima kali, dengan dua orang lainnya, sejauh 850 kilometer selama tujuh jam dari Berlin ke Freiburg. Setelah itu, tentu saja, ada kalanya Anda menunggu sampai tujuh jam juga demi satu tumpangan saja. Itulah indahnya menebeng. Anda tidak pernah tahu siapa yang akan membawa Anda dan kapan waktunya.
“Akhir-akhir ini jarang terlihat penebeng di jalan,” para pengemudi kerap memerhatikan. Tanggapan guyon saya:  “Karena mereka sudah pada dapat tumpangan.” Walaupun menebeng sudah tidak populer lagi, media sosial memungkinkan para penebeng berorganisasi serta mulai meningkatkan kepedulian pada moda bepergian ini dengan cara mereka sendiri. Sekarang ini komunitas penebeng bertemu baik secara daring maupun jauh dari kibor.
Para hippie, termasuk sebagian penebeng, telah mengadakan Rainbow Gathering selama lebih dari 40 tahun.[2] Konferensi Penebeng Internasional pertama telah diselenggarakan pada 1997, walaupun partisipannya hanya 13 orang. Acara tersebut berulang lima kali pada tahun-tahun berikutnya dan jumlah yang hadir sedikit bertambah. Tapi, kebanyakan penebeng tidak tahu soal konferensi tersebut karena pada masa itu belum banyak yang menggunakan internet.
Paris 8-8-8 (8 Agustus 2008) merupakan kali pertama Pertemuan Penebeng Eropa diadakan, oleh para penebeng untuk para penebeng.[3] Acara tersebut jelas-jelas melayani suatu kebutuhan yang belum terpenuhi dan, dengan membaiknya jalur komunikasi, menjadi acara tahunan yang terus berlangsung. Konsep tersebut kemudian tersebar ke benua-benua lainnya juga.
Pada 2011 kami membayangkan bahwa akan menyenangkan untuk tetap berhubungan di sela acara-acara tahunan itu. Maka, kami memulai grup Hitchgathering di Facebook[4], yang pada awalnya hanya ada 30 orang. Sekarang anggotanya menggembung jadi lebih dari sepuluh ribu orang—12.167 pada saat tulisan ini dibuat. Tips-tips dibagikan dan para anggota baru didorong agar turut bersenang-senang. Di beberapa negara[5], seperti Lithuania dan Rusia, ada beberapa klub penebeng aktif yang telah menjadikan kegiatannya olahraga betulan.[6]
Hitchwiki[7] menyediakan informasi tentang tempat-tempat terbaik serta keunikan budaya, yang diatur berdasarkan negara dan kota. Lebih lanjut, para penebeng dengan senang hati mengundang satu sama lain—sampai-sampai mereka membuat Trustroots[8], jasa baru untuk bertukar jamuan. Lagi pula, kami semua bersatu karena sama-sama nekat dan mendambakan kebebasan. Persatuan inilah yang mengumpulkan kami.
Sebagian orang suka merajut dan membuat komunitas setempat dengan minat yang sama. Kami suka menebeng dan membuat gerakan global.

Menebeng pada hakikatnya tidak memerlukan pengetahuan tinggi, tinggal sedikit kesabaran dan keberanian untuk keluar dari zona nyaman. Tapi ada beberapa tips. Pertama, menebeng sendiri atau bareng orang lain memberikan pengalaman yang sungguh berbeda. Masing-masing ada keuntungan dan kerugiannya. Kalau sendirian, kita punya waktu untuk berpikir dan memecahkan persoalan sendiri. Menebeng sendirian memberikan berbagai pelajaran hidup yang berharga. Kita bisa pergi ke mana pun, kapan pun, dan bagaimana pun sekehendak kita. Tidak perlu berkompromi. Kita tidak perlu mempertimbangkan keadaan jiwa ataupun kondisi fisik orang lain. Selain itu, kita bisa mendapatkan kendaraan yang hanya dapat memuat satu penumpang tambahan.
Kelebihan paling menakjubkan dari menebeng bareng orang lain adalah kita bisa segera mengenali teman menebeng kita lebih dalam. Dalam beberapa hari saja kita bisa tahu apakah kita menikmati kehadiran satu sama lain atau sebaiknya berpisah jalan. Kalau kita memang betah berbarengan, kita bisa lekas berteman baik. Biasanya, bila kepribadian kita cocok, mengembara bersama-sama jadi lebih menyenangkan daripada sendirian sepanjang waktu. Kita bisa menjaga satu sama lain berikut bawaan kita. Tanggung jawab mengangkat jempol serta perbekalan dapat dibagi. Yang terpenting, kita bisa melalui kenikmatan dan kejutan positif bersama-sama begitu pula halangan dan rintangan. Ini menciptakan kenangan bersama serta dasar persahabatan jangka panjang.
Jadi, siapa sebaiknya yang menjadi teman menebeng kita? Ingatlah: tidak ada kesetaraan dalam menebeng. Biasanya perempuan mendapat tumpangan lebih cepat. Menebeng lebih aman bagi laki-laki. Karena itu, pasangan lelaki-perempuan boleh jadi pemecahan terbaik. Meski begitu, dua cewek yang menebeng bareng merupakan perpaduan bagus. Dua laki-laki? Ih. Saya sudah sering mencobanya dan menikmati setiap pengalaman itu. Tapi kadang-kadang cara itu terbukti bukan main lambatnya.
Ada salah kaprah bahwa semua sopir truk memandang perempuan sebagai objek seks. Pastinya, sebagian dari mereka sangat kesepian. Tapi, truk biasanya merupakan pilihan teraman, juga bagi perempuan. Pengemudinya sedang bekerja. Ia tidak bisa macam-macam kecuali siap dengan risiko kehilangan pekerjaan. Selain itu, jarak tempat duduk di dalam truk lebih lebar daripada di mobil biasa.
Ketika menaksir keamanan pengemudi potensial, kita sebaiknya tidak serta-merta menyimpulkan berdasarkan pada penampilan, latar budaya, ataupun profesi. Sangat penting untuk mengetahui cara membaca situasi dan menggunakan akal sehat. Kalau ada yang salah dengan kesan pertama, jangan menerima tawaran menumpang. Secara pribadi, saya cenderung menerapkan asas praduga tak bersalah. Saya sangat jarang menolak tumpangan.
Suatu kali teman perempuan saya dari Hungaria menebeng di Serbia. Seorang polisi berpakaian preman membawa dia. Ia terus-terusan memberi tahu teman saya agar berhenti menebeng karena dapat berbahaya. “Ya, benar, sudah dengar jutaan kali,” batin teman saya. Suatu waktu lelaki itu mulai main sentuh. Ketika teman saya memprotes dan melepaskan tangan polisi tersebut dari kakinya, lelaki itu bilang cuma bercanda. Aneh. Sebentar kemudian polisi itu mengeluarkan pistol dan mengarahkannya pada teman saya. Teman saya terkejut dan tidak mengerti persoalannya. Melihat betapa takutnya teman saya, tawa si polisi meledak: “Mengerti kan betapa berbahayanya menebeng?” Tampaknya ini lagi-lagi humor kusut Balkan. Tak ayal lagi, teman saya tidak tertawa. Ia meminta polisi itu menepi lalu turun dari mobil.
Saya bukan sekadar ingin menakut-nakuti. Entahkah Anda laki-laki atau perempuan, sendiri atau bareng, saya sepenuh hati menganjurkan menebeng. Terlepas dari fakta yang acap terlupakan bahwa lalu lintas itu sendiri berbahaya kala ada manusia yang rentan-keliru di balik kemudi, menebeng tidaklah lebih berbahaya daripada menghabiskan waktu di lingkungan yang sudah diakrabi. Statistik menunjukkan, kebanyakan orang mati di rumah.
Kepercayaan merupakan polis asuransi terbaik kita. Ini sebabnya saya tidak menganjurkan Anda menebeng dengan perlengkapan yang katanya untuk keamanan. Kalau Anda mulai mengayun-ayunkan pisau atau mempertahankan diri dengan pengejut listrik, alat ini dapat dengan mudah menjadi senjata makan tuan. Kalau bagaimanapun juga Anda bersikeras membawa senjata, simpan saja semprotan lada di saku.
Anda sebaiknya hanya membawa satu bawaan, tas gendong atau ransel. Kalau Anda membawa tas-tas kecil, wadah gitar, dan perlengkapan bertahan hidup punya nenek, Anda mungkin kelupaan salah satunya di mobil atau pompa bensin. Ada yang menganjurkan untuk memangku tas supaya gampang keluar dari mobil. Tapi, menurut saya ini bukan peringatan penting. Saya sendiri lebih suka menyorongkan tas saya di bagasi kalau ada tempat, supaya lebih leluasa bagi kaki dan jiwa. Sekali lagi: gunakanlah akal sehat dan sesuaikan pertimbangan menurut situasinya.
Pakaian bersih warna-warni dan ransel menonjolkan kehadiran Anda dan memberikan kesan pengembara profesional. Karena itu pula, sebaiknya tunjukkan papan tanda. Spidol hitam besar atau arang dengan latar belakang putih menjadikan papan tanda paling kentara. Biasanya para penebeng menuliskan tujuan mereka pada papan tanda. Meski begitu, dianjurkan menggunakan humor dan kreativitas. “Saya tidak kena flu burung,” tulis teman saya di papan tandanya ketika sedang ada hiruk-pikuk berlebihan di media tentang epidemi tersebut. Kalau Anda terjebak di Meksiko, tempat satu dari lima pengemudi kemungkinan religius dan menyebut-nyebut Yesus, cobalah papan tanda bertulisan, “Apa yang akan Yesus lakukan?” Tujuan tertulis yang luar biasa jauh juga dapat berhasil mencairkan suasana. Rasanya asyik melihat para pengemudi di Swedia Utara kebingungan saat kami menggunakan papan tanda bertulisan “Istanbul”. Ada juga yang menuliskan “Tokyo”, di mana pun mereka berada.
Seperti yang sudah dikatakan, saya sudah malas mengubah papan tanda. Seringnya saya hanya menggunakan papan tanda bertulisan 20 km, yang membawa saya ke berbagai tempat. Kadang jaraknya sangat pendek. Sebagin pengemudi malah berhenti untuk bilang jarak mereka hanya sepuluh kilometer. Saya masuk saja dengan riang. Tapi, sering kali, kita tidak punya rencana yang sangat jelas. Kalau kita hanya ingin pergi ke mana pun si pengemudi menuju, boleh jadi perjalanannya akan menyenangkan. Pernah di Ukraina kami pergi sejauh 1.000 kilometer dengan satu mobil. Sedikit lebih jauh daripada 20 km.
Beberapa penebeng yang inovatif membuat papan tanda yang sangat cantik lagi praktis. Cara paling kreatif yang pernah saya lihat adalah “sebuah akordion” dari kemasan plastik yang distaples. Di dalamnya ada huruf-huruf siap-sedia yang bisa diatur supaya sesuai dengan tujuan. Agak berlebihan bagi otak saya yang sederhana. Kadang saya sama sekali tidak ada papan tanda. Mengacungkan jempol saja sudah ampuh.
Nasihat paling vital bagi setiap penebeng ialah memilih tempat aman yang mobil tidak mengebut terlalu kencang serta mudah berhenti. Kontak mata dan senyum lebar memudahkan. Bertingkah lucu sangat penting bila harus menunggu lama. Kegiatan seperti juggling atau bermain ukulele menyenangkan dan merilekskan. Pertunjukan ketangkasan begini menonjolkan kehadiran Anda. Bahkan perilaku kekanak-kanakkan seperti menyeimbangkan sebotol air di atas kepala lebih baik daripada cemberut. Suasana hati yang baik secara langsung berkaitan dengan laju berhentinya mobil yang melintas. Pernah ada mobil yang sudah melintas, berputar balik, dan kembali padaku. Seorang pengemudi wanita paruh baya membuka pintu dan berkata: “Saya tidak tahan dengan senyum kamu. Saya harus membawa kamu.” Hasil terbaik dari perilaku semacam ini adalah Anda benar-benar menjadi orang yang lebih riang. Berpura-puralah sampai berhasil, iya kan?
Tiap penebeng memiliki gaya pribadi masing-masing. Ada yang sabar menunggu, mata terpancang pada setiap pengemudi dan jempol menunjuk langit tanpa ampun. Lainnya, seperti saya, menjadi frustrasi setelah sepuluh menit dan berjalan ke tempat yang lebih baik, sembari menyeret papan tanda di sisi. Salah satu aturan tak tertulis dari menebeng adalah tumpangan muncul ketika Anda tidak begitu mengharapkannya.
Ada yang memadukan bersepeda dengan menebeng. Ada sepeda lipat bagus yang sangat hemat tempat. Alat ini dapat digunakan untuk berpergian jarak dekat secara cepat, menjauh dari kota, ke pompa bensin terdekat atau memasuki kota sekalipun pada larut malam. Salah satu pesepeda-penebeng ini adalah Max dari Selandia Baru. Max pelancong musiman pada usianya yang lima puluhan tahun. Max bercerita:

“Cara terbaik untuk menebeng yang saya temukan adalah mencobanya dengan sepeda. Sepeda merupakan cara pamungkas untuk bepergian. Orang akan mengira sepedamu rusak dan membawamu.
“Kita bisa menggunakan sepeda untuk menjelajahi kota. Kita juga bisa menggunakannya untuk menjauh dari tempat-tempat yang sulit dan mengondisikan tumpangan berikutnya di tempat yang lebih baik. Kita bisa memperoleh berbagai gagasan dari gambar-gambar di internet.[9] Sekarang ini bahkan ada Sepeda Listrik Bertenaga Surya dengan motor yang bisa membantu mengayuh.
“Sekarang ada banyak orang yang bersepeda keliling dunia. Mereka berbagi blog, buku, peta, dan informasi. Maukah Anda mengikuti jejak mereka? Atau Anda ingin menemukan jalur Anda sendiri? Jangan kebanyakan rencana. Carilah sarana untuk informasi lokasi terbaru. Lantas, pergilah!”

Ketika ada mobil yang berhenti, jangan biarkan pengemudinya menunggu. Bergegaslah untuk segera menyapa dia. Perkenalkan diri Anda dan beritahukan tujuan Anda. Kalau Anda tidak punya rencana jelas, katakan saja nama kota berikutnya. Kedengarannya ganjil kalau kita bilang: “Saya ikut saja ke mana Anda pergi.” Kebanyakan orang tidak berpikir seperti penebeng. Begitu ada di mobil, Anda bisa menjelaskan soal gaya perjalanan Anda yang bebas secara terperinci—dan pergi melampaui kota berikutnya, ke mana pun si pengemudi menuju. Saya pernah berkelana melewati seluruh Spanyol seperti ini. Si pengemudi awalnya mengira jarak saya hanya 20 kilometer saja dan, setelah berdiskusi, akhirnya membawa saya sampai 800 kilometer ke utara.
Bangku depan yang kosong biasanya merupakan pilihan terbaik. Sebagian pengemudi waspada apabila ada orang yang sama sekali asing duduk di belakang mereka. Sebelum masuk, tanyakan tempat Anda dapat menaruh tas; di bangku belakang, di bagasi, atau ikut di depan. Kalau Anda langsung membuka bagasi tanpa menanyakannya dulu, bisa jadi si pengemudi ketakutan.

Pompa bensin merupakan tempat yang bagus untuk mendapatkan tumpangan. Di beberapa negara, seperti Jerman, pompa bensin nyaris satu-satunya tempat yang cocok untuk menebeng. Kutukan pompa bensin modern ialah tempat tersebut luar biasa besar dan kadang-kadang kita harus berdansa wals bolak-balik untuk berburu pengemudi potensial yang baru kembali dari beristirahat. Tanpa lelah kita dekati orang satu demi satu sampai ada yang mengajak kita masuk ke mobil. Kalau Anda terdiri dari dua atau lebih orang yang menebeng bersama-sama, sepakatilah lebih dahulu bagaimana Anda akan bertemu lagi kalau ada di antara kalian yang telah mendapatkan tumpangan. Jangan berjauhan terlalu lama.
Kalau Anda lelah berinteraksi terus dengan pengemudi potensial, Anda bisa juga tinggal duduk di gerbang keluar dan mengangkat papan tanda. Meski begitu, kalau Anda giat dan terus mendekati orang biasanya merupakan cara yang tercepat. Cara yang juga bagus ialah membujuk pengemudi yang belum pernah membawa penebeng agar mempertimbangkan kemungkinannya. Ingat bahwa Anda tidak sekadar berusaha mendapat tumpangan demi diri Anda sendiri. Anda mewakili reputasi semua penebeng. Bahkan sekalipun Anda gagal mendapat tumpangan, bersikaplah yang ramah supaya pengemudi potensial mendapat kesan baik. Lain kali ada yang mendekati mereka atau berdiri di pinggir jalan, kemungkinan ia bakal membawanya. Perbuatan baik kecil-kecilan menjadikan dunia ini sedikit lebih baik.
Saya sendiri tidak mau terlalu memaksakan diri. Saya lebih suka “strategi gerbang keluar” sebab keputusannya terserah pada si pengemudi. Kalau dia mau berhenti dan membawa saya, dia akan melakukannya. Kalau tidak, saya tinggal melambaikan tangan sambil tersenyum.
Tempat terbaik untuk berhubungan dengan pengemudi ialah di dekat pintu pompa bensin serta di pangkalan pengisian. Di beberapa negara, plat nomor dapat menjadi petunjuk arah mobil. Sebagai contoh, di Perancis nomor menunjukkan kota asal si pengemudi. Di Jerman plat itu berisi huruf. Pengetahuan ini menyempitkan pilihan Anda dan meningkatkan kesempatan Anda untuk mendapatkan tumpangan ke arah yang tepat. Ini juga berlaku pada kode negara ketika Anda hendak berpindah negara. Belajarlah sedikit basa-basi dalam banyak bahasa. Itu membantu mencairkan suasana.
Amati mobil yang datang dan ketika Anda melihat plat yang sesuai dengan arah Anda, hafalkan orang yang keluar dari mobil itu. Ketimbang langsung menyergapnya, tunggulah sampai urusannya selesai. Baru dekatilah dia ketika sudah kembali ke mobil. Orang yang kelaparan ingin sepotong piza atau sudah tidak tahan ingin kencing tidak punya kesabaran untuk mengobrol dengan orang yang sama sekali asing.
Saya biasanya mengembara tanpa peta atau ponsel pintar. Pemandangan yang terus berganti menjadikan sia-sia peta yang terpisah untuk setiap negara, dan membawa-bawa Atlas yang berat itu tolol. Kalau Anda perlu mengecek rute, tersedia peta di kios koran pompa bensin. Menanyakan perincian jalan dan rute merupakan alasan bagus untuk mulai mengobrol dengan pengemudi secara alamiah.
Sering kali mereka yang ragu bilang mereka hanya dapat menebeng sejauh 50 kilometer. Ingatkan mereka pada fakta sederhana bahwa jarak itu sama dengan sepuluh jam berjalan kaki. Kalau Anda betul-betul mandek dan tidak bisa mendapatkan tumpangan yang nyaman, mintalah tumpangan sampai ke pompa bensin berikutnya atau ke jalan desa yang lebih kecil. Berpegang teguh pada rute Anda boleh jadi bukan ide bagus apabila tampaknya tidak ada mobil yang menuju ke sana. Menebeng merupakan campuran antara merencanakan, mengabaikan rencana, dan menikmati momen. Meskipun saya biasanya tahu tujuan saya selanjutnya, rute ke sana tidaklah begitu penting. Mana pun jalan yang diambil pengemudi menuju arah itu, saya tidak akan menolak tumpangan yang ditawarkan.
Ketika malam dan Anda lelah, Anda bisa menghabiskan malam di sudut gelap pompa bensin. Ketika hujan, bahkan kamar mandi merupakan pilihan yang lebih baik ketimbang tetap di luar. Waktu malam juga enak untuk mengobrol dengan staf. Ketika Anda berbagi cerita dengan para karyawan, mereka bisa saja menyajikan makanan yang layak atau setuju untuk tidak membuang roti lapis kemarin. Secara garis besar, restoran pompa bensin merupakan tempat bagus baik untuk memulung di meja makan maupun di tempat sampah. Kalau Anda tidak ingin mengganggu staf, periksalah tempat mereka menaruh sisa makanan atau carilah tempat sampah di belakang bangunan. Hanya sekali seorang petugas pompa bensin yang mengusir saya, sembari mengutip kebijakan antipenebeng dari Shell Corporation. Di sisi lain, di Turki, seorang karyawan dari perusahaan multinasional yang sama mengajak kami ke tempatnya. Sepertinya itu karena perbedaan budaya.
Kalau Anda memutuskan untuk menebeng saat malam dan kelelahan di mobil, yang sopan ialah bertanya apakah Anda boleh tidur. Sopir truk terutama yang menghargai bila Anda terus menemani mereka. Mereka juga lelah. Di sisi lain, di truk Anda bisa tidur di bangku belakang sopir. Menakjubkan rasanya membuka mata saat pagi dan menyadari bahwa Anda telah bepergian sejauh 500 kilometer tanpa susah payah. Ditambah lagi, Anda telah cukup beristirahat untuk melanjutkan perjalanan.
Para sopir truk di Eropa Barat jarang memberikan tumpangan sebab perusahaan memiliki kebijakan asuransi yang melarang penumpang tambahan. Akan tetapi, terutama di Polandia, Romania, dan Turki, sopir taksinya pada bersahabat. Tidak ada yang sebanding dengan menikmati sarapan Turki yang lezat bersama para sopir!
Anda bakal harus menjawab pertanyaan yang sama berulang-ulang selagi menebeng: Dari mana asal Anda? Ke mana tujuan Anda? Kenapa Anda bepergian seperti ini? Apa Anda tidak bekerja? Bagaimana tanggapan orang tua Anda? Bisa dipertimbangan untuk belajar sedikit bahasa setempat supaya Anda siap dengan pertanyaan-pertanyaan berulang ini.
Kalau kalian mengerti bahasa yang sama, percakapan bisa menjadi sangat menarik. Si pengemudi tahu bahwa kemungkinan ia tidak akan bertemu Anda lagi begitu Anda turun. Ini menjadikan orang sangat mudah terbuka dan tahu-tahu Anda menyadari bahwa mereka memercayakan Anda rahasianya yang terdalam. Kadang-kadang si pengemudi menawari Anda makanan atau tempat menginap. Setelah bertahun-tahun, saya masih berhubungan dengan sebagian dari mereka.
Belajarlah untuk membaca situasi. Kalau si pengemudi menyalakan radio, artinya sebaiknya Anda diam. Tapi kalau dia sangat anteng dan lelah setelah berjam-jam tanpa henti berada di balik kemudi, cobalah untuk terus terjaga dan berbicara. Di samping itu, tidak sopan meminta jeda. Anda berbagi ruang. Untuk sesaat, Anda sedang dalam perjalanan bersama. Nikmatilah saat tersebut.

Kalau kebetulan Anda memiliki jenis paspor yang tepat, melintasi perbatasan Uni Eropa dan Amerika Serikat tidaklah begitu sulit. Tapi banyak negara mengadakan visa berbayar. Sebelum kita menyampingkan batasan arbitrer ini, yang merupakan buatan manusia, seorang pengembara tanpa uang mesti menentukan pilihan: Haruskah saya mengkompromikan prinsip dan membayar untuk memasuki negara ini, baikkah saya mencari cara untuk masuk secara ilegal, atau akankah saya berpegang saja pada negara-negara yang tidak mengenakan biaya visa?

Kami telah menyilangi Amerika Tengah untuk beberapa waktu. Pacarku tersayang sekaligus teman seperjalananku telah menjadi dompet eksternalku, mengumpulkan koin di jalan dan menggunakannya untuk membayar ongkos kecil di perbatasan. Sejauh ini, ia memastikan aku tidak usah khawatir soal melintasi perbatasan. Kalau aku mengutarakan keraguan, ia menepisnya dengan mengatakan kalimat seperti, “Enggak apa-apa. Lagian, aku kok yang menempel sama cowok enggak punya uang!”
Tapi, sekarang ini kami berada di perbatasan Nikaragua dan koin dari jalan tidak cukup. Petugas meminta kami membayar jumlah yang besar—dua kali 13 dolar—untuk memperoleh cap. Kami mengusahakan yang sebaik-baiknya dalam situasi seperti ini: duduk bengong dan menanti kejadian selanjutnya. Ini berlangsung selama dua jam.
Para penukar uang, bajingan-bajingan tamak yang dikenal suka mencurangi para turis bodoh di perbatasan itu, mengamati diamnya kami dengan rasa penasaran yang menjadi-jadi. Mereka menyadari bahwa kami telah melalui perjalanan panjang untuk sampai kemari. Akhirnya salah seorang dari mereka menghampiri kami. Ia punya pemecahan supaya kami bisa jalan. Mereka telah mengumpulkan uang dan membayar para penjaga perbatasan sebelum kami sempat berkata apa-apa. Kami mendapatkan cap yang berharga itu, begitu saja. Wow! Sungguh tak terduga.
Para penukar uang itu tersenyum dan mengulurkan anggukan rendah hati ke arah kami, seraya melambaikan tangan dengan riang dan mengucapkan selamat jalan. Masih tidak bisa dipercaya! Sekutu yang mustahil! Satu lagi perbatasan terlintasi.

Ada peringatan bagi orang-orang yang berharap dapat melintasi perbatasan secara ilegal. Saya sendiri tidak pernah melakukannya dan tidak menganjurkannya kepada siapa-siapa. Di Uni Eropa, bepergian tanpa tanda pengenal yang patut dapat berarti penjara. Bagi mereka, hippie-penebeng merupakan imigran ilegal potensial yang harus dikurung—serta-merta dilupakan.
Karena peringatan sudah disampaikan, sekarang terserah Anda cara apa yang hendak digunakan untuk mengakali peraturan dan kebiasaan bodoh. Albert, yang kami kenal di Barcelona, telah menjadikan lintas perbatasan tanpa uang sebagai sebentuk seni:

 “Melintasi perbatasan tanpa uang dapat selalu dilakukan, dengan keuletan. Percayalah; saya telah melakukan hampir segala hal yang dapat dibayangkan. Saya berteman dengan para penjaga perbatasan, menyembunyikan diri di sela bawaan sopir atau di kompartemen kargo truk, melintas gurun dan memanjat gunung untuk menghindari pintu masuk perbatasan yang resmi.
“Ada sebagian kenangan melintas yang saya senangi. Pada 2008 saya berusaha mencapai Mauritania. Saya harus menunggu di gurun selama lima hari, nyaris tanpa makanan, hingga petugas menyadari saya mungkin akan terus menjengkelkan dia selamanya jika ia tidak membiarkan saya lewat. Akhirnya ia berkenan membuat coretan di paspor saya yang secara ajaib membolehkan saya melintas ke negara berikutnya.
“Aturan paling penting yang kemudian saya pahami ialah jangan berharap empati dari para petugas perbatasan. Boleh jadi banyaknya kesulitan birokratis telah mengeraskan hati mereka. Cara paling andal untuk melintasi perbatasan tanpa uang ialah untuk menyadarkan para petugas bahwa mereka telah beramal baik dengan membiarkan Anda lewat. Belakangan ini, pendekatan saya biasanya dengan mendatangi perbatasan persis ketika visa yang sekarang akan habis. Begitu tiba di perbatasan, saya berusaha menjelaskan tiga fakta seterus terang mungkin:

A.  Ini bukan kali pertama saya. Saya telah bepergian tanpa uang ke puluhan negara. Saya baik-baik saja dan bahagia. Lihatlah catatan saya. Saya tidak akan menyusahkan Anda jika dibiarkan lewat.
B.  Saya benar-benar tidak ada cara lain untuk kembali. Visa terakhir saya sudah kedaluwarsa. Mereka tidak akan membiarkan saya masuk lagi ke negara yang baru saya tinggalkan, dan bagaimanapun juga saya tidak ada cara untuk mendapatkan uang. Kalau Anda tidak membiarkan saya masuk ke negara Anda, saya akan berkemah di perbatasan ini hingga Anda berubah pikiran atau petugas atasan Anda mulai bertanya-tanya kenapa ada bocah Eropa tak berdaya tinggal di perbatasan Suriah--tempat yang semestinya dijaga tertib.
C.  Saya tahu Anda bisa merepatriasi saya. Tidak apa-apa. Lakukanlah jika Anda mau, tapi kita sama-sama tahu itu berarti akan menambah banyak perhatian dan pekerjaan yang tak seperlunya. Mengertilah, sebelum Anda telah ada banyak petugas lain yang menghadapi penentuan ini, dan pada akhirnya mereka cuma mengoperkan bola pada Anda. Kenapa tidak berbuat yang sama, supaya saya bisa menyusahkan petugas di negara berikutnya?

“Bagaimanapun gigihnya usaha Anda untuk memancarkan kepercayaan diri dan menunjukkan kebosanan, kemungkinan mereka menghendaki Anda berkemah barang satu-dua hari. Itu bagian standar dari prosesnya, tapi, bahkan pada kasus yang terburuk, pada hari ketiga semestinya ketetapan mereka telah cukup lunak sehingga membiarkan Anda lewat. Selama Anda terus mengusik mereka berulang-ulang, berusaha untuk berbicara kepada petugas yang berbeda-beda, dan memperbincangkan situasi Anda dengan sebanyak mungkin orang, mereka lantas akan cukup gelisah untuk membiarkan Anda lewat, supaya mereka terhindar dari lebih banyak masalah.
“Tentu lebih baik meloncati proses menjemukan ini sama sekali. Selalu lebih nyaman untuk memecahkan masalah lewat empati dan komunikasi daripada dengan sengaja menjengkelkan orang. Tapi bagus juga mengetahui perbatasan dapat dilintasi. Sebagai orang Barat, kita bisa pergi ke mana saja, selama punya kesabaran dan tidak ada urusan mendesak selama dua-tiga hari ke depan.”

Ada satu lagi bentuk menebeng yang patut disebutkan, walaupun saya sendiri tidak punya kesabaran untuk melakukannya: menebeng kapal. Mendapat tumpangan di perahu layar pribadi atau kapal motor memerlukan waktu, keberuntungan, serta perangai yang baik. Pengalaman berlayar tentu saja merupakan nilai tambah. Yang terakhir, meskipun berisiko terdengar seksis, ada baiknya jika Anda mewakili gender yang lebih cantik. Penampilan penting dalam olahraga ini. Maksud saya bukannya para kapten mencari budak seks di kapal. Mereka hanya cenderung lebih menerima permintaan dari wanita-wanita menarik. Dan ini bukan sekadar soal kejiwaan manusia gua. Bahkan keluarga-keluarga yang tinggal di kapal pun lebih cenderung pada wanita lajang.
Ada baiknya juga mengetahui kapan angin bertiup ke arah yang tepat supaya Anda bisa memilih waktu yang pas untuk mencapai marina. Selain itu, kapal kemungkinan berdiam di marina selama berminggu-minggu lalu serentak pergi ketika jendela kesempatan terbuka.[10] Internet dapat digunakan untuk mengiklankan diri Anda sebagai anggota kru dan mencari kapal yang cocok yang sedang mencari kelasi, koki, atau bantuan lain. Tapi, kebanyakan situs berjalan dengan model freemium di mana bagian gratisnya sebagian besar sia-sia.[11]
Yang saya alami, menebeng kapal itu buang-buang waktu saja. Kita harus menjelajahi marina, mengenal para kapten dan krunya, meminta tips, dan siap menerima kabar buruk, serta menghadapi hilangnya kesempatan satu demi satu. Hebat, bukan? Tentu kita bisa mencoba meningkatkan kesempatan dengan menempelkan iklan “Kru Tersedia” pada papan pengumuman dan menyerahkannya kepada orang-orang yang kita temui. Hanya saja jangan mengharapkan tanggapan positif, betapapun menariknya bahasa dan mengilapnya kertas iklan yang kita gunakan.
Di sebagian marina ada saluran radio gelombang pendek tempat para anggota kru bertukar kabar terbaru, membicarakan keadaan angin, dan bergosip soal kehidupan pribadi Kapten Jacobson. Satu-dua kali seminggu kemungkinan ada transmisi yang sedikit lebih tertata membawakan agenda yang sebenarnya. Kalau Anda bisa menjadi bagian dari itu, Anda bisa langsung melontarkan pidato “I Have a Dream” dalam versi nautika.
Menebeng kapal, terutama di tempat-tempat liburan seperti Kepulauan Canaria, luar biasa populer dan Anda bukan satu-satunya yang berjaja demi tumpangan gratis. Ide fantastis bekerja di kapal angkutan untuk dibarter dengan tumpangan merupakan mitos dari 1970-an. Sekarang ini, kecuali Anda profesional terlatih, Anda mesti membayar mahal untuk pengalaman tersebut. Kalau Anda memang punya gelar, izin kerja, dan pengalaman, maka ceritanya akan lain. Kalau tidak, lupakan saja.
Jadi, peringatan sudah diberikan. Menebeng kapal tidaklah gampang. Meski begitu, terlepas dari segala keluhan ini, mesti saya akui bahwa saya berhasil mendapatkan beberapa tumpangan singkat di kapal. Ketika usaha itu berhasil, pengalamannya cukup seru. Kami pernah bepergian selama 25 menit dari Tallinn ke Helsinki dengan kapal motor yang luar biasa mahal. Kami menyesap koktail, mengobrol dengan kru, dan tiba di marina pulau benteng Suomenlinna, diantar oleh penjaga pantai. Cukup enak dibandingkan dengan 2-3 jam dalam feri yang sesak, bukan?
Soal menebeng kapal jarak jauh, tidak usah ajak saya! Kalau Anda masih merasa ingin, tempat yang bagus untuk mencoba dan meninggalkan musim dingin Eropa yang mendekat ialah pantai Portugis pada akhir musim panas, atau Gibraltar sesudahnya. Seperti yang sudah dikatakan, Kepulauan Canaria jelas-jelas pusat keramaian pada Oktober-November. Lihat saja! Kalau tidak ada tempat lain, bergaullah dengan gerombolan pelaut aspiran lainnya yang sepikiran.


Tidak ada komentar: