
Kita terbiasa bekerja demi uang, untuk mencurahkan
segenap tenaga dalam pekerjaan kita, sehingga kemudian kita dapat memperoleh
uang untuk menikmati waktu senggang. Sayangnya, kita tidak punya banyak waktu
senggang yang tersisa. Kita lantas
menghabiskan waktu kita untuk menghasilkan lebih banyak uang. Ini telah
menciptakan suatu budaya lalu-kapan. Kita menunda hal-hal yang dapat
memberikan makna dalam kehidupan kita. Daftar dalih lalu-kapan tidak ada
habisnya: Aku mulai main biola ketika studiku selesai. Kita pergi ke Afrika
ketika kita menikah. Kita menghabiskan lebih banyak waktu bersama ketika
anak-anak sudah pada terbang dari sarang. Aku mengecat kapal ketika aku
pensiun. Aku keluar dari rumah orang tua ketika ….
Hidup
tidak mesti berupa sekadar rangkaian pencapaian. Entahkah Anda bekerja demi
uang atau tanpa bayaran, selalu baik untuk bersantai sejenak. Tapi bagaimana
mungkin orang bisa punya waktu lebih untuk bersantai? Mana yang mesti dipangkas
jika segala yang ada dijadwal terasa penting? Dan bagaimana menghabiskan waktu
luang yang tahu-tahu ada itu?
Dalam
bukunya, The Four-Hour Work-Week, Timothy Ferriss mengatakan bahwa
tantangan pertama bagi orang yang merancang ulang hidupnya ialah menemukan cara
mengisi seluruh waktu lebih tersebut. Karena tahu-tahu saya memiliki
nol-jam-kerja-per-minggu, ini merupakan persoalan gawat buat saya. Dan saya
yakin bahwa ada banyak orang yang baru pensiun juga merasa demikian. Jadi, apa
yang harus dilakukan bila kita punya waktu luang? Apa saja kegiatan bebas yang ada?
Salah
satu hal pertama yang timbul di pikiran adalah untuk mempelajari berbagai hal
baru, untuk meragamkan pengetahuan dan keterampilan. Albert belajar membaca
pada usia lima tahun. Saat dia masuk rumah sakit, dia punya banyak waktu untuk
belajar:
“Minatku pada
waktu itu terutama astronomi, fisika kuantum, dan Egiptologi. Kamu harus lihat
percakapan gila [dalam videotape] ketika aku berusia lima tahun sedang
ayahku tiga-lima dan kami mendiskusikan teori dawai. Aku sungguh belaar tentang
segala hal yang ingin kuketahui: neurologi, biologi, psikologi, fisika, sastra,
pedagogi, seni, dan banyak filsafat.
“Dengan fondasi ini, menurut rencana ayahku, semestinya aku
dapat berpikir mandiri. Pada dasarnya, gagasan ayahku adalah agar aku siap
menghadapi pengaruh yang sangat besar dari masyarakat kami, untuk membuatku
sebebas mungkin, agar aku berpikir otonom. Sekarang, apa yang mesti aku lakukan
dengan kebebasan atau otonomi itu, bukan lagi urusan ayahku.”
Dari
usia lima hingga sembilan, Albert menghabiskan sebagian besar waktunya di rumah
sakit. Kehilangan kemampuan berjalan tidak menyurutkan semangatnya. Sebaliknya,
alih-alih berpartisipasi dalam sistem resmi di mana semua orang diberikan
pendidikan yang sama, ia bebas untuk memberi makan rasa ingin tahunya dengan
cara bagaimanapun yang dia suka. Ayahnya mendukung dia dalam hal ini.
Kedengarannya
mengherankan bahwa pada akhir 1990-an orang masih membentuk pandangan dunia
mereka berdasarkan apa yang disampaikan media. Untunglah hari ini kita tidak
lagi hanya tertambat pada buku-buku cetak, televisi, koran, radio, dan Encyclopædia Britannica sebagai sumber informasi.
Walaupun media masih menjual
terorisme, pengangguran, peristiwa bencana, teater politik, dentum dan ledakan
ekonomi, omong-kosong selebritas, dan hal tidak relevan lainnya, kita dapat
memilih untuk tidak mengikutinya. Jurnalisme warga telah mendapat tempat di
samping para konglomerat media besar. Internet penuh oleh blog, siniar, film
dokumenter, ceramah TED, forum diskusi, serta sumber berita alternatif yang
menarik. Akses terbuka ini membuat kita mesti lebih bertanggung jawab. Kita
mesti mengecek sumber berkali-kali sebelum dapat memercayai apa pun. Tapi
sekarang ini mungkin untuk membentuk pandangan dunia yang lebih holistis serta
memiliki akses terhadap segala sumber informasi.
Apa
Anda hendak belajar bahasa? Lihatlah yang ditawarkan Lingvist, Duolingo, Busuu,
dan LiveMocha secara cuma-cuma. Apakah Anda lebih suka menggali minat tertentu?
Sebagian universitas seperti MIT dan Stanford menawarkan kursus daring gratis.
Dan, tentu saja, Anda dapat memeriksa kurikulum universitas negerti terdekat di
tempat Anda. Massively Open Online Courses, MOOC, merupakan opsi
lainnya. Sebagai contoh, kunjungilah Coursera[1],
edX[2],
dan Udacity[3].
Boleh jadi Anda lebih tertarik untuk berbagi keterampilan, mempelajari
keterampilan-keterampilan praktis secara langsung dari dan bersama orang lain?
Lihatlah video-video swakarya di YouTube, menelusuri secara daring[4]
atau mencari tahu apakah ada pelatihan gratis di sekitar tempat tinggal Anda.
Bank waktu dapat terbukti berguna jika Anda membutuhkan guru privat namun tidak
hendak membayar dengan mata uang arus utama.
Selain
itu, ada banyak hobi yang sedikit saja atau sama sekali tidak memerlukan
investasi awal. Pernah dengar tentang golf cakram (disc golf)? Yoga
berpasangan? Meditasi? Dart? Parkour? Berenang? Sledging? Orienteering?
Geo-caching? Memancing? Trekking? Berkemah? Permainan papan?
Taman bermain? Memanjat pohon? Perang bola salju? Kalau tidak ada lagi yang
lain, lemparlah koin di tikungan jalan. Kepala? Beloklah ke kiri. Ekor? Belok
kanan. Ulangi sepuluh kali dan lihatlah di mana Anda berada.
Satu
cara untuk menyela rutinitas harian adalah dengan menghadiri segala macam acara
yang mengundang penasaran, yang diselenggarakan orang-orang untuk menyebarkan
suasana baik, serta mengekspresikan diri atau memanfaatkan jalanan. Flash
mob, misalnya saja, sekadar sekelompok orang yang sepakat untuk berkumpul
di tempat umum, menampilkan suatu aksi mencolok kemudian langsung bubar.
Kelihatannya mungkin seperti tidak ada tujuannya, tapi cara flash mob ini
dapat juga digunakan untuk mengangkat kepedulian pada persoalan tertentu, atau
menyampaikan suatu pandangan. Butuh inspirasi. Lihatlah Improv Everywhere![5]
Inisiatif keren lainnya yang
diselenggarakan warga adalah Free Hugs Campaign (Kampanye Peluk Gratis).
Yang tadinya dimulai seorang pria, Juan Mann[6],
karena iseng kini telah menyebar di seluruh penjuru dunia. Anda tidak perlu
minta izin untuk memeluk orang di alan. Tinggal kumpulkan sekelompok kawan,
buat tanda bertulisan “Peluk Gratis” dan peluklah orang-orang yang sama sekali
asing. Tapi, berhati-hatilah: cukup melelahkan memeluk ratusan orang. Tolong
tak usah tanyakan buat apa melakukan semua ini. Apakah aksi kebaikan yang
rambang memerlukan alasan? Yah, baiklah. Kalau tidak, ini benar-benar
mengeluarkan Anda dari zona nyaman serta membuat Anda serta orang lain
tersenyum. Kalau terdengar sesuai dengan selera Anda, cobalah Write More
Love Letters[7]
(Tulis Lebih Banyak Surat Cinta) atau #FeedTheDeed[8]
(Suburkan Amal)!
Kalau Anda merasa tersesat
dan memerlukan pendekatan yang lebih terencana untuk mengambil alih hidup Anda,
cobalah jawab satu pertanyaan sederhana ini: “Apakah yang saya butuhkan?” Ini
mungkin membawa pada penyingkapan-penyingkapan tak terduga. Apakah Anda
membutuhkan lebih banyak kebebasan? Waktu bagi diri Anda sendiri? Pengalaman
baru yang menggairahkan? Memahami dunia? Ketenteraman batin? Keindahan alam?
Lebih banyak tanggung jawab? Melihat tempat baru? Lebih sedikit pekerjaan?
Percakapan mendalam? Olahraga? Waktu bersama anak-anak? Hubungan kasih? Buatlah
daftar berisi 3-6 hal yang Anda butuhkan atau inginkan dari hidup Anda sekarang
juga:
1.
___________________________________
2.
___________________________________
3.
___________________________________
4.
___________________________________
5.
___________________________________
6.
___________________________________
Bandingkanlah
daftar ini dengan situasi hidup Anda saat ini. Apakah yang sudah Anda miliki?
Apakah yang sebaiknya berhenti Anda lakukan? Apakah yang kurang? Selidikilah
situasi Anda secara kritis dan lihatlah waktu Anda dihabiskan untuk apa saja.
Apakah hal-hal sederhana, seperti mendonasikan TV Anda, membebaskan cukup waktu,
atau apakah tindakan yang lebih praktis diperlukan? Buatlah keputusan-keputusan
itu sekarang dan mengarahlah kepada jenis kehidupan yang Anda layak dapatkan.
Sekarang juga! Pastikan bahwa ada cukup slot-slot tanpa rencana di kalendar
Anda, atau buang jadwal-jadwal itu sama sekali. Perlakukanlah setiap hari
sebagai suatu petualangan. Jaminkanlah kepada diri Anda bahwa hal-hal yang
ingin Anda lakukan untuk menghabiskan waktu merupakan hal-hal yang
menggairahkan Anda. Lakukanlah karena cinta!
Ketika Anda tahu benar
kebutuhan Anda, kemungkinan Anda bahkan tidak perlu mengetahui langkah-langkah
apa saja untuk menuju ke sana. Tuliskanlah sebuah surat kepada diri Anda dari
sudut pandang diri Anda di masa depan. Kemudian kuburlah surat itu atau minta
seorang kawan untuk memberikannya kepada Anda setelah satu tahun.[9]
Atau, kalau Anda sedikit lebih tua, Anda bisa menggunakan pendekatan Sir
Richard Branson dan menuliskan sebuah surat untuk diri Anda di masa lalu.[10]
Mau cara yang mana pun, Anda bisa menggambarkan tempat Anda berada, tujuan
Anda, serta apa yang Anda syukuri. Anda tidak perlu sengaja memikirkan hal-hal
ini setiap hari. Jika Anda sungguh mengharapkan sesuatu terjadi, semesta
menggandeng alam bawah sadar Anda dan harapan Anda pun menjadi kenyataan.
Akan
tetapi, catatlah bahwa jalan menuju kehidupan baru semacam ini boleh jadi agak
berbatu-batu. Anda tumbuh melalui tantangan. Tidak perlu berusaha dan
menghindari segala pengalaman yang mengadang. Cobalah untuk tidak melabelinya
sebagai baik atau buruk. Anda telah menyambut keadaan ini dan ini
semua merupakan bagian dari rencana lebih besar yang akan membawa Anda ke
tempat yang Anda butuhkan.
Selain itu, apabila Anda memang sedang sibuk dengan suatu
perbaikan diri yang dilakukan secara sadar, seperti melanjutkan pendidikan yang
lebih tinggi, ingatlah bahwa Anda juga pasti akan melalui pekerjaan yang tidak
menyenangkan. Tapi pada akhirnya terbayar. Malah ini menjadi lebih mudah bila
Anda melihat semua tugas kecil itu sebagai bagian dari keutuhan yang lebih
besar.
[4] Contohnya, lihat www.skillshare.com
[9] Kalau Anda lebih suka
mengirim surel kepada diri sendiri, Anda bisa menggunakan www.dreaminder.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar