2
Kawashima
menyimpan alat pemecah es itu di laci dapur, membasuh mukanya di wastafel kamar
mandi, dan melangkah ke ruang keluarga. Ia duduk di meja kerja dan sia-sia saja
menunggu detak jantungnya melambat. Tenggorokannya kering saking tegangnya, dan
ia terpikir untuk mengambil minuman tetapi segera menyangkal pikiran itu. Pada
waktu-waktu seperti ini, ia berpantang minuman keras, karena tahu pada akhirnya
ia akan mencampakkan sabuk punggung pada suatu benda keras—cara yang
membantunya relaks hanya sekejap, setelah sebelumnya kehilangan kendali. Ia
akan minum sampai pingsan, dan hampir-hampir tak mengingat apa-apa hari
berikutnya.
Ia memandang seputar ruangan itu, mencoba bernapas dalam-dalam dan pelan-pelan. Mereka masih menyebut ruangan itu sebagai ruang keluarga padahal telah mengubahnya jadi ruang kerja untuk mereka berdua. Tidak ada sofa atau kursi yang nyaman, tetapi meja berat berbentuk L dari kayu tanpa pelitur yang memakan sebagian besar area lantai. Raksasa ini, yang diimpor dari Swedia dan cukup besar untuk menampung delapan sampai sepuluh murid sekaligus untuk mengadon, merupakan barang milik Yoko yang paling berharga. Barang itu hadiah pernikahan Kawashima untuk Yoko. Kawashima menguras rekening banknya untuk membayar barang itu.