Teman-temanku bilang aku ini orangnya
sangat mudah terpengaruh oleh sugesti. Kurasa mereka benar. Sebagai buktinya, mereka
mengungkit-ungkit kejadian kecil yang menimpaku pada Kamis lalu.
Pagi itu aku sedang membaca novel horor.
Walaupun pada waktu itu cuaca terang, aku merasa menjadi korban dari kekuatan sugesti dalam cerita itu. Sugesti itu membuatku membayangkan adanya seorang pembunuh haus darah di
dapur. Pembunuh haus darah itu mengacungkan belatinya yang besar, menantiku
memasuki dapur sehingga dia dapat menyergapku dan menancapkan pisaunya ke
punggungku. Walaupun aku duduk tepat di seberang pintu dapur, walaupun
senyatanya tak ada seorangpun yang dapat memasuki dapur itu tanpa
sepenglihatanku, dan tidak ada akses lain ke dapur kecuali melewati pintu itu;
tapi aku sepenuhnya teryakinkan bahwa memang ada pembunuh yang bersembunyi di
balik pintu yang tertutup itu.
Jadi karena menjadi korban sugesti itu
aku tidak berani untuk memasuki dapur. Aku menjadi cemas. Sebentar lagi
waktunya makan siang dan aku perlu ke dapur. Tahu-tahu terdengar dering bel
dari pintu depan.
“Silakan masuk!” aku berseru tanpa
bangkit. “Pintunya tidak dikunci kok.”
Petugas apartemen masuk. Dia membawakan beberapa
surat.
“Kakiku tidak bisa digerakkan,” kataku. “Bisakah
tolong ke dapur dan ambilkan segelas air?”
“Tentu,” sahutnya. Dia membuka pintu
dapur dan masuk. Lalu aku mendengar jerit kesakitan disusul suara tubuh yang
dalam robohnya menjatuhkan pula perabotan. Akupun lompat dari kursiku dan lari
ke dapur. Petugas itu, separuh tubuhnya tersangga oleh meja sementara belati
yang besar menancap di punggungnya, terbaring tewas. Sekarang, tenanglah. Aku
bisa memastikan bahwa tentu saja tak ada pembunuhan di dapur.
Karena logikanya, kejadian itu
sebenarnya cuma sugesti.[]
Dari cerpen penulis Argentina, Fernando Sorrentino, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Clark M. Zlotchew dengan judul “Mere Suggestion”. Sebelumnya dipajang di sini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar