Bagi saya,
tinggal bersama teman sudah dimulai ketika saya baru mempertimbangkan untuk
memilih hidup tanpa uang. Saya melepas flat saya, bepergian sedikit pada musim
panas, pulang, dan menjadi gelandangan, menghadapi musim gugur Finlandia yang garing.
Aku tidak punya tempat tinggal tapi aku ingin berfokus pada dua
kegemaranku: memasak dan menulis. Aku bertanya-tanya di mana aku dapat
mewujudkan itu. Temanku dari Joensuu, Karelia Utara, menyarankan supaya aku
tinggal bersama dia untuk beberapa lama. Ia bekerja setiap hari dan tidak ada
waktu ataupun energi untuk memasak dan makan yang baik.
Aku menerima tawarannya dengan senang sebab ini sungguh kesepakatan
menang-menang: aku mendapat tumpangan dan dapat berkonsentrasi melakukan riset
untuk bukuku selanjutnya sementara dia mendapatkan makanan hangat bergizi
sepulang dari kerja. Saat itu aku belum menemukan asyiknya memulung dari tempat
sampah sehingga dia yang membeli bahan-bahannya. Meski begitu, biaya makannya
tidak benar-benar meningkat. Kenapa? Ia bisa memotong porsi makanan pesan antar
dan yang dibawa pulang. Piza tak sehat digantikan masakan buatan rumah.
Yang tadinya hanya percobaan dua minggu berlangsung sampai delapan bulan.
Ini menjadi landasan mendarat yang aman bagi kehidupan tanpa uang purnawaktu.
Bagaimana kalau Anda belum punya teman di
tempat yang ingin Anda tinggali? Hospitality
exchange (bertukar penjamuan), hospex,
berarti orang asing menawarkan akomodasi kepada satu sama lain. Ini sama sekali
bukan fenomena baru. Ini telah ada sejak puluhan tahun. Tapi baru lewat
internet cara ini menjadi semakin populer. Walaupun banyak pengembara garis
keras yang tidak suka dengan cara Couchsurfing dikelola, situs tersebut lah
yang melazimkan hospitality exchange.
Gagasannya
sederhana: begitu mendaftar, Anda membuat profil yang menerangkan latar
belakang, rencana perjalanan, cita-cita, serta kepribadian sedetail yang Anda
mau. Kalau Anda memerlukan tempat menginap, Anda bisa mencari pengguna lain
yang menawarkan sofa, ranjang, kasur, kamar tamu, atau ruang di lantai untuk
digunakan sementara. Cara ini berdasarkan partisipasi sukarela dan sepenuhnya
bebas. Setelahnya, Anda meninggalkan referensi bagi satu sama lain untuk
membangun reputasi Anda di komunitas itu. Semakin positif referensi yang Anda
miliki, semakin mudah cara ini dilakukan. Timbal balik tidak diharapkan. Anda
hanya ingin menjadi tamu atau tuan rumah, atau keduanya.
Tentu
saja, motivasi Anda janganlah semata-mata akomodasi gratis. Masuklah ke
Couchsurfing atau layanan pertukaran jamuan lainnya hanya jika Anda ingin
belajar tentang orang yang menawarkan akomodasinya kepada Anda. Anda bisa
belajar tentang kebudayaannya, latar belakangnya, pemikirannya, teman-temannya,
serta kehidupannya sehari-hari. Jadilah bagian dari kehidupannya sementara waktu.
Anda bisa ambil bagian dalam hobi-hobinya, berkenalan dengan keluarganya, atau
sekadar memasak dan mengobrol bersama. Walaupun hubungan awal Anda dengan orang
yang baru ini hanya sebentar, tidak ada yang menghentikan kalian untuk bertemu
lagi. Adakalanya kita berteman untuk seumur hidup.
Biasanya
di profil orang memberitahukan apakah mereka menghargai permintaan jauh-jauh
hari atau apakah sebaiknya Anda baru mengontak mereka beberapa hari sebelum
kedatangan. Sebagian orang terus mengirimkan pesan yang sama ke selusin tuan
rumah potensial. Saya tidak menganjurkan cara ini. Sudah jelas bagi si
penerima, dan Anda terlihat seperti orang tolol. Saya cenderung membaca profil
secara berhati-hati dan hanya mendekati orang-orang yang memang saya harapkan
untuk tinggal bersama. Begitu permintaan menginap diterima, Anda menyepakati
dengan tuan rumah mengenai waktu dan tempat yang bisa didatangi. Karena di
jalan sambungan internet belum tentu ada, sebaiknya catatlah terlebih dahulu
alamat dan petunjuk arahnya. Mengetahui bahwa Anda punya tempat menginap di
tujuan selanjutnya merupakan kemewahan langka bagi seorang penebeng yang mudah
berada dalam ketidakpastian.
Memilih
dengan cara yang diatur baik-baik untuk meluaskan keramahtamahan Anda pada
orang-orang yang sama sekali asing merupakan gagasan yang sepenuhnya
revolusioner. Gagasan ini meruntuhkan batasan dan sekat yang ditetapkan oleh
budaya kita serta dipaksakan melalui pola asuh kita. Setidaknya ayah saya sarat
akan nasihat hebat: “Jangan percayai orang asing!”, “Jangan minta bantuan
siapa-siapa!”, “Jadilah mandiri!”, dan seterusnya. Daftar peringatan yang saya
dengar tiada habisnya. Untunglah, saya memilih untuk melakukan saja
kebalikannya.
Tapi pada
awalnya tidaklah mudah. Bahkan sebelum saya memulai Couchsurfing, kebetulan
saya menjamu seorang Perancis yang belum saya kenal:
Ada konser gratis di
suatu taman di Helsinki. Kami duduk-duduk di rumput dan menikmati remah-remah
terakhir musim panas. Temanku memperkenalkanku pada seorang lelaki dari
Perancis yang sedang berkeliling Eropa dengan mobil mungilnya. Ia menanyakan
kalau-kalau aku bisa mengakomodasi lelaki itu barang semalam sebab ia ada
perubahan rencana mendadak dan tidak dapat menampungnya.
Aku kebingungan. “Dari mana kamu kenal orang ini?” tanyaku.
“Aku enggak kenal. Ini namanya hospitality
exchange,” jelasnya.
Aku menerima permintaannya sebab aku memercayai temanku. Meski begitu, aku
masih ragu.
Aku memberi lelaki itu tempat menginap dan paginya pergi bekerja sementara
ia masih tidur lelap. Aku memberi tahu rekan-rekanku bahwa ada sembarang orang
di tempatku. Mereka terus mencandai bahwa kemungkinan besar orang itu akan
mencuri semua barang berharga dan aku akan pulang ke flat kosong. Entah
bagaimana humor begini tidak meredakan keteganganku.
Ketika aku pulang malamnya, tidak ada yang dicuri. Ada catatan di meja
dapur yang memuji penjamuanku setinggi langit. Di samping catatan itu ada dua
botol bir Latvia yang bagus sekali dari oleh-oleh perjalanannya. Sekejap aku
merasa malu. Kenapa tadi aku meragukan orang ini? Kenapa aku tidak berpikiran
untuk berusaha mengenal dia? Mungkin saja dia bisa berbagi pengalaman hebat.
Meski begitu, aku mensyukuri temanku yang secara agak tidak sengaja
menunjukkan padaku dunia hospitality
exchange yang tak terkenal ini.
Pada awal
perjalanan, saya keranjingan Couchsurfing. Saya telah berselancar di atas
sofa-sofa di seluruh dunia. Saya telah menjadi tamu sekitar seratus kali dan
menampung sekitar tiga puluh orang. Pada suatu titik, saya mulai membatasi
pencarian pada orang-orang sepemikiran yang juga sesama “Penebeng”. Beberapa
lama kemudian saya berhenti menggunakan Couchsurfing sama sekali. Saya tidak
memerlukannya lagi.
Sekarang
saya punya ratusan teman baik dari seluruh dunia. Bagi saya, masalahnya bukan
adakah tempat menginap melainkan memutuskan siapa yang akan dikunjungi. Ada
begitu banyak orang menakjubkan yang ingin saya jumpai lagi.
Penyebab
lain saya tidak lagi menggunakan Couchsurfing adalah cara ini tidak begitu cocok
dengan menebeng. Di jalan kita tidak selalu mengetahui kapan dan di mana kita
akan berakhir. Sulit untuk tiba di tempat tertentu pada waktu yang dijanjikan.
Lebih
lanjut lagi, kalau kita berkelana tanpa ponsel pintar, kita tidak bisa selalu
memberi tahu tuan rumah akan perubahan mendadak. Akibatnya timbul kepusingan
yang tidak perlu dan juga tidak menghargai orang yang sudah mengharapkan
kedatangan kita.
Sekali
lagi, seperti yang sudah saya isyaratkan, ada grup Couchsurfing yang
mengkhususkan kepada para penebeng. Orang-orang ini biasanya memahami mentalitas
Anda, situasi yang berubah-ubah, serta ketidakpastian soal waktu yang
menyangkut perjalanan menggunakan jempol. Anda tiba setibanya, dan mereka
gembira menjamu Anda.
Seperti
yang sudah dikatakan, telah dikembangkan layanan hospitality exchange baru untuk keperluan dan grup sasaran yang
khusus ini bernama Trustroots[1]. Layanan ini
dibuat oleh pengelana sejati untuk pengelana sejati. Pilihan lainnya adalah
BeWelcome[2] yang juga sudah
digunakan oleh sebagian penebeng. Di samping itu, ada grup Facebook Hitchgathering[3] tempat kita
dapat meminta tumpangan dari sesama nomad, sekalipun pemberitahuannya mendadak.
Terakhir,
apabila Anda berakhir di suatu kota tertentu tanpa rencana, Anda mungkin ingin
mengecek apakah di sana ada, katakanlah, acara Couchsurfing terdekat. Bertemu
langsung dengan orang-orang dan berteman seketika. Di beberapa negara, seperti
Turki, biasanya cukup dengan berdiri di jalan beberapa lama dan orang-orang
akan mampir mengobrol dengan Anda. Sebagian di antara mereka mungkin saja
mengundang Anda.
Biasanya, hospitality exchange tidak terbatas
hanya untuk penebeng dan pelancong. Para pesepeda punya jaringan WarmShowers[4] tersendiri.
Ketika bersepeda, Anda bisa membuat rencana dan membagi rute ke dalam jeda-jeda
yang sesuai. Ini memungkinkan Anda untuk merencanakan tempat menginap di desa
dan kota pilihan. Lea, yang telah bersepeda melintasi Eropa, menulis Bicycle Touring Guide[5] (Panduan Tur
Sepeda) dan berkontribusi untuk Manual
for Cheap Travels[6] (Pedoman
Perjalanan Murah), berbagi pengalamannya dengan Warm Showers:
“Semua orang di Warm Showers, baik tamu maupun tuan rumah, adalah
pesepeda. Ini sebabnya orang-orang ini berbeda dari tuan rumah di Couchsurfing.
Alih-alih menanyai Anda sejuta pertanyaan, atau mengajak Anda keluar rumah,
mereka hanya menunjukkan arah tempat mandi, mengambil cucian kotor Anda, dan
makan malam biasanya sudah disiapkan. Mereka luar biasa suka menjamu.
“Penggunanya secara umum jauh lebih sedikit daripada Couchsurfing dan
sebagian profil sudah bertahun-tahun tidak aktif. Yang aktif semuanya
merespons, dan biasanya responsnya setuju. Pesepeda yang menampung pesepeda
sering kali orang-orang yang sangat baik hati, melit, dan bersemangat, namun
tidak berlebih-lebihan. Dengan mereka, kita bisa membicarakan tentang apa saja.
Mereka mendengarkan dengan tatapan penuh rasa takjub. Mereka tipe orang yang
membuat selai sendiri.
“Orang-orang ini mengetahui beberapa hal soal sepeda, sehingga mereka
sering kali menawarkan bantuan untuk memperbaiki berbagai hal, bahkan suku
cadang kalau kebetulan mereka punya. Kebanyakan di antara mereka adalah
pasangan. Mereka telah melakukan tur lintas benua atau bahkan perjalanan
keliling dunia yang gila-gilaan. Karena itu, mereka adalah sumber pengetahuan
praktis dan pengalaman asyik yang tak ternilai. WS unggul!”
Kisah Lea
menggambarkan kenyataan bahwa pengelana paling kawakan saja kadang kecapekan
dan tidak ingin banyak bergaul. Orang-orang yang menyukai privasi tidak mesti
membayar untuk AirBnB. Pilihan gratisnya ialah menjadi penunggu-rumah. Ini
artinya Anda menjaga rumah orang selagi mereka pergi. Tergantung pada
kesepakatan, Anda mungkin diberi tugas-tugas pemeliharaan kecil seperti
menyirami tanaman atau memberi makan piaraan. Sebagai gantinya, Anda bisa
tinggal di sana secara cuma-cuma dan memanfaatkan kenyamanan; memasak di dapur,
mandi di kamar mandi, dan mencuci pakaian.
Kedengarannya
seperti kemewahan, bukan? Sebagian penghuni atau pemilik apartemen bahkan
membayar penunggu-rumah yang dapat diandalkan. Secara pribadi, saya baru
mencobanya dengan kawan-kawan lama. Mari kita dengar dari nomad purnawaktu
sejagat Päivi dan Santeri Kannisto[7] yang telah
berkelana lebih dari sepuluh tahun:
“Anda sebaiknya mencari tahu tentang rumah-rumah yang bisa ditunggui dari
teman-teman Anda dan meminta mereka untuk menyebarluaskannya. Segala macam
layanan berbasis web kebanyakan tertarik pada isi dompet Anda.
“Kami pernah menginap baik di rumah besar maupun kecil, serta flat. Tugas
kami berbeda-beda tergantung pada tempatnya. Kadang-kadang kami mengurus kucing
dan anjing. Adakalanya kami mengawasi staf dan membayar gaji mereka dengan uang
si pemilik rumah. Tarafnya terentang dari flat-flat kelas menengah sampah
rumah-rumah mewah.
“Kami selalu menikmati perjanjian ini. Tapi, kami tidak menganjurkan
menunggui rumah kepada siapa pun, sebab kami ingin tempat-tempat ini hanya
untuk kami sendiri.”
Kurang
lebih semua kenalan saya yang telah mengalami perjanjian tinggal sementara
semacam ini kebetulan berusia di atas empat puluh tahun. Kemungkinannya, di
satu sisi, orang-orang yang lebih berpengalaman terlihat lebih dapat dipercaya
serta lebih mudah bagi mereka untuk mendapatkan penempatan ini. Di sisi lain,
mungkinkah setelah umur tertentu seorang pengelana sekalipun mulai menghargai
kenyamanan, privasi, stabilitas, dan lain sebagainya? Untuk memenuhi kebutuhan
ini barang beberapa minggu atau bulan dengan menunggui rumah dapat menjadi
kesempatan bagus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar